25 radar bogor

Penjaja Aksesoris Cap Go Meh, Empat Dekade Jualan di Surken

Para pedagang aksesoris CGM mulai menjamur di sepanjang kawasan Suryakencana, Kota Bogor. (Radar Bogor/ Sofyansyah)

BOGOR-RADAR BOGOR, Bogor Street Festival Cap Go Meh (BSF CGM) bakal dihelat akhir pekan ini. Gelaran ini digadang-gadang akan berlangsung dengan meriah. Junaedi berharap BSF CGM tahun ini membawa banyak untung untuknya, sehingga ia bisa pulang Cirebon berkumpul lagi dengan keluarga.


Semarak event BSF CGM kian hari semakin terasa. Khususnya di kawasan Suryakencana, Kecamatan Bogor Tengah. Deretan lampion tampak menggantung di atas jalan dan depan pertokoan. Bazar sembako di Vihara Dhanagun terus ramai dikunjungi.

Atmosfer ini bertambah semarak kala mulai menjamurnya para pedagang aksesoris CGM di sepanjang kawasan pecinan itu. Sekira 20 pedagang mulai menggelar lapaknya di depan toko-toko.

Mereka pamerkan produk-produk dagangannya di rangka etalase miliknya. Aksesorisnya beraneka ragam, misalnya mainan barongsai mini, topi barongsai, dan aneka topeng warna-warni.

Junaedi jadi salah satunya. Pria kelahiran tahun 1963 ini, menggelar lapak aksesorisnya di depan toko benang Menara. Berdiri, menyandarkan punggung di tembok sembari merayu pejalan kaki agar membeli dagangannya.

Ia sudah lama berjualan di sana, sejak era 70-an. Junaedi berbeda dengan pedagang aksesoris CGM lain yang hanya musiman saja. Dirinya mengaku, memang berjualan mainan barongsai mini serta kapal otok-otok bahkan saat di luar momen Imlek dan CGM.

“Barangnya saya datangkan dari tempat para pengrajin mainan barongsai di Cirebon. Di sana ada teman yang membuat. Saya tinggal jual saja di sini, kemudian setoran,” terangnya.

Perayaan CGM memang jadi momen yang ditunggu olehnya, karena pada saat itulah barang dagangannya lebih laku terjual. Di hari biasa hanya sedikit orang yang melirik dagangannya. Namun di momen CGM, aksesorisnya bisa laku 5-6 buah.

“Bersyukur sekali ada ini (event BSF CGM) lagi. Tahun kemarin sepi sekali, mudah-mudahan tahun ini ramai,” harapnya.

Pria yang tinggal mengontrak di wilayah Paledang ini amat menggantungkan asanya pada helaran itu. Ia ingin dagangannya laris manis sehingga banyak meraup untung.

Ia jarang sekali pulang ke kampung halamannya di Cirebon. Alasannya karena tidak punya ongkos. Sudah 3 bulan ia tak pulang ke sana. Junaedi menyimpan rindu pada istri dan tiga anaknya. Ia ingin hasil jualannya bisa jadi ongkos pulang kampung dan membuatnya bisa memberi nafkah yang cukup untuk keluarga di sana.

Namun, ia mesti bersaing dengan puluhan pedagang serupa lainnya. Karena ia menyebut setiap BSF CGM digelar ada sekira 70-80 pedagang musiman Cirebon yang datang ke Kota Bogor.


“Biasanya mereka datang hari Jumat dan baru pulang di hari Senin atau Selasa. Setelah itu, saya tinggal sendiri lagi yang jualan di sini,” ucapnya. (*)

Reporter: Reka Faturachman
Editor: Imam Rahmanto