25 radar bogor

UGM Terima Mahasiswa KIP-Kuliah dan ADik Khusus Warga Papua hingga Anak PMI

Universitas Gadjah Mada (UGM) menegaskan komitmennya dalam upaya mencerdaskan anak bangsa. Salah satunya, dengan memberi ruang bagi mahasiswa penerima beasiswa program Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah dan Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik).

YOGYAKARTA-RADAR BOGOR, Universitas Gadjah Mada (UGM) menegaskan komitmennya dalam mencerdaskan anak bangsa. Salah satunya adalah dengan memberi ruang bagi mahasiswa penerima beasiswa program Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah dan Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik).

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Pengabdian kepada Masyarakat Arie Sujito mengungkapkan jika saat ini jumlah mahasiswa UGM penerima KIP-Kuliah dan ADik mencapai 18,52 persen dari total mahasiswa yang ada. Detailnya, 6566 untuk KIP-Kuliah dan 149 beasiswa ADik.

Baca Juga: Rektor Universitas Terbuka Perintahkan Cari Mahasiswa Abadi, Ada yang 30 Tahun Belum Lulus

“Ini untuk 2023-2024 (semua angkatan, red)” ujarnya ditemui dalam acara press tour Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan Kemendikbudristek, di Yogyakarta, Selasa (14/11).

Dia menegaskan, KIP-Kuliah maupun ADik merupakan bagian dari komitmen negara dalam pemerataan pendidikan dan mencerdaskan anak bangsa. UGM sebagai salah satu institusi pendidikan memiliki tanggungjawab yang sama secara moral. Sehingga tidak ada pembeda dalam sistem penerimaan mahasiswanya.

Sebagai informasi, KIP Kuliah diberikan untuk mahasiswa yang berasal dari keluarga tidak mampu secara ekonomi. Sementara ADik diberikan khusus untuk anak-anak Papua, anak-anak Pyang tinggal di daerah 3T, hingga anak-anak pekerja migran Indonesia (PMI) di luar negeri.

“Kita tahu mereka selama ini tereksklusi oleh ekonomi makro, sehingga kita harus melakukan afirmasi,” ungkapnya.

Sayangnya, kuota KIP-Kuliah di tahun ini mengalami penurunan dari pusat. Setidaknya, ada sekitar 400 mahasiswa kurang mampu yang tak lolos seleksi KIP-Kuliah. Merespon hal ini, Arie mengatakan, pihaknya langsung gerak cepat mencarikan akses beasiswa untuk mereka. Salah satunya melalui himpunan alumni UGM.

Meski demikian, ia mengapresiasi adanya perubahan skema KIP-Kuliah yang kini makin luas jangkauannya. Kini, Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan Kemendikbudristek memberikan biaya pendidikan hingga maksimal Rp 12 juta bagi prodi kategori A. Sementara, prodi kategori B maksimal Rp 4 juta. Hal ini menegaskan bahwa mahasiswa tidak mampu pun berhak mengambil jurusan dengan akreditasi A seperti lainnya.

Tak hanya itu, bantuan biaya hidup pun kini ditetapkan berdasarkan perhitungan besaran indeks harga lokal masing-masing wilayah perguruan tinggi. Sehingga tak dipukul rata.

“Saya apresiasi itu sekali. Sekalipun ada beberapa hal harus direform juga, terutama dalam kecepatan dalam merespon problem-problem,” tegasnya.

Juan Anugrah Resmol, penerima beasiswa ADik Papua, mengaku bersyukur bisa mendapat beasiswa ini. Pasalnya, melalui beasiswa ini membuat dia akhirnya bisa berkuliah di UGM.

“Kalau bukan ADik, mungkin saya tidak di UGM,” ujar mahasiswa asal Jayapura tersebut.

Ia sendiri sempat gap year sebelum akhirnya masuk UGM tahun 2022. Sebelumnya, ia sempat lolos seleksi masuk Universitas Indonesia (UI) namun karena keterbatasan dana untuk membayar uang kuliah tunggal (UKT) yang ditetapkan, ia pun terpaksa harus mengundurkan diri.

Dia menyadari, kondisi perekonomian keluarganya memang terbatas. Hal ini pula yang membuat orang tua Juan mendesak dirinya masuk sekolah kedinasan. Dengan begitu, ia bisa terbebas dari segala macam biaya perkuliahan.

Namun ternyata, ia akhirnya lolos beasiswa ADik yang juga membebaskan dirinya dari biaya perkuliahan di Fakultas Geografi UGM. Bonusnya, biaya hidup pun turut ditanggung oleh pemerintah melalui beasiswa tersebut.

“Saya sangat bersyukur sekali,” ungkapnya. Ia pun berharap, anak-anak lain yang memiliki background ekonomi yang pas-pasan bahkan kurang untuk tidak putus asa. Lantaran ada banyak beasiswa yang disediakan pemerintah untuk bisa berkuliah.

Baca Juga: Guru dan Tenaga pendidikan di Pesantren Tidak Wajib Sarjana

Hal senada turut diungkapkan Anugrah Amin Ignatius. Penerima beasiswa ADik asal Biak Numfor ini pun memiliki harapan besar untuk bisa membangun Papua usai lulus nanti. Dia ingin akses pendidikan bisa dirasakan secara merata untuk anak-anak di kampung halamannya.

“Saya paham, untuk kembali dan mengabdi tidak cukup dengan hanya lulus S1. Karenannya, saya berencana mengambil S2 nantinya,” ungkapnya. (Jpg)

Editor : Yosep/Rachmi-pkl