25 radar bogor

Solusi Penanganan Varises, Luka diabetes dan Tiroid Masa Kini, Medical Evacuation, DNA & Food Intolerance

RADAR BOGOR, Penyakit pembuluh darah mungkin belum banyak dikenal oleh masyarakat awam. Tanpa sadar varises merupakan penyakit yang sering disepelekan oleh masyarakat umum.

Efek dari penyakit varises memang bisa ringan atau sekedar masalah estetika saja, tetapi jika tidak diterapi dengan baik penyakit ini bisa menimbulkan dampak serius pada kesehatan seperti pembengkakan pada kaki, kemudian kaki menjadi lebih berat, kebas, pegal dan kesemutan.

Baca juga: Banyak Orang Tua di Kota Bogor Belum Paham PPDB, Ini Kata Kadisdik

Pada fase ini penderita merasa terganggu pada saat melakukan aktivitas fisik. Keluhan pegal sampai kram biasa timbul pada malam hari atau setelah berjalan dan melakukan aktivitas yang berlebihan.

Bahkan pada kondisi yang jauh lebih serius, varisesbisa menimbulkan luka yang sulit sembuh hingga bertahun-tahun. Oleh karena itu penanganan varises harus dilakukan dengan metode yang tepat sesuai dengan tingkat keparahannya.

Baca juga: Orang Tua Serbu Sekolah di Hari Pertama PPDB SMP

Dulu pengobatan varises dilakukan dengan prosedur pembedahan yang memerlukan luka sayatan cukup besar sekitar 3-4 cm untuk mengambil varisesnya, namun dengan teknologi masa kini, varises bisa diobati dengan prosedur bedah yang minim luka, bahkan hanya dengan sayatan kecil. dr. Wirya A. Graha, dokter spesialis bedah toraks, kardiak dan vaskular Bethsaida Hospital mengatakan “Luka hanya sekitar 1-2 mm yang akan menghilang dalam waktu 1-2 minggu dengan EVLA (Endovenous Laser Ablation) yang merupakan terapi pengobatan varises. Terapi EVLA terbukti aman dan efektif untuk mengobati varises”.

Dengan EVLA, vena yang melebar dan membengkak akan di ablasi dengan energi panas dari laser sehingga vena akan mengecil dan peredaran darah menjadi normal.  Setelah tindakan, pegal juga keram akan hilang dan dalam waktu 3-4 minggu varises akan hilang. Bekas lukapun akan pulih lebih cepat.

Baca juga: Dosen Universitas Pamulang Mengabdi di Bogor

Penyakit diabetes melitus memiliki banyak nama, seperti penyakit gula dan kencing manis. Namun, masyarakat Indonesia juga mengenal istilah diabetes kering dan diabetes basah. Meski begitu, istilah ini tidak berhubungan dengan jenis diabetes (diabetes tipe 1 dan 2), melainkan merupakan istilah tak resmi yang merujuk pada kondisi luka yang dialami oleh penderita diabetes.

Sebagian masayarakat berpendapat jika luka yang sudah tidak dapat ditangani jalan keluarnya hanyalah mengamputasi bagian luka tersebut. dr. Wirya A. Graha, dokter spesialis bedah toraks, kardiak dan vaskular Bethsaida Hospital mengatakan terapi endovascular atau Percutaneous Transluminal Angioplasty (PTA) jadi salah satu cara mencegah tindakan amputasi kaki pada penderita diabetes yang sudah dalam stadium lanjut tanpa harus operasi.

Terapi dilakukan di bagian pembuluh darah yang mengalami kebuntuan dengan menggunakan alat khusus agar membuka aliran darah tersebut. Selain itu, penderita diabetes mampunyai ancaman berupa kebuntuan pembuluh darah pada kaki mencapai 40 hingga 60 persen.

Baca juga: Fasilitas Generalized System of Preference (GSP) Amerika Serikat-Indonesia Untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi di Negara Berkembang

Kemudian, pasien yang memiliki penyakit diabetes cenderung mengalami kebuntuan pembuluh darah akibat diabetes itu rata-rata 300 orang per tahun.

Penderita dibetes yang mengalami pembuntuan pembuluh darah, secara umum akan terasa nyeri hebat di bagian kaki, Dokter mengimbau kepada masyarakat yang mengalami diabetes agar tetap memperhatikan kesehatan dan kebersihan kakinya setiap hari. Apabila mengalami luka agar segera melakukan pemeriksaan ke dokter agar luka yang dialami tidak terinfeksi.

Bethsaida Hospital Diabetic, Endocrine, Metabolic & Thyroid Center

Baca juga: Ambil Bagian Dalam BIC 2022, Kadin Kabupaten Bogor Gelar Helaran Fun Bike

Indonesia menempati posisi sebagai negara dengan penderita gangguan tiroid tertinggi di Asia Tenggara. Berdasarkan data IMS Health menyatakan sebanyak 17 juta masyarakat Indonesia mengalami gangguan tiroid. Kasus kelenjar tiroid aktif lebih banyak ditemui pada perempuan dibanding laki-laki, terutama pada rentang usia 20-40 tahun.

Baca juga: Hari Pertama PPDB Jenjang SMP di Kota Bogor, Banyak Orang Tua Siswa Kebingungan

Penyakit tiroid adalah masalah umum yang menyebabkan ketidakseimbangan hormon tiroid dalam tubuh. Saat ini banyak penderita tiroid atau kanker tiroid yang memiliki angka harapan hidup yang tinggi dengan pengobatan yang tepat jika dilakukan dalam waktu yang tepat.

Penyakit ini biasanya muncul tanpa gejala, sehingga sulit dirasakan oleh pasien. Sebagian besar bersifat jinak dan tidak membutuhkan pengobatan khusus, namun jika sudah terjadi gejala penekanandan muncul tanda-tanda keracunan tiroid seperti gemetar, berdebar-debar, keringat berlebihan, berat badan turun drastis, gelisah atau masalah kosmetik maka pasien perlu segera mendapat penanganan dokter.

Baca juga: Optimalisasi Teknologi Digital, BRI Terus Tingkatkan Bisnis Wealth Management

Bethsaida Hospital memiliki Diabetic, Endocrine, Metabolic & Throid Center untuk menegakkan diagnosa dan terapi kasus diabetes dan tiroid secara komprehensif. Dokter Spesialis Penyakit Dalam Sub Spesialis Endokrin dan Penyakit Metabolik Bethsaida Hospital dr. Rochsismandoko, Sp.PD, KEMD, FINASIM, FACE mengatakan ”Saat ini sudah dikembangkan tindakan minimal invasif tanpa operasi untuk menghilangkan pembesaran kelenjar tiroid jinak yaitu dengan RFA (Radio Frequency Ablation) dimana pembesaran tiroid dapat berkurang antara 47,7% -96,9%”

Baca juga: Usai Cuci Steam, Angkot Terjun ke Sungai di Sukaraja. Satu Luka Berat!

Terapi RFA tidak membutuhkan sayatan dan hanya menggunakan pembiusan lokal, sehingga pasien lebih nyaman, aman dan persiapan untuk tindakan juga jauh lebih sederhana. Lama tindakan kurang lebih 1 jam dengan masa observasi setelah tindakan antara 10-12 jam. Efek samping yang mungkin terjadi adalah rasa nyeri, panas atau bengkak di leher yang sebagian besar akan sembuh sendiri tanpa memerlukan obat.

Medical Evacuation di Bethsaida Hospital

Baca juga: Perbedaan Generasi Lama dan Generasi Baru dalam Menghadapi Berita Hoaks

Seiring dengan berkembangannya program Health Tourism di Indonesia, Bethsaida hadir melengkapi salah satu aspek penting dalam dunia Health Tourism yaitu Medical Evacuation.

Meski di Indonesia, Medical Evacuation mungkin masih belum terlalu banyak didengar gaungnya dan dikenal dengan biayanya yang mahal, namun kita sudah memiliki sarana dan prasarana yang cukup lengkap untuk menjalankan Medical Evacuation  tersebut dan kenyataanya biaya yang diperlukan tidak semahal yang dibayangkan. Sebagai salah satu contoh, kondisi jalanan Jakarta yang hiruk pikuk dan rawan kemacetan membuat layanan kesehatan yang mumpuni sangat penting keberadaannya. Sehingga pelayanan yang membutuhkan jalur baik darat maupun udara bisa menjadi hambatan dalam menangani pasien yang harus segera ditangani.

Baca juga: Hiii..Ratusan Ulat Bulu Teror Sekolah di Baranangsiang

Oleh karena itu, Bethsaida Hospital memperkenalkan Fasilitas Medical Evacuation untuk pelayanan evakuasi medis pasien antar hospital atau dari suatu lokasi ke hospital yang dituju melalui jalur baik darat maupun udara. dr. Reno Yonora, SE, SpAn, FIP (Spesialis Anastesi) sebagai penanggungjawab langsung dari keseluruhan proses evakuasi medis ini mengatakan bahwa dengan adanya fasilitas Medical Evacuation ini, diharapkan pelayanan pada setiap pasien dengan kondisi khusus yang membutuhkan pelayanan cepat akan semakin efektif dan efisien.

Esensi Pemeriksaan DNA (Seraphim Medical Center)

Seraphim Medical Center, merupakan sister Company dari Bethsaida Hospital. Berawal dari pengalaman melawan penyakit autoimun, kini Seraphim Medical Center resmi dibuka untuk memberikan pelayanan lebih holistik kepada masyarakat dengan kualitas yang tinggi.

Baca juga: Tabligh Akbar UAS Sukses Digelar, Mulyadi : Jangan Ada Lagi Penolakan Ulama

Seraphim mengandalkan Functional Medicine untuk tindakan pencegahan dan perawatan gangguan kesehatan serta penyakit kronis melalui tes laboratorium yang canggih dan suplemen alami.

Seraphim bukan hanya mengobati berbagai penyakit kronis, namun juga melakukan pencegahan alami setelah melakukan tes laboratorium. Anda dapat diperiksa dengan berbagai tes, misalnya DNA, food intolerance, hingga heavy metal test.

Baca juga: Tim Sepakbola U-19 Cileungsi Tercover BPJS Ketenagakerjaan

Seraphim Medical Center memiliki dokter yang ahli dalam penegakan diagnosa dan tatalaksana sesuai pemeriksaan DNA secara komprehensif. Dokter Haritsah (Funtional Medicine Practitioner) mengatakan DNA (Deoxyribonucleic Acid) sendiri merupakan molekul yang menyimpan semua informasi genetik dan membawa instruksi untuk fungsi tubuh. Dengan mengenal karakter gen diri sendiri melalui pemeriksaan DNA, kita dapat memaksimalkan perubahan gaya hidup dalam mencapai kesehatan yang paripurna. Bukan hanya panjang umur, tetapi panjang umur serta sehat adalah impian semua orang yang dapat dicapai saat ini.

Baca juga: Cegah Meluasnya Wabah PMK, Percepat Vaksinasi dan Pemberian Obat

“Di Seraphim Medical Center, kami memiliki pandangan holistik tentang kesehatan yang melibatkan penyelidikan akan penyebab yang mendasari masalah kesehatan dan melihat tubuh sebagai satu kesatuan yang saling berhubungan. Dengan menggunakan temuan berbasis bukti dari penelitian terbaru, kami menawarkan pengujian dan perawatan yang dirancang untuk mencegah dan menghilangkan efek penyakit secara alami tanpa menggunakan prosedur medis dan obat-obatan yang berbahaya.”

Baca juga: Pembekalan Wisudawan Universitas Nasional, Menko Airlangga : Jadilah Orang-orang Berprestasi

Di atas semuanya itu, Seraphim mengambil pendekatan pribadi yang berpusat pada pasien dengan melakukan perawatan terhadap pasien, bukan penyakitnya. Seraphim percaya dalam menghormati, memberdayakan, dan mengedukasi klien untuk berperan aktif dalam proses penyembuhan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik untuk kesehatan dan kesejahteraan jangka panjang. (*)

Editor: Rany