25 radar bogor

Prof Elvis Warsono

Setelah itu saya harus transplan hati. “Tidak ada jalan lain,” katanya.

Dokter itulah yang membuat saya mengambil kata putus: ganti hati. 14 tahun lalu.

Saya akan mengabarinya bahwa teman baiknya di Surabaya baru saja meninggal. Tentu ia akan banyak bertanya mengapa sampai terjadi. Apalagi istri Prof Budi Warsono juga lagi kritis di ICU.

Setidaknya temannya itu akan sangat lega karena semua cita-cita Prof Budi sudah tercapai.

Tentu Prof Budi sudah lama melupakan saat-saat menderita dalam status ‘ngenger‘ di Surabaya. Yang masa itu selalu beliau kenang sebagai masa yang ‘termiskin di dunia’ –terasa ini pun mengutip judul sebuah lagu.

Masa itu ia harus meninggalkan kampungnya di Blitar. Ia baru tamat SMAN 1 Blitar –salah satu SMA terbaik di Jatim saat itu.

Ayahnya pegawai negeri rendahan. Ibunya bidan. Tapi ia masih punya satu kakak dan dua adik. Tahun itu adalah puncak kesulitan ekonomi Indonesia –di akhir masa pemerintahan Bung Karno. Sang ayah masih harus membiayai saudara-saudaranya.