Alhamdulillah, Pusat Perbelanjaan di Bogor Mulai Bangkit

Aktivitas bisnis di BTM Kota Bogor, berangsur-angsur bangkit lagi.

BOGOR-RADAR BOGOR, Masa transisi new normal atau sekarang disebut Pra Adaptasi Kebiasaan baru (AKB) di Bogor memang tidak serta-merta melecut roda ekonomi. Namun, sejumlah sektor mulai bangkit dengan adanya pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Di antaranya adalah pusat perbelanjaan.

Seperti yang terlihat di Mal Botani Square, Jumat (3/7/2020). Meski tidak seramai pada biasanya, pusat perbelanjaan yang berada di sentra Kota Bogor itu masih menjadi pilihan bagi warga Bogor. Terlihat beberapa restoran restoran terisi oleh pengunjung.

Walaupun dari sekian banyak meja yang disediakan, sebagian besar tak terisi. Hal itu sesuai dengan ketentuan bahwa restoran maupun mal hanya bisa menerima kunjungan separuh dari kapasitas yang ada.

“Jika dihitung ada sekitar 35 persen jumlah kunjungan atau 7.000 hingga 8.000 kunjungan setiap harinya untuk weekday. Sementara untuk weekend hingga 12.000 pengunjung,” ujar General Manager (GM) Botani Square Fery Gunardi, kepada Radar Bogor, kemarin.

Dia menjelaskan, meski Kota Bogor sudah menerapkan Pra-AKB jumlah kunjungan memang belum sepenuhnya bisa pulih kembali seperti pada kondisi sebelum pandemi Covid-19.

Fery menambahkan, selain jumlah kunjungan, tidak semua tenant kembali beroperasi. Ada sekitar 85 persen yang sudah berjalan, lantaran tenant seperti bioskop, tempat bermain anak, tempat karaoke, dan pusat kebugaran belum bisa beroperasi kembali sambil menunggu keputusan pemerintah. “Itu berdasarkan tenant. Jika berdasarkan luasan lebih kecil lagi persentasinya,” ucapnya.

Dia mengimbuh, berdasarkan analisa sejak dibukanya kembali mal di Kota Bogor, ada fenomena menarik yang menjadi perhatian pengelola. Kebiasaan pengunjung kini sudah bergeser, yang awalnya tujuan ke mal untuk jalan-jalan kini hanya sesuai kebutuhanya saja. “Belanja dan langsung pulang. Yang nongkrong bisa dihitung jari,” ucapnya.

Meski demikian, Fery tak mau gegabah memberikan pelonggaran dengan memberikan promo tenant agar mengundang perhatian orang banyak untuk datang ke mal. Karena situasi masih pandemi. Hal itu tidak dilakukan dan tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

“Intinya mal dibuka untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan perekonomian ini bisa berjalan. Jangan sampai disalahartikan kita berharap ketika dibuka itu ramai. Tidak,” tegasnya.

Dia mengatakan, Botani telah menjalankan protokol kesahatan yang telah dipersyaratkan Pemkot Bogor. Selain itu dia menjelaskan, telah memiliki pusat informasi untuk memantau jumlah pengunjung di Botani.

Sistem itu, lanjut dia, telah terkoneksi dengan server mal dan server Pemkot Bogor. “Kita ada pusat informasinya, ada dari CCTV, sudah pakai sistem. Nih pengunjung hari ini ada berapa, masuknya dari pintu mana saja terus di dalam ada berapa,” jelas dia.

Kondisi serupa juga terjadi di Mal BTM. Pusat perbelanjaan yang berada di Bilangan Jalan Juanda itu juga masih kehilangan banyak jumlah kunjungan. Public Relation Mal BTM, Yuyun Yuningsih menjelaskan, sejauh ini jumlah kunjungan masih di angka 50 persen dari jumlah visitor normal. “Total tenant yang buka juga sekitar 80 persen,” ucapnya.

Manager Properti Manager Mal BTM, Budi Santoso menambahkan, saat ini BTM sudah beroperasi dengan menjakankan protokol kesehatan secara ketat. Baik kepada pengelola tenant, pegawai mal dan kepada pengunjung.

Budi menjelaskan, sebelum mendapatkan lampu hijau dari Wali Kota Bogor, Bima Arya, pengelola sudah mempersiapkan sistem protokol kesehatan yang kemudian diajukan kepada Pemkot Bogor. “Selama buka kami juga mewajibkan para karyawan toko selalu memakai masker dan menyediakan handsanitizer untuk kesehatan karyawan toko dan pelanggan,” tegasnya.

Setali tiga uang, Cibinong City Mall (CCM) juga bernasib serupa. Meski jumlah pengunjungnya telah dibatasi hingga 50 persen kapasitas maksimum, namun suasana perbelanjaan cenderung tidak mengalami kenaikan. “Masih stabil ini (kunjungan) dari awal bulan sampai hari ini. Belum menanjak,” ujar Public dan Media Relation, Farah Tropera.

Dia mengimbuh, peningkatan pengunjung diprediksi bakal terjadi pada momen akhir bulan. Itu lantaran sebagian besar masyarakat menerima penghasilannya setiap akhir dan awal bulan. Dengan begitu, mereka baru bisa menyisihkan sebagian pendapatan untuk berbelanja, termasuk di pusat perbelanjaan seperti CCM.

Meski begitu, pihaknya telah mengantisipasi jika terjadi keramaian. Protokol kesehatan sudah sejak awal disiagakan di CCM. Salah satunya pengunjung wajib mengenakan masker. Selain itu, semua tenant dan bagian mal juga telah menjalani proses sterilisasi dengan penyemprotan rutin disinfektan.

“Tiap hari juga kita akan ada checker, baik untuk kendaraan maupun orang (mengantisipasi banyaknya pengunjung). Checker manual juga dipegang oleh security dan PKD di lapangan. Kita dilengkapi radio komunikasi internal, jadi bisa koordinasi soal traffic kapan harus tutup,” ungkap Farah.

Kapasitas CCM, tambah Farah, bisa menampung hingga 40 ribu pengunjung. Hanya saja, selama masa PSBB Proporsional, pihaknya akan membatasi hingga 20 ribu saja. Hal itu disesuaikan dengan aturan pemerintah dan mencegah penyebaran wabah Covid-19 yang semakin meluas.

Meski jumlah kunjungan belum signifikan, Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) mencatat bahwa secara bertahap kini jumlah pengunjung mulai meningkat. Pada minggu-minggu awal dibukanya mal, jumlah pengunjung hanya sekitar 20 persen dibanding masa normal.

”Terlihat sekali ada peningkatan, awal-awal 20 persen yang datang, awal minggu ini kita lihat sudah 30-40 persen pengunjung,” ujar Ketua Umum APPBI Stefanus Ridwan.

Stefanus mengatakan yang lebih penting dari hal itu adalah sudah mulai bergerak roda-roda perekonomian. Karyawan mal-pun masuk lagi dan mendapatkan gajinya. Serta supplier sudah mulai memasukkan barang-barangnya ke toko. ”Jadi kita harus bersabar dengan ini, yang kita perlu adalah kedisiplinan masyarakat akan protokol kesehatan,” tambahnya.

Menurut Stefanus, optimisme itu harus tetap ada, meskipun keadaan saat ini masih dalam masa transisi new normal. Namun, dia yakin seiring berjalannya waktu sektor ritel modern bisa kembali normal secara bertahap.

Oleh sebab itu, APPBI meminta kepada pemerintah untuk membantu pihak pusat perbelanjaan, baik pemilik, dan tenant-tenant, agar mereka bisa dibantu terkait PPN, PPh, dan soal listriknya.

Bila dilihat dari penghasilan penjual di ritel modern yang terbatas meskipun mal telah dibuka. “Saya kira ini akan membantu para penyewa juga bisa bertahan lebih lama, sebab kalau penyewanya tidak tahan dia akan berhenti dan tutup, akhirnya mal yang sudah diizinkan buka akan tutup lagi,” ucap dia.

Sementara itu, Wali Kota Bogor Bima Arya mengatakan aktivasi pusat perbelanjaan di Kota Bogor merupakan sebuah keniscayaan. Menurut dia, Pemerintah Kota Bogor bisa bangkrut bila sektor perekonomian seperti mal, hotel dan restoran tak beroperasi.

Karena itu pelonggaran harus dilakukan namun diiringi dengan protokol kesehatan yang ketat. “Kita tidak bisa menutup semuanya, bangkrut kita. Jadi bertahap kita buka tapi protokol kesahatan kita seriusi, kita pantau betul secara detail. Supaya seimbang antara ekonomi dan kesehatan,” ujar Bima.

Dia mengungkapkan, kondisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Bogor saat ini sangat terdampak Covid-19. Sejak pandemi masuk ke Bogor pada pertengahan Maret 2020, pendapatan asli daerah (PAD) mengalami penurunan yang begitu signifikan.

Dia memperkirakan APBD Bogor hanya bisa bertahan hingga di bulan Oktober 2020 jika tempat usaha terus tutup. “Dengan kondisi begitu maka yang terjadi adalah PNS tidak bisa gajian,” ungkap dia.

Meskipun belum memasuki normal baru, Bima menjelaskan, membuka kembali aktivitas ekonomi untuk menyelamatkan masyarakat. Pasalnya, ditutupnya aktivitas perhotelan, mal selama kurang lebih tiga bulan sejak Maret lalu melumpuhkan perekonomian masyarakat. “Kenapa kita mengaktivasi hotel dan mal, karena orang yang kerja di sana sebagai perisai bisa hidup,” imbuh dia.

Bima menyatakan, pihaknya terus berupaya untuk mengantisipasi adanya penambahan pasien tertular Covid-19 selama geliat ekonomi dibuka.

Jangan sampai saat kembali beroperasi potensi pasien positif mengalami peningkatan. “Jadi ini yang kita usahakan untuk diseimbangkan,” pungkasnya. (ded/mam/jpg/d)