25 radar bogor

Ngobras Penyuluhan Kementan, Tanaman Hias Bisa Mendatangkan Cuan

minaqu ngobras
Ngobras penyuluhan mengenai tanaman hias bersama Minaqu.

BOGOR-RADAR BOGOR, Bisnis tanaman hias berpotensi untuk menghasilkan cuan. Indonesia kaya dengan sumber daya itu dan berpeluang mendongkrak pasar di mancanegara.

Bisnis dan pengembangan mengenai tanaman hias itulah yang menjadi perbincangan dalam Ngobras Penyuluhan oleh Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) di Ciapus, Kabupaten Bogor, Selasa (8/11). Bertemakan “Saat Bunga Berkembang, Uang pun Datang,” obrolan menghadirkan sejumlah narasumber dari penyuluh pertanian dan pebisnis milenial.

Baca Juga: Mentan Kunjungi FLOII Convex, Industri Tanaman Hias kian Menggeliat

Pengusaha Pertanian Milenial, Ade Wardhana menjelaskan, pengembangan bisnis tanaman hias cukup menjanjikan di Indonesia. Ia sendiri sudah membuktikannya hingga bisa menjangkau 50 negara. Bahkan, bisa mencapai pengiriman terjauh ke Greenland.

Indonesia punya keunggulan dibanding Thailand yang terkenal sebagai eksportir tanaman hias. Menurut Ade, nusantara punya lebih banyak keanekaragaman hayati dengan jumlah varitas mencapai ribuan tanaman.

Sayangnya, pengembangan tanaman di Indonesia masih konvensional. Tak heran, Thailand lebih unggul karena bisa memperbanyak melalui metode kultur jaringan. Ade menyebutkan, banyak tanaman asli Indonesia yang akhirnya diperbanyak di Thailand dan akhirnnya mereka yang mereguk ekspornya.

“Sekarang juga isu yang berkembang mengenai tanaman-tanaman hutan itu bahwa orang luar (tujuan ekspor) mulai aware mengenai keberlangsungan tanaman yang dijaga (dari hutan). Mereka gak mau kalau dipetik langsung dari hutan. Makanya ambil dari Thailand karena mereka pakai kultur jaringan,” ungkap CEO Minaqu Indonesia ini.

Untuk itulah, Minaqu terus memperbanyak tanamannya dengan metode kultur jaringan. Perusahaan ekspor asal Bogor ini telah mengembangkan 120 jenis tanaman melalui laboratorium tissue culture. Semuanya merupakan jenis tanaman hutan yang populer di mancanegara.

Selain itu, perusahaan yang dimulai dari modal Rp500 ribu itu terus mendorong kepada para petani untuk terus berkolaborasi dalam mengembangkan bisnisnya. Paling penting, kata Ade, bisnis tanaman hias harus sustain atau berkelanjutan.

Karena, bagi Ade, tak ada bisnis yang instan. Semuanya butuh proses. Semua orang bisa belajar untuk mulai berbisnis, sekalipun tak punya pengalaman. Ia pun memulai membangun perusahaan ekspornya tanpa pengetahuan yang cukup.

“Jangan merasa bahwa kita tidak tahu apa-apa, terus kita tidak mau memulai. Kita mulai saja, walaupun kita tidak tahu apa-apa. Kalau niatnya baik, pasti ada petunjuk,” pesan jebolan peternakan ini.

Kepala BPPSDMP Kementerian Pertanian RI, Prof Dedi Nursyamsi mengakui, para petani memang membutuhkan pendampingan, baik dari hulu maupun hingga ke hilir. Lantaran dari sisi tanaman hias, Indonesia punya banyak potensi.

“Indonesia ini lengkap, termasuk tanaman hias dari Sabang sampai Merauke, yang cantik-cantik. Apalagi orang-orang subtropis lebih menyukai tanaman hias kita,” jelasnya.

Baca Juga: Kultur Jaringan Tanaman Kota Bogor Dilirik Nursery Korsel dan Amerika

Ia pun menilai, usaha yang dilakukan Minaqu juga menerapkan model inti plasma melalui kultur jaringan. Sebagian besar tanaman hias diproduksi melalui kultur jaringan Minaqu lalu disebarkan ke para petani. Nantinya, Minaqu kembali yang akan mengambil tanaman itu untuk dipasarkan ke semua negara jangkauannya.

“Model (kemitraan) inti plasma ya. Intinya di Minaqu, plasmanya di petani. Kang Ade (Minaqu) ini sudah lakukan resonansi dan juga advokasi,” pujinya.

Ngobras itu juga diikuti oleh Penyuluh Pertanian Kabupaten Bogor, Andri Kriswantoro. Ngobras tersebut berlangsung secara online dengan melibatkan ratusan peserta dari para petani maupun pengusaha muda lainnya. (*/mam)