25 radar bogor

Ekspor Mangga ke Jepang Terbuka Lagi, Geliat Satu Dekade yang Tertunda

BOGOR-RADAR BOGOR, Peluang ekspor mangga ke Jepang sudah terbuka lebar. Para eksportir mulai menyiapkan strategi untuk keran bisnis yang sempat tertunda selama lebih satu dekade tersebut.

Hasil riset kolaborasi Injabar Unpad dan Badan Karantina Pertanian Kementan (Barantan) membuktikan tak ada lalat buah (Bactrocera occipitalis) di pulau Jawa.

Baca Juga: Hasil Riset Mangga Bebas dari Bactrocera, Indonesia Siap Ekspor ke Jepang

CEO Minaqu Indonesia, Ade Wardhana Adinata sangat bersyukur dengan peluang memeriahkan lagi ekspor mangga di tanah Asia, khususnya Negeri Sakura. Pihaknya sejak awal sengaja ikut mendorong penelitian untuk komoditas mangga asal nusantara. Lantaran melihat peluang buah tropis asli nusantara sangat terbuka didistribusikan ke sejumlah negara.

Untuk diketahui, Indonesia menduduki posisi kelima sebagai produsen buah mangga dunia setelah India, China, Thailand, dan Meksiko. Bahkan, produksi mangga di Indonesia mencapai 2.184.399 ton pada tahun 2018.

“Dari sisi Minaqu, karena ini menyangkut petani dan komoditas mangga yang memiliki peluang besar, jadi sebagai eksportir mendukung upaya teknis (penelitian) bersifat memperlancar,” tuturnya.

Ade sempat prihatin dengan komoditas yang sangat menjanjikan itu. Ia menyebutkan, ekspor mangga dari Indonesia sempat dibanned (mendapat larangan) oleh Jepang selama 11 tahun. Untuk mengembalikan kejayaan ekspor mangga itu, butuh riset yang didorong dengan kontribusi dari Minaqu.

Kini, pihaknya pun siap menyediakan sejumlah komoditas mangga berkualitas dari Sumedang. Sasarannya bakal menuju negara Jepang, Korea Selatan, Singapura, maupun negara di benua Asia lainnya. Market itu sudah lama diancang-ancang Minaqu untuk produk buah tropis seperti mangga.

“Insyaallah dimaksimalkan sesuai kemampuan (jumlah kebutuhan ekspor yang bisa dipenuhi),” cetusnya.

Peneliti dari Universitas Padjadjaran (Unpad) Prof Keri Lestari bersama timnya meriset ribuan jenis lalat buah yang hinggap pada buah mangga di seluruh Indonesia. Semua riset utu telah dipublikasi dan didapatkan pada Ministry of Agriculture, Forestry and Fisheries (MAFF) Jepang.

“Sebelumnya JICA (Japan International Cooperation Agency) dan laboratorium Barantan di Jatisari sudah meriset metode sanitasi untuk mengeliminir beberapa lalat buah di produk mangga. Namun, riset terhadap Bactrocera occipitalis belum dilakukan,” ungkapnya kepada Radar Bogor, Jumat (9/9).

“Sehingga pihak MAFF masih mempertanyakan apakah Bactrocera occipitalis juga dapat dikendalikan dengan metode sanitasi tersebut. Hal ini muncul ketika salah satu publikasi riset menyatakan bahwa Bactrocera Occipitalis juga ditemukan di Indonesia,” sambung guru besar Guru Besar Fakultas Farmasi Unpad ini.

Baca Juga: Inflasi Sasar Negara Tujuan Ekspor, Minaqu Atur Strategi dan Manuver Baru

Hal itulah yang melandasi timnya melakukan riset. Sekaligus membantu memberi landasan riset mengenai keberadaan dan pengendalian karantina untuk membatasi Bactrocera Occipitalis di Indonesia. Hasilnya, lalat buah itu tidak ditemukan di sentra mangga di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.

“Jadi, kekhawatiran akan risiko penyebaran lalat buah yang menjadi hambatan untuk ekspor mangga ke Jepang dapat segera diatasi,” tegasnya. (*/mam)