25 radar bogor

Jembatan Putus, Warga Leuwiliang Ini Panggul Gerobak Melintasi Sungai

Jembatan di Leuwiliang
Warga terpaksa menggotong gerobak dagangannya karena jembatan di Desa Purasari, Leuwilaing putus akibat diterjang banjir bandang.

BOGOR-RADAR BOGOR, Bencana alam banjir bandang dan tanah longsor di Kecamatan Leuwiliang dan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Rabu (22/6/2022) lalu menyisakan kisah-kisah mengenaskan.

Baca Juga : Warga di Leuwiliang Ini Terisolir, KTJ Bersama Bobats dan Radar Bogor Salurkan Bantuan  

Derasnya air yang menghantam segala hal yang dilintasinya, membuat sebuah jembatan di Kampung Tanjung Sari 2, Desa Purasari RT 1 dan 2, RW 12, Kecamatan Leuwiliang terputus dan hilang terbawa arus.

Padahal jembatan tersebut menjadi akses utama keluar masuk 500 lebih jiwa yang ada di wilayah itu. Hal ini tentu berakibat membuat aktivitas warga menjadi lumpuh total.

Warga tidak bisa melintas keluar wilayah kampungnya untuk membeli bahan pangan pokok. Tak adanya akses jalan juga membuat warga tidak bisa pergi untuk bekerja dan bersekolah secara normal.

Satu-satunya cara yang dapat dilakukan ialah berjalan kaki menuruni tebing sungai dan bertarung dengan resiko besar yang dapat terjadi setiap saat.

Tak hanya warga Kampung Tanjung Sari 2 yang terdampak akibat kejadian tersebut. Warga yang berasal dari wilayah lain pun turut merasakan penderitaan ini.

Indra namanya, salah satu pedagang batagor yang tengah berjualan pada malam bencana tersebut terpaksa ikut terisolir selama 3 hari di Kampung naas tersebut.

“Pada hari Rabu (22/6/2022) itu saya lagi jualan. Ternyata pada malam harinya hujan turun sangat deras disertai angin. Tak lama dari hujan terdengar suara gemuruh dari arah Sungai Cikeas,” tuturnya.

Nyatanya suara gemuruh itu berasal dari banjir bandang yang menyerbu area tersebut. Tentu hal ini membuat Indra mengurungkan niatnya untuk kembali ke rumah.

“Akhirnya saya bertahan di sini selama tiga hari menunggu situasi aman. Saya menginap di pesantren yang ada di sini,” ucapnya.

Situasi tersebut juga turut membuat keluarga Indra khawatir dengan keadaannya. Setelah dirasa cukup aman dirinya memutuskan untuk pulang dengan mengangkat gerobak Batagornya tersebut.

Dengan perlahan dan penuh berhati-hati Indra menuruni tebing sungai dibantu warga lain.

Ia kemudian berjalan selangkah demi selangkah memijakkan kakinya di atas bebatuan sungai yang memiliki berbagai ukuran.

Tentu saja ini sangat berbahaya keselamatannya. Beban berat gerobak Batagor harus dipikulnya sembari menyeimbangkan diri di atas bebatuan sungai dan jembatan bambu sementara yang dibangun warga secara swadaya dengan bahan seadanya.

Beruntung tak ada kecelakaan yang menimpanya saat itu, ia sampai di sebrang sungai dengan selamat.

“Alhamdulillah sekarang udah aman, yang penting sampai dulu di sini. Walaupun berat dan ngeri. Saya pengen cepat pulang supaya keluarga tidak khawatir,” tutur Indra.

Kisah Indra juga turut dirasakan warga lainnya. Mereka terpaksa menyebrangi sungai dengan risiko yang amat berbahaya karena tidak adanya pilihan lain.

Ketua RT 2 Kampung Tanjung Sari 2, Desa Purasari, Leuwiliang Adi Rohandi mengungkapkan harapannya agar pemerintah daerah segera membangun akses jalan penghubung kembali untuk warga.

Baca Juga : Pasca Banjir dan Longsor Leuwiliang, PLN Terus Upayakan Penormalan Kelistrikan

“Kita sangat membutuhkan itu. Karena selama 3 hari warga menjadi terisolir tidak bisa kemana-mana. Anak-anak juga tidak bisa sekolah. Kami khawatir jika mereka harus melintasi sungai,” ucapnya.

Akibat bencana tersebut sebanyak 1 rumah warga hilang dan sebanyak 3 rumah lainnya rusak parah termasuk rumah Adi Rohandi.

“Rumah saya rusak, dan sangat rawan untuk ditinggali sementara ini. Saya dan keluarga mengungsi di rumah saudara,” tutupnya. (cr1)

Reporter : Reka Faturachman
Editor : Yosep