25 radar bogor

Rp2,3 Triliun Target Ekspor Tanaman Hias, Minaqu Hadapi Tantangan Pasar Global

Tanaman hias Bogor siap diekspor.

BOGOR-RADAR BOGOR, Ekspor tanaman hias ke sejumlah negara Eropa dan Amerika sedang goyah. Konflik global dan inflasi tak lepas mempengaruhi ekspor dari Indonesia yang memiliki banyak sumber daya alam.

Salah satunya, Minaqu Indonesia yang menjadi penyumbang ekspor tanaman hias dari Indonesia. Kondisi saat ini memaksa para pelaku ekspor untuk memutar otak agar bisa tetap bertahan di tengah ketidakpastian global itu.

Baca Juga: Berbisnis Eskpor, Hanya Butuh Mental dan Lompatan Pertama

CEO Minaqu Indonesia, Ade Wardhana Adinata menyebutkan, perusahaannya telah meneken kontrak senilai Rp2,3 triliun untuk ekspor tanaman hias asal nusantara hingga tahun 2023. Nilai kontrak itu setara dengan kisaran 15 juta tanaman hias yang harus didistribusikan.

Sayangnya, tahun 2022 tidak berjalan dengan cukup mulus. Negara-negara di Eropa dan Amerika mengalami krisis yang dipengaruhi konflik antara Rusia dan Ukraina.

“Kendala hari ini, Perang Rusia-Ukraina menyebabkan postpone (penundaan) pemesanan dari distributor tanaman kita. Karena teman-teman kami di Eropa juga sampai memangkas 70 persen produksinya. Ini tantangan dan krisis yang menghambat pengiriman kita,” ungkapnya.

Pasalnya, sejumlah negara yang menjadi distributor itu membutuhkan gas untuk operasional greenhouse-nya. Sementara, seperti diketahui, kebutuhan gas di negara-negara Eropa terancam akibat perang berkepanjangan dua negara Rusia dan Ukraina.

“Mudah-mudahan di tahun yang akan datang akan kembali bergairah,” harap Ade, saat mengikuti live dialog Kompasfest via Instagram, Senin (3/10).

Baca Juga: Inflasi Sasar Negara Tujuan Ekspor, Minaqu Atur Strategi dan Manuver Baru

Minaqu pun berusaha melakukan inovasi dengan membuka switching negara tujuan ekspornya. Beberapa negara tujuan ekspor baru, seperti Timur Tengah maupun Asia disasarnya. Hal itu untuk mempertahankan nilai ekspor yang juga menjadi target yang mesti diwujudkan di sektor pertanian Indonesia.

“Kami sekarang juga menyasar negara-negara yang tidak terdampak inflasi, misal China atau Korsel. Switching market ini agar keberlanjutan bisnis terjaga. Walaupun hari ini tantangannya memang sangat berat,” tutupnya. (mam)