25 radar bogor

Relawan Ahli Gizi Indonesia di Turki, Jadikan Cabai Pengobat Rindu

Tim ahli gizi yang dikirimkan Indonesia untuk membantu bencana gempa di Turki. (ist)

BOGOR-RADAR BOGOR, Jauh dari rumah memang bukan hal yang mudah. Rasa rindu senantiasa menyerbu sanubari. Perbedaan kultur jadi tantangan yang terus dihadapkan. Tak disangka cabai justru jadi obat penawarnya.

Yudhi Adrianto jadi salah seorang ahli gizi (nutrisionis) yang diberangkatkan ke Turki untuk membantu para pengungsi korban gempa bumi. Tak sendirian, ia terbang bersama 118 orang lain yang tergabung dalam Tim RS Lapangan atau yang akrab disebut INA EMT.

Baca Juga: Kisah Tim RS PMI Bogor Saat Bertugas Menolong Korban Gempa di Turki

Tim ini memiliki peran menyiapkan menu makanan dan memenuhi asupan gizi korban dan relawan. Namun ternyata tugas itu tak semulus yang direncanakan. Tim dihadapkan dengan cuaca dingin yang ekstrem dan ketersediaan bahan pangan yang terbatas.

“Kami mendarat di Adana rasa dingin menyerang raga, menembus tulang belulang dan sehingga memecahkan fokus. Tim kami juga mengalami kendala dalam pemenuhan logistik, terutama kebutuhan bahan makanan. Ditambah dengan belum adanya dapur umum saat itu padahal semua personel kelaparan setelah membangun tenda yang dibutuhkan,” ujar Yudhi kepada Radar Bogor,.

Di hari itu Yudhi bersama rekan-rekannya hanya memiliki mie cup kemasan sebagai bahan olahan. Ia pun akhirnya memutar otak agar menu yang disajikan tetap bisa memenuhi kebutuhan gizi.

“Akhirnya kami menambah menu itu dengan, telur rebus, susu dan jus buah dengan dasar perhitungan kandungan gizi yang memenuhi makronutrient (protein, lemak, karbohidrat) dan micronutrient (vitamin dan mineral), karena apabila tidak terpenuhi gizi seimbang maka dikhawatirkan imunitas dari personil akan menurun dan meningkatkan risiko sakit saat bertugas,” tutur dia.

Setelah tenda dapur umum berdiri, mereka kemudian mengoptimalkan pelayanan gizi dengan memproduksi makanan sesuai dengan kebutuhan. Namun masalah baru muncul setelahnya yaitu keinginan adanya cita rasa Indonesia di tengah ketiadaan bumbu dasar yang biasa ditemukan di tanah air.

Bagai oase di padang pasir, tim logistik mendapatkan cabai dan dengan bumbu seadanya di hari keempat. “Kami langsung membuat sambal. Meskipun tidak seenak dengan sambal terasi di Indonesia tetapi itu benar-benar melampiaskan lidah kami akan rindunya rasa pedas. Kami juga membuat bakwan yang biasaada di Indonesia,” tutur Yudhi.

Menu itu pun seakan menjadi rekreasi dan memberikan efek psikologis yang mendukung kesehatan baik jasmani dan psikologi para relawan.

Begitu pula saat ada kunjungan Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Muhajir Effendy tim relawan berkesempatan menikmati jamuan nasi putih, rendang daging, telur balado, otak-otak, sambal hingga kerupuk. “Hari itu menjadi momen yang paling dikenang kami,” ucap Yudhi.

Baca Juga: Dikabarkan Dekat dengan Wanita Turki, Ini Kata Sule

Ia bercerita setiap makan bersama mereka selalu diberikan makanan penutup khas Turki bernama Baklava yakni sejenis kacang yang dibungkus oleh adonan roti manis. Selain itu mereka juga kerap mendapatkan Sarma yaitu nasi bungkus daun anggur yang dimasak dengan zaitun dikirim oleh warga Turki yang berkunjung ke RS Lapangan Indonesia.

“Rasa kekeluargaan dari masyarakat dan personil rumah sakit darurat sangat berkesan. Tanpa dukungan mereka kami tidak akan bisa memberikan pelayanan gizi yang optimal. Hal ini menjadi bentuk solidaritas dan kekuatan yang tidak terhingga,” tutupnya. (*)

Reporter: Reka Faturachman
Editor: Imam Rahmanto