25 radar bogor

Perebutan Kursi Terakhir DPR RI Dapil V Kabupaten Bogor Bakal Ketat

Pengamat Kebijakan Publik, Yusfitriadi soal persaingan kursi di DPR RI di Dapil V Kabupaten Bogor
Pengamat Kebijakan Publik, Yusfitriadi menyayangkan tak ada sanksi tegas dari DKPP terhadap pelanggaran yang dilakukan ketua KPU.

CIBINONG-RADAR BOGOR, Pengamat Politik Yusfitriadi menuturkan persaingan ketat di DPR RI Dapil Jabar 5 Kabupaten Bogor sudah diprediksi sejak awal. Sebab hasil survei sebelum pemilu maupun quick count yang dilakukan mendekati dengan data sementara yang dimiliki KPU.

Baca Juga : Perebutan Kursi Senayan di Dapil Jawa Barat 3 Sengit, Pengamat: Eddy Soeparno Peluang Besar Terpilih Kembali, Kursi Golkar dan Gerindra Potensi Naik

“Lembaga saya selalu mengeluarkan hasil survei, sampai dua pekan sebelum tahapan pungut hitung. Pada survei terakhir hasilnya mendekati kebenaran dengan hitung-hitungan yang bisa diakses saat ini,” katanya kepada Radar Bogor, Selasa (27/2/2024).

Ia menuturkan berdasarkan hasil quick count yang mereka miliki terjadi kenaikan suara partai golkar, Nasdem, dan PKB. Serta terjadi penurunan suara PDIP, PKS dan Demokrat di Kabupaten Bogor.

Hal ini yang menurutnya membuat terjadi perubahan suara caleg DPR RI. Namun persaingan signifikan akan terjadi dalam perebutan kursi terakhir.

“Naiknya suara partai golkar, berdampak pada potensi golkar mendapatkan 2 kursi di DPRRI. Implikasinya harus ada incumbent yang kehilangan kursi,” ujarnya.

Selain Golkar Nasdem yang saat ini melesat elektabikitasnya dinilai juga berdampak pada perolehan satu kursi di DPR RI. Ia melihat akan ada dua kursi Incumbent yang berpotensi tergeser akibat perubahan suara yang saat ini terjadi.

“Potensi tersebut menimpa Elly Yasin dari PPP dan Anton dari Demokrat. Apalagi jika perhitungan akhir Gerindra malah mendapatkan 3 kursi maka akan menggerus satu kursi lagi dan potensi yang tergerus adalah kursi ke dua Golkar,” ungkapnya.

Dapil Jabar 5 Kabupaten Bogor ini memang telah menghadirkan persaingan ketat sejak awal. Dapil yang disebut Dapil Neraka ini diisi dengan sejumlah nama mentereng baik di kubu Incumbent maupun pendatang baru.

Yusfitriadi menjelaskan fenomena kemenangan maupun kekalahan caleg di Kabupaten Bogor ditempuh secara berbeda-beda. Ada yang lewat efek capres ada juga karena masyarakat yang menginginkan wajah baru.

“Kasusnya sangat berbeda-beda. Seperti Marlyn dari partai Gerindra, diuntungkan dengan prabowi efect sebagai calon presiden,” ungkapnya.

Selain itu diaspek masyarakat menginginkan sosok baru, disebabkan sosok lama dinilai tidak signifikan tingkat keterwakilannya dalam segmen apapun.

Hal ini, Kata Kang Yus bisa dilihat dari Asep Wahyuwijaya yang pernah di DPRD Provinsi kemudian mencoba ke DPR RI dan saat ini berpotensi lolos.

“Namun dalam kasus Asep Wahyuwijaya, sebetulnya dalam percaturan politik bukan orang baru, namun aktor politik lama yang “ganti baju”. Sehingga jaringan politiknya masih cukup terawat dengan baik,” jelasnya.

Asep diketahui pernah menjadi Anggota DPRD Provinsi Jabar dari Demokrat kemudian berpindah ke Nasdem. Kepindahan itu dinilai memiliki korelasi dengan turunnya suara partai Demokrat.

Ini berbanding terbalik dengan Caleg DPR RI dari kalangan selebritis seperti Anang atau Ramzi yang sebenarnya sangat wajar memperoleh suara tinggi. Tetapi suara tinggi itu belum bisa dikalahkan karena hanya mengandalkan popularitas.

“Mereka merupakan sosok populis. Namun yang saya lihat mereka hanya mengandalkan sosok popularitasnya. Sehingga tidak kuat dialektikanya di tengah-tengah masyarakat. Karena merasa sudah cukup terkenal,” terangnya.

Yusfitriadi menjelaskan semua ini masih akan berubah-ubah sesuai dengan hasil hasil rekapitulasi resmi yang dikeluarkan oleh KPU.

Baca Juga : Golkar Tembus 2 Kursi di Dapil 1, Desy Yanthi Utami Raih Kursi DPRD Kota Bogor

Dalam tahapan KPU peroleh suara resmi baru akan diketahui paling lambat tanggal 20 maret 2024. “Dimana pada tanggal 20 itu merupakan tahapan rekapitulasi resmi di KPU RI,” katanya. (rp1)

Reporter : Fikri Rahmat Utama
Editor : Yosep