25 radar bogor

Alex Susul Leonard

Saya tahu jenazah Pendeta Alex tidak mungkin disemayamkan di gereja yang lebih besar lagi: Gereja Bethany Nginden. Yang sangat ikonis itu. Yang idenya juga dari Pendeta Alex.

Tahun lalu, ketika istri Pendeta Alex meninggal dunia, jenazah sang istri disemayamkan di gereja Jalan Manyar. Berarti Pendeta Alex pun akan dihormati di situ. Untuk kali yang terakhir. Ternyata saya mendapat kabar yang sangat berbeda. Sepanjang hari Jumat itu jenazah Pendeta Alex masih disimpan di lemari es. Tidak bisa dilayat.

Lemari es itu terletak di Adi Jasa, Jalan Demak. Yakni tempat persemayaman umum. Biasanya, kalau ada keluarga Tionghoa meninggal dunia, jenazah mereka ditempatkan di situ. Ke Adi Jasa-lah teman-teman melayat. Adi Jasa itu sangat besar. Kapasitasnya lebih dari 100 jenazah. Saya pernah, sekali melayat untuk tiga tempat. Hanya beda kaveling: ada tiga teman meninggal dunia.

Saya setengah tidak percaya pendeta Alex juga disemayamkan di Adi Jasa, tetapi begitulah pengumuman resminya. Maka saya pun ke Adi Jasa. Bersama pendeta Yusuf Mulyanto –yang pernah sekolah teologi di Bethany Jalan Manyar. “Sebenarnya kami memang ingin beliau disemayamkan di Gereja Jalan Manyar, tetapi tidak diizinkan,” ujar seorang keluarga Pendeta Alex di situ.

Saya pun menunduk. Agak lama. Tanpa dijelaskan pun saya tahu kenapa. Rupanya ada masalah yang belum tuntas. Bukan dengan Pendeta Leonard, tetapi dengan anak kandung Pendeta Alex sendiri: Aswin Tanusaputra.

Keseluruhan Gereja Bethany itu kini memang sudah di tangan Aswin. Sudah lebih dari 7 tahun. Termasuk Gereja Jalan Manyar. “Apakah Aswin nanti melayat ke sini?” tanya saya. “Tidak akan,” jawab kerabat itu. Saya kembali menunduk. Lebih lama.