25 radar bogor

Sabar: Pelajaran Esensial dalam Kurikulum Ramadan

Tausiyah
Rusdiana Priatna Wijaya, SHI, MA, Dosen Fakultas Syariah IAI Tazkia

RADAR BOGOR-Bulan Ramadan, bulan suci umat Islam, bukan hanya tentang berpuasa, tetapi juga masa untuk refleksi spiritual, peningkatan diri, dan pengabdian yang lebih mendalam.

Baca Juga : Ikut Ramadan On The Road, Mantan Pembalap Nasional Ajak Keluarga

Di tengah semangat Ramadan ini, konsep sabar (patience) menjadi sangat penting, bukan hanya sebagai kebajikan abstrak, tetapi juga sebagai keterampilan praktis yang dipupuk dan diasah selama bulan yang penuh berkah ini.

Sabar memiliki tempat yang sangat penting dalam Islam, disebutkan berkali-kali dalam Al-Quran dan ditekankan dalam ajaran Nabi Muhammad SAW. Ia dianggap sebagai salah satu kebajikan fundamental yang harus dimiliki oleh seorang mukmin.

Ramadan, dengan regimen puasanya yang ketat dan penekanan pada kedisiplinan diri, menjadi kesempatan yang ideal bagi umat Islam untuk mendalami pemahaman dan praktik sabar.

Dalam konteks Ramadan, sabar muncul dalam berbagai aspek ibadah dan kehidupan sehari-hari. Pertama-tama, berpuasa dari fajar hingga maghrib membutuhkan keteguhan dan ketahanan.

Muslim tidak hanya menahan diri dari makanan dan minuman, tetapi juga dari tindakan-tindakan yang diperbolehkan setelah berbuka puasa tiba, seperti hubungan suami istri yang mana terlarang dilakukan selama berpuasa di siang hari.

Disiplin ini menumbuhkan kontrol diri dan ketahanan, membantu kaum beriman mengembangkan kesabaran dalam mengatasi hasrat fisik dan godaan.

Lebih lanjut, sabar tercermin dalam pelaksanaan berbagai ibadah tambahan selama Ramadan, seperti peningkatan shalat, tilawah Al-Quran, dan melakukan amal kebajikan.

Aktivitas-aktivitas ini menuntut dedikasi dan ketabahan, terutama ketika dikombinasikan dengan tantangan berpuasa dan mempertahankan fokus spiritual di tengah gangguan dunia.

Selain itu, sabar juga penting dalam menjalani kehidupan sosial dan bermasyarakat selama Ramadan. Muslim berkumpul untuk berbuka puasa dan shalat tarawih, mempererat ikatan persaudaraan.

Sabar diperlukan dalam menjalani hubungan antar pribadi, menyelesaikan konflik, dan menyebarkan kebaikan dan kasih sayang kepada sesama, terutama dalam momen-momen ketegangan atau kelelahan.

Kurikulum Ramadan, dengan demikian, tidak hanya mencakup aspek-aspek fisik ibadah, tetapi juga pembinaan kebajikan batin, dengan sabar sebagai salah satu pilar utamanya.

Melalui penahanan diri, ketekunan, dan ketahanan, kaum beriman berusaha mencapai pertumbuhan spiritual dan mendekatkan diri kepada Sang Khaliq. Seperti yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW:

وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللَّهُ ، وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللَّهُ ، وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللَّهُ ، وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنْ الصَّبْرِ

Artinya: “Barangsiapa yang berusaha menjaga diri, maka Allah menjaganya, barangsiapa yang berusaha merasa cukup, maka Allah mencukupinya. Barangsiapa yang berusaha bersabar, maka Allah akan menjadikannya bisa bersabar dan tidak ada seorang pun yang dianugerahi sesuatu yang melebihi kesabaran.” (Hadits Riwayat Bukhari No 1469)

Ramadan menjadi kurikulum komprehensif untuk memperdalam ruh, dengan sabar sebagai pelajaran yang fundamental untuk dipelajari dan diamalkan.

Baca Juga : Mudahkan Bayar Zakat, Baznas Kota Bogor Buka Gerai Zakat Ramadan di 5 Titik

Dengan memeluk sabar dalam segala bentuknya baik fisik, spiritual, dan antar pribadi umat Islam tidak hanya memenuhi kewajiban berpuasa, tetapi juga mewujudkan ajaran Islam yang abadi, memupuk budaya ketekunan, kasih sayang, dan ketahanan yang meluas jauh melampaui bulan Ramadan. (*)

Penulis : Rusdiana Priatna Wijaya, SHI, MA
Dosen Fakultas Syariah IAI Tazkia

Editor : Yosep