25 radar bogor

Mulai dari Nol, Pemuda Ini Berhasil Kumpulkan Cuan dari Tanaman Hias

BOGOR-RADAR BOGOR, Pertanian menjadi salah satu sektor yang potensial mendatangkan keuntungan. Salah satunya, tanaman hias, yang mulai banyak digeluti melalui program Petani Milenial di Jawa Barat (Jabar).

Meski sempat menuai polemik, namun beberapa pemuda jebolan program itu cukup merasakan manfaat. Mereka bahkan menggeluti bidang pertanian itu hingga kini dan merangkum sejumlah pendapatan.

Baca Juga: Ngobras Penyuluhan Kementan, Tanaman Hias Bisa Mendatangkan Cuan

Salah satunya, Rafi Nur Azmi, yang menjadi peserta program Petani Milenial angkatan pertama, batch 2. Ia bersama puluhan temannya mengawali program itu di Pasir Banteng, Jatinangor di bawah avalis dan offtaker Minaqu Indonesia.

Rafi menceritakan, minatnya pada tanaman hias tumbuh seiring dengan pengalaman dan wawasan yang digalinya dalam perjalanan program tersebut. Ditambah lagi, Minaqu Indonesia dianggapnya serius membina mereka yang ada di Pasir Banteng secara penuh.

Menurutnya, bisnis tanaman hias para petani milenial di bawah arahan Minaqu menciptakan iklim yang kondusif untuk mereka. Kontrak selama setahun dengan eksportir asal Bogor itu memberikan keuntungan dan pengalaman. Tak seperti batch lainnya di Cikole, Lembang, Rafi menilai program petani milenial yang digawangi avalis Minaqu cukup berhasil.

“Sebelum panen pertama (tanaman hias), kita intens diajari Minaqu. Kita banyak relasi, tahu arah, manajemen, hingga sekarang kita lebih ngerti soal hortikultura. Itu sih yang kita rasa lebih mahal dari semuanya,” paparnya kepada Radar Bogor, Rabu (22/3).

Pemuda asal Tasikmalaya ini baru saja melunasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang dikeluarkan bank bjb dalam program tersebut. Keuntungan pun mulai dihasilkan dari bertani tanaman hias itu. Setiap panen tanaman hias, ia bisa mengantongi sekira Rp9 juta.

“Kita sempat deg-degan juga (karena utang di bank). Apalagi, sempat terkendala juga di panen lalu karena pengaruh negara tujuan Minaqu. Tapi ternyata Minaqu bertanggung jawab di akhir-akhir tahun ini,” ungkapnya.

“Kalau dibilang mulus (proses Petani Milenial), memang nggak. Tapi kalau dibilang Minaqu bertanggung jawab dan menguntungkan, ya memang, terkait pinjaman dan keuntungan kita,” tekannya lagi.

Kini, ia masih menggeluti sektor pertanian tersebut. Kontrak dengan Minaqu telah selesai dalam program Petani Milenial. Namun, Rafi dkk masih intens berkomunikasi dengan Minaqu untuk peluang lainnya.

Rafi juga masih membudidayakan tanaman hias di Sumedang. Sesekali, mengikuti pameran tanaman hias untuk mengisi pundi-pundi keuangannya.

Selain itu, variasi usaha pertanian juga digeluti Rafi. Di antaranya penyediaan bibit alpukat atau produk olahan dari pertanian, seperti teh rosela, teh jahe, maupun camilan kekinian. “Saat ini masih berprogres untuk mencapai target kita ke depan,” tutupnya.

CEO Minaqu Indonesia, Ade Wardhana membenarkan, petani di bawah binaan mereka cukup potensial. Untuk Rafi dkk, peran Minaqu ditegaskannya memang berbeda sehingga pihaknya bisa mengambil alih pembinaan secara penuh.

“Di angkatan ini, Minaqu yang menjadi avalis dan offtaker, maka bertanggung jawab penuh,” garansinya. (*/mam)

Editor: Imam Rahmanto