25 radar bogor

Kultur Jaringan Sukses Tekan Harga Tanaman Ekspor dari Kota Bogor

Proses kultur jaringan yang dilakukan di salah satu laboratorium Minaqu Indonesia sukses mendongkrak permintaan ekspor ke sejumlah negara Eropa dan Amerika. (FOTO: SOFYANSYAH/ RADAR BOGOR)
Proses kultur jaringan yang dilakukan di salah satu laboratorium Minaqu Indonesia sukses mendongkrak permintaan ekspor ke sejumlah negara Eropa dan Amerika. (FOTO: SOFYANSYAH/ RADAR BOGOR)

BOGOR-RADAR BOGOR, Berbagai jenis tanaman hias dibanderol di pasaran domestik maupun luar negeri dengan harga yang sangat fantastis. Harga tersebut ternyata bisa ditekan melalui metode perbanyakan plant culture tissue atau kultur jaringan.

Hal itu yang dicontohkan eskportir asal Kota Bogor, Minaqu Indonesia. Metode itu perlahan mulai diterapkan dengan memanfaatkan laboratorium sederhana.

Baca juga: Lebarkan Peluang Kerja Sama dengan Singapura, Airlangga dan Lawrence Wong Bahas Investasi KEK Kendal

Hasilnya, beberapa jenis tanaman hias telah dilempar ke pasaran dengan harga yang sangat ramah di kantong penggemarnya.

Diantaranya seperti Monstera Borsigiana Albo Varigata, Cercestis Mirabilis, Monstera Thai Constellation, hingga Anthurium.

Meski masih dalam bentuk ukuran pot kecil, harganya hanya dipatok hingga Rp300 ribu. Peminatnya pun langsung membeludak melalui pemesanan online.

Baca juga: Kadis KUKMDAGIN Ungkap Penyakit Pelaku UMKM dan Inilah Solusinya

Ade menekankan, kualitas tanaman dari metode kultur jaringan juga sama sekali tidak berbeda dengan indukannya, karena murni berasal dari gen indukannya.

Pemeliharaan produk kultur jaringan justru bisa dilakukan secara konvensional. Oleh karenanya, Ade sekaligus menyanggah kekhawatiran masyarakat yang menganggap produk kultur jaringan berbeda dari tanaman umumnya.

Baca juga: Tahun 2022, Dana Bagi Hasil Kota Bogor Ditargetkan Terima Rp502 Miliar

“Saya melihat ada sebuah penyimpangan informasi (misinformasi), yang menganggap tanaman kultur jaringan itu rentan penyakit. Padahal, secara genetik, hasilnya sama saja dengan induknya. Tidak ada minusnya. Malah hasil kultur jaringan membuat harga tanaman hias juga bisa ditekan dan lebih affordable,” tegas alumni IPB ini.

Harga itu berasal dari proses produksi tanaman hias yang relatif lebih singkat.

Meski demikian, prosesnya pun membutuhkan ketelitian tinggi dan ruangan yang benar-benar steril dan menyesuaikan kebutuhan proses kultur jaringan.

Baca juga: Tahun 2022, Dana Bagi Hasil Kota Bogor Ditargetkan Terima Rp502 Miliar

Sementara itu, Direktur Minaqu Yasmin Sanad juga mengakui, proses perbanyakan tanaman dengan berbagai cara terus digagas timnya.

Tak hanya melalui cara bioteknologi seperti kultur jaringan. Mereka juga memberdayakan para petani di Kota Bogor untuk bisa memelihara secara konvensional.

Langkah itu sudah dipatenkan melalui kerja sama dengan Kelurahan Bojongkerta, beberapa waktu lalu.

Baca juga: Sidak Pasar Hewan Jonggol Sempat Ricuh, Camat Ungkap Penyebabnya

“Niat kita juga berkegiatan sosial dan kemanusiaan terutama meningkatkan taraf ekonomi petani tanaman hias (lewat kerja sama). Kita dampingi dengan penyuluhan, dan pengembangbiakan bibit agar peningkatan ekonomi tercapai,” tandasnya.

Green house seluas 1000 meter persegi di Bojongkerta itu mampu menampung banyak jenis tanaman hias. Para petani mitra mengembangbiakkan sekira 300 tanaman hias asli nusantara dari Minaqu. (mam)

Editor: Rany