25 radar bogor

Penyakit LSD Ancam Sapi, Puluhan Peternak di Kota Bogor Dapat Arahan

Bidang Peternakan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bogor menggelar sosialisasi penyakit LSD pada puluhan peternak sapi, Rabu (5/1). (Radar Bogor/ REka Faturachman)

BOGOR-RADAR BOGOR, Usai diserang Penyakit Mulut Kuku (PMK), wabah penyakit lain kembali mengancam sapi dan kerbau. Penyakit tersebut ialah Lumpy Skin Disease (LSD) atau penyakit kulit berbenjol.


Beberapa Provinsi di Indonesia seperti Riau dan Jawa Tengah sudah mulai terserang penyakit ini sejak tahun 2022 lalu. Merespons kondisi tersebut, Bidang Peternakan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bogor menggelar sosialisasi penyakit LSD pada puluhan peternak sapi, Rabu (5/1).

Kepala Bidang Peternakan DKPP Kota Bogor, drh. Anizar mengatakan, sosialisasi bertujuan membekali para peternak dengan informasi mengenai penyebab, gejala, dan cara pencegahan penyakit LSD. Upaya tersebut diharapkannya dapat mengantisipasi wabah LSD masuk dan menyerang ternak di Kota Bogor.

Gejala yang ditimbulkan dari penyakit ini ialah timbulnya nodul-nodul atau benjolan pada kulit, demam tinggi, berat badan yang turun, dan hypersalivasi atau cairan air liur yang berlebih.

“Penyakit LSD ini disebabkan oleh virus Pox dan dapat menyerang sapi dan kerbau. Meskipun tidak menular ke manusia, namun LSD menimbulkan kerugian yang besar. Kerugian yang ditimbulkan berupa kehilangan berat badan, karena hewan tidak bernafsu makan, kehilangan produksi susu, mandul pada sapi jantan dan betina, keguguran, dan kerusakan pada kulit,” ujar Anizar.

Dampak tersebut dinilainya dapat merugikan para peternak karena menurunkan harga jual dan mengurangi minat pembeli. Terlebih penyakit ini dapat menular dengan mudah melalui berbagai cara.

“Penularannya dapat melalui perpindahan darah dari nyamuk, lalat, dan caplak. Kemudian dapat juga melalui jarum suntik yang terkontaminasi LSD. Virus LSD juga bisa diekskresikan melalui leleran hidung, air liur, maupun susu yang diminum oleh bayi sapi,” jelas dia.

Untuk mencegahnya, Anizar menerangkan para peternak perlu menjaga kebersihan kandang, melakukan disinseksi secara rutin, dan dilengkapi dengan melakukan vaksinasi. Walaupun katanya, Pemerintah Provinsi Jawa Barat belum mendapatkan stok vaksin LSD.

Dirinya juga menekankan kepada para peternak untuk dengan segera melaporkan apabila menemukan gejala peyakit LSD pada sapi atau kerbaunya.

“Laporkan dan akan kami periksa serta uji laboratorium darahnya,” terang Anizar.

Sebagai informasi, LSD pertama kali dilaporkan di Zambia, Afrika pada tahun 1929 lalu terus menyebar di benua Afrika, Eropa dan Asia.

Avatar


Pada tahun 2019, LSD dilaporkan di China dan India lalu setahun setelahnya dilaporkan mewabah di Nepal, Myanmar dan Vietnam.

Pada tahun 2021, penyakit ini telah dilaporkan juga terjadi di Thailand, Kamboja dan Malaysia. (*)

Reporter: Reka Faturachman
Editor: Imam Rahmanto