25 radar bogor

Ar Saum Melatih Kesabaran

Dr. H. Ade Sarmili. Sy, M. Si, Ketua LPTQ Kota Bogor

RADAR BOGOR-Sabar menurut dokter Ibrahim Anis dalam kamus Al-Wasit sebagai keteguhan hati dan ketegaran-ketegaran dalam menghadapi sesuatu.

Baca Juga : SD Islam Imam Syafii Raih Prestasi di SIPAN Festival Ramadan, Unggulan di Bidang Diniyyah

Wahbah Al-Zuhaili dalam kitabnya AI-fikhu Al-Islamiyu, Waadillatuhu, pada jilid dua mengungkapkan nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam saum di antaranya adalah, kesabaran dalam mengendalikan hawa nafsu, yang merupakan jihad akbar, dan kesabaran ini pulalah yang menjadi ciri khas ibadah saum.

Allah SWT berkenan melipat gandakan pahala bagi orang yang memiliki prilaku sabar, Allah SWT berfirman yang artinya ” … orang yang bersabar itu akan dilipat gandakan pahalanya secara tak terhingga. ”(QS Azzumar : 10)

Kesabaran yang dihasilkan dari ibadah saum tersebut seharusnya dapat menjiwai seluruh aktivitas kehidupan manusia, karena seluruh aktifitas manusia dalam menjalani perjuangan dan hidup ini memerlukan kesabaran.

Di dalam Al-Qur’an banyak sekali terminalogi yang mengindikasikan makna kepada kesabaran atau dengan menggunakan ragam bahasa sabar, Allah menyebut dalam Al-Qur’an kata-kata tersebut sampai 90 kali. Ini menunjukkan betapa pentingnya arti sabar dalam menemani aktivitas hidup manusia.

Kesabaran yang dibina dalam ibadah saum Ramadan juga terlihat dari prilaku ramadhan. Berbeda dengan ibadah yang lainnya, shalat misalnya terlihat jelas gerakannya dari mulai takbir, ruku, i’tidal sampai salamnya, terlihat dan terdengar oleh yang lain.

Zakat, misalnya terlihat ketika muzaki menghitung uang yang dimilikinya, memberikannya kepada mustahiq dan lain sebagainya, ada benda yang dikeluarkan oleh muzaki tersebut.

Haji, betapa ketika orang mau pergi haji, jangankan ketika pulangnya, sebelum berangkatpun ada syukuran terlebih dahulu, ketika berangkat diantar oleh sanak saudara bahkan tetangga, terlihat betul betapa ibadah haji, zakat dan shalat ini adalah ibadah yang sangat terbuka peluang pelakunya untuk berlaku ria, sum’ah (ingin di dengar orang lain), Uzub dan takabur ( sombong).

Rasulullah SAW adalah hamba Allah yang sangat luar biasa kesabarannya, pernah ketika beliau hijrah ke thaif untuk menyelamatkan dakwah Islam, Rasul tidak disambut dengan hiruk pikuknya penerimaan, tidak disambut dengan tepuk tangan dan uluran tangan.

Tetapi, ketika Rasulullah sampai ke thaif justru disongsong dengan lemparan batu, apakah Rasul marah ? subhanallah, Rasul tidak mengeluarkan cacian, apalagi makian kepada orang thaif, sampai kepala Rasul berdarah terkena lemparan batu.

Ketika malaikat jibril menawarkan bantuan untuk membalas sakitnya Rasulullah, Rasul hanya mengeluarkan utaian doa ” … Allahumma Ihdi Qaumi Fainnahum laa Ya’lamun ” ( Ya Allah berikanlah petunjuk kepada kaumku, sesungguhnya mereka tidak mengetahui ”… ).

Betapa Rasulullah sangat luar biasa kesabarannya, dan ini adalah buah dari ibadah yang di kerjakannya.
Bisakah kita bersabar ? tentu kadang kesabaran itu berbeda-beda.

Nampaknya untuk bisa bersabar perlu latihan, dan perlu belajar dari pengalaman orang lain. Yang pasti Allah SWT tidak akan membebani manusia di luar kemampuannya untuk memikul beban itu.

Iman yang kokoh dan ketaqwaan yang terbina adalah sarana bekal hidup menghadapi segala ujian yang terburuk sekalipun. Karena itu berfikir positif bisa dimulai dengan ”ketika Allah menguji sisi tertentu orang yang beriman, masih adakah nikmat Allah yang lain yang bisa kita rasakan ?

Semoga kita tidak keliru memahami arti sabar, hingga kita membiarkan yang malas, yang salah, yang menyimpang dan yang apatis terhadap kebenaran.

Baca Juga : Teras Gadog Bogor, Hidden Gem Super Sejuk yang Belum Banyak Orang Tau

Ini artinya kita berhak marah ketika menghadapi kemungkaran dan kebatilan, namun demikian menjadi orang yang pemaaf jauh lebih baik dan lebih terpuji. Wallahu ’Alam. (*)

Penulis : Dr. H. Ade Sarmili. Sy, M. Si
Ketua LPTQ Kota Bogor

Editor : Yosep