25 radar bogor

Teori Framing dan Strategi Rahasia di Balik Kampanye Hitam, Membentuk Persepsi Publik

Ilustrasi kampanye hitam
Ilustrasi kampanye hitam

RADAR BOGOR-Dalam era digital, media memiliki peran yang semakin penting dalam membentuk persepsi publik. Salah satu strategi yang sering digunakan adalah framing media.

Baca Juga : Bercita-cita Jadi Atmospheric Scientist? Prodi Meteorologi Terapan IPB University Bisa Jadi Pilihan

Di mana pesan atau cerita disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap suatu isu atau peristiwa. Dimana pertempuran untuk memenangkan dukungan publik tidak hanya bergantung pada argumen kebijakan atau rekam jejak kandidat.

Sebaliknya, penampilan dan pemosisian pesan menjadi faktor yang tidak kalah penting. Di sinilah peran teori framing dan kampanye hitam menjadi sangat relevan. Teori framing mengacu pada cara penyajian informasi dapat mempengaruhi persepsi individu terhadap suatu isu atau peristiwa.

Sementara itu, kampanye hitam, yang terkadang juga disebut kampanye negatif, melibatkan penggunaan taktik-taktik yang bertujuan untuk merusak reputasi lawan politik.

Artikel ini akan menyelidiki peran teori framing dan kampanye hitam dalam membentuk persepsi publik. Kami akan mengeksplorasi bagaimana kedua konsep ini saling terkait dan dapat digunakan oleh pelaku politik untuk mencapai tujuan mereka.

Penelusuran ini akan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang dinamika politik kontemporer dan dampaknya terhadap masyarakat.

Teori Framing: Fondasi untuk Membentuk Opini

Teori framing menekankan bahwa cara informasi disajikan dapat mempengaruhi cara individu memahami dan menafsirkan dunia. Istilah “frame” mengacu pada struktur kognitif atau skema mental yang membantu individu dalam memahami konteks suatu isu atau peristiwa.

Framing tidak hanya menentukan apa yang dilihat oleh masyarakat, tetapi juga bagaimana isu tersebut diinterpretasikan dan dipahami.

Contoh sederhana dapat ditemukan dalam liputan media. Sebuah peristiwa yang sama dapat dijelaskan dengan berbagai cara, tergantung pada frame yang digunakan oleh media tersebut.

Misalnya, sebuah protes bisa di-frame sebagai ekspresi demokrasi yang sehat atau sebagai kerusuhan yang mengganggu ketertiban masyarakat.

Dalam politik, framing menjadi alat penting untuk membentuk opini publik tentang kandidat, kebijakan, atau isu-isu tertentu.

Kandidat yang cerdas akan berusaha untuk mengatur framing yang menguntungkan bagi mereka sendiri, sementara menentang framing yang merugikan.

Kampanye Hitam: Strategi Memanipulasi Persaingan Politik

Sementara teori framing berkaitan dengan cara informasi disajikan, kampanye hitam berkaitan dengan cara informasi itu digunakan.

Kampanye hitam melibatkan strategi negatif yang bertujuan untuk merusak reputasi lawan politik. Ini bisa melibatkan serangan pribadi, penyebaran desas-desus, atau penyajian informasi yang meragukan tentang lawan politik.

Tujuan utama dari kampanye hitam adalah untuk mengubah persepsi publik tentang lawan politik, seringkali dengan cara yang merugikan.

Ini bisa dilakukan dengan menonjolkan kelemahan atau kesalahan lawan politik, atau dengan menyebarkan informasi yang meragukan atau bahkan palsu.

Meskipun kontroversial, kampanye hitam terbukti efektif dalam beberapa kasus. Serangan pribadi dan penyajian informasi yang meragukan bisa merusak reputasi seorang kandidat, bahkan jika informasi tersebut tidak sepenuhnya benar. Dalam beberapa kasus, kampanye hitam telah mengubah dinamika politik dan bahkan hasil pemilihan.

Mengapa Kampanye Hitam Masih Sering Terjadi di Indonesia?

Kampanye hitam, meskipun telah dianggap sebagai praktik yang tidak etis dalam politik, masih sering terjadi di Indonesia.

Pertama, faktor utama yang memicu kampanye hitam adalah persaingan politik yang sengit. Dalam atmosfer politik yang kompetitif, para kandidat sering kali merasa terdesak untuk menggunakan segala cara untuk memenangkan dukungan publik, termasuk dengan cara menyerang reputasi lawan politik mereka.

Ketidakadilan dalam pemerataan akses media dan sumber daya politik juga memperburuk situasi, karena kandidat yang merasa kurang diuntungkan cenderung menggunakan kampanye hitam sebagai alat untuk menyeimbangkan keadaan.

Kedua, rendahnya kesadaran politik di kalangan masyarakat juga menjadi pendorong utama terjadinya kampanye hitam.

Banyak pemilih yang cenderung mudah dipengaruhi oleh informasi yang tidak diverifikasi dan seringkali hanya mempercayai apa yang mereka dengar atau lihat secara langsung tanpa melakukan pengecekan fakta lebih lanjut.

Hal ini membuat kampanye hitam menjadi efektif karena mampu memanipulasi opini publik dan memengaruhi hasil pemilihan tanpa perlu menawarkan argumen yang kuat atau kebijakan yang substansial.

Ketiga, lemahnya penegakan hukum dan kurangnya sanksi yang tegas terhadap pelaku kampanye hitam juga memperkuat praktik ini di Indonesia.

Tanpa adanya konsekuensi yang serius bagi mereka yang terlibat dalam kampanye hitam, politisi dan tim kampanye mereka merasa bahwa mereka dapat melakukan serangan politik tanpa takut akan konsekuensinya. 

Persoalannya terletak pada Pasal 249 Ayat (4) UU Pemilu Nomor 8 Tahun 2012 yang menyatakan bahwa pelanggaran kampanye pemilu hanya dapat dituntut jika ada pengaduan atau laporan terlebih dahulu kepada Bawaslu mengenai dugaan pelanggaran dalam penyelenggaraan pemilu.

Oleh karena itu, perlu langkah-langkah yang lebih tegas dari pemerintah dan lembaga terkait untuk mengurangi insiden kampanye hitam dan meningkatkan kesadaran politik masyarakat tentang pentingnya memilih berdasarkan substansi dan integritas calon pemimpin. 

Keterkaitan antara Framing dan Kampanye Hitam

Meskipun teori framing dan kampanye hitam mungkin terlihat sebagai konsep yang berbeda, keduanya memiliki keterkaitan yang erat dalam politik kontemporer. Kampanye hitam sering kali menggunakan framing yang merugikan untuk mencapai tujuannya.

Misalnya, serangan pribadi terhadap seorang kandidat dapat menggunakan frame negatif untuk menggambarkan kandidat tersebut sebagai tidak kompeten atau tidak dapat dipercaya.

Di sisi lain, framing juga dapat digunakan untuk merespons atau mengatasi kampanye hitam. Seorang kandidat yang menjadi sasaran serangan dapat mencoba untuk membingkai ulang isu tersebut dalam konteks yang lebih menguntungkan bagi mereka sendiri.

Mereka dapat menolak frame yang digunakan oleh lawan politik dan mencoba untuk mengalihkan perhatian publik ke isu-isu lain.

Teori framing dan kampanye hitam adalah dua konsep yang penting dalam politik modern. Teori framing menyoroti bagaimana penyajian informasi dapat mempengaruhi cara individu memahami dan menafsirkan dunia, sementara kampanye hitam melibatkan penggunaan strategi negatif untuk merusak reputasi lawan politik.

Keduanya saling terkait dalam konteks politik, di mana kampanye hitam sering menggunakan framing yang merugikan untuk mencapai tujuannya.

Namun demikian, framing juga dapat digunakan sebagai respons terhadap kampanye hitam, dengan mencoba mengalihkan perhatian publik atau membingkai ulang isu-isu tersebut dalam konteks yang lebih menguntungkan.

Strategi Rahasia di Balik Kampanye Hitam:

Ada beberapa strategi rahasia yang digunakan dalam kampanye hitam untuk mencapai tujuannya. Pertama, penyebaran informasi palsu atau fitnah melalui sumber anonim atau akun palsu di media sosial.

Dengan cara ini, sulit untuk melacak siapa yang bertanggung jawab, dan informasi negatif dapat dengan mudah menyebar tanpa terdeteksi.

Selain itu, strategi lain yang digunakan adalah memanfaatkan isu sensitif atau kontroversial yang dapat memicu emosi masyarakat.

Dengan mengarahkan perhatian publik pada isu-isu ini, kampanye hitam dapat mempengaruhi persepsi publik terhadap lawan politik dan menciptakan ketidakpercayaan terhadap mereka.

Dalam era di mana opini publik dan persepsi politik sangat berpengaruh, pemahaman tentang teori framing dan kampanye hitam menjadi semakin penting.

Baca Juga : Undang Menkes, IPB University Adakan Kuliah Umum Kedokteran Masa Depan Bersama

Pemilih yang cerdas harus waspada terhadap upaya-upaya untuk memanipulasi opini mereka, sementara para pemimpin politik harus mempertimbangkan implikasi jangka panjang dari strategi-strategi yang mereka gunakan.

Dengan demikian, penelitian dan analisis lebih lanjut tentang hubungan antara teori framing dan kampanye hitam akan menjadi kontribusi berharga untuk pemahaman kita tentang politik kontemporer. (*)

Penulis : Deswita Zahra Andriani
Mahasiswa Sekolah Vokasi IPB University

Editor : Yosep