25 radar bogor

Museum Perjoangan Bogor, Bertahan Andalkan Kotak Sumbangan

museum perjoangan bogor
Pengunjung melihat-lihat jejak sejarah pahlawan di Museum Perjoangan, Kota Bogor. (Radar Bogor/ Reka Faturachman)

BOGOR-RADAR BOGOR, Perjuangan para pahlawan untuk membebaskan negara ini dari belenggu penjajah tidak perlu diragukan lagi. Mereka rela berkorban jiwa dan raga demi masa depan bangsa.

Masa-masa lelah mereka sudah tuntas. Saksi bisu perjuangan mereka dapat kita lihat dengan mudah di museum-museum saat ini. Meski sudah diwarisi kemerdekaan oleh para pendahulu, ternyata tak membuat rasa penghargaan atas perjuangan itu tumbuh sempurna.

Baca Juga: Soal Perbaikan Jalan M Falak, Bima Arya: Saya Ingatkan Supaya Dipercepat

Buktinya, Museum Perjoangan Bogor hidup dalam keprihatinan. Bangunan yang berusia 65 tahun ini terletak di Jalan Merdeka Kecamatan Bogor Tengah. Terlihat tua dan ripuh.

Minimnya kunjungan membuat museum kian sunyi. Temaram ruang tanpa cukup cahaya menambah kesan horor di dalamnya. Padahal, bangunan seluas 600 meter persegi ini menyimpan sejarah bangsa yang luar biasa, khususnya bagi Wilayah Karesidenan Bogor.

Ketua Pengurus Museum Perjoangan Bogor, A Benyamin sendiri yang menuturkan, museum ini sebenarnya memiliki banyak staf. Namun, keterbatasan anggaran operasional akhirnya mereka dibebaskan untuk mencari penghasilan yang lain. Menyisakan dirinya sebagai single fighter dalam mengurus museum tersebut.

“Tidak ada bantuan sama sekali. Untuk meringankan biaya kebersihan dan operasional per bulan (perawatan museum) mengandalkan kotak Peduli Museum,” ucapnya saat ditemui Radar Bogor, Rabu (9/11).

Di dalam museum, pengunjung bisa menjumpai jejak-jejak para pejuang. Mulai dari senjata api rampasan penjajah, bambu runcing, mortir, hingga granat. Tak ketinggalan pula, benda bersejarah lain seperti surat kabar, uang ORI, uang Belanda, Jepang, hingga perangko masa sebelum kemerdekaan.

Di lantai kedua museum terdapat koleksi-koleksi benda bersejarah lainnya seperti mesin tik, telepon, radio, keris, hingga seragam Palang Merah Indonesia (PMI). Sejumlah diorama peristiwa bersejarah dan foto para pahlawan turut menghiasi isi museum ini.

Sayangnya, koleksi luar biasa ini tidak didukung dengan perawatan memadai. Tak jarang ditemukan sarang laba-laba di sudut-sudut lemari, banyak kayu yang rapuh karena dimakan rayap, hingga plafon rusak dengan lubang besar menganga.

Kondisi ini tentu berbanding terbalik dengan kesediaan pejuang yang rela mati untuk merdeka. Ben, begitu ia disapa, terus berharap ada perhatian dari Pemerintah Daerah hingga Pusat. Pun, dari anggaran yang sering gembar-gembor dari balik kursi sidang DPRD. Museum seharusnya bukan hanya menjadi milik daerah dan golongan saja melainkan dimiliki seluruh masyarakat.

“Sudah bosan mendengar janji, katanya nanti dan nanti. Bahkan untuk selembar bendera pun tidak ada,” keluh pria asal Empang, Kecamatan Bogor Selatan ini.

Menurutnya, anak-anak sekolah seharusnya diajak tur ke museum dibandingkan dengan tempat-tempat lain. Hal itu bisa menjaga museum tetap hidup dan dikenal lintas generasi. Jika tidak demikian, pengunjung museum yang aktif 35 orang per bulan bakal raib secara perlahan.

Baca Juga: Peduli Pendidikan, BCA Salurkan Beasiswa ke 50 Mahasiswa IPB University

Salah satu pengunjung museum, Firgy Fahrizy terharu melihat senjata-senjata yang terpajang dalam museum. Ia membayangkan kondisinya jika tak ada para pahlawan yang berjuang di kala masa penjajahan. “Mungkin kita masih dijajah sampai sekarang,” ucap pelajar SMKN 1 Leuwiliang itu.

Itu sekaligus menjadi kunjungan pertama Firgy ke Museum Perjoangan. Dirinya bersama ketujuh rekannya menilik museum dengan alasan mengerjakan tugas sekolah. “Kalau bukan karena tugas tidak ke museum. Tapi sekarang jadi ingin ke museum yang lain,” tuturnya.(cr1)