25 radar bogor

Kasus Positif Covid-19 Merangkak Naik, Fasilitas Kesehatan Mulai Disiagakan

Ilustrasi kasus Covid-19
Ilustrasi kasus Covid-19

JAKARTA-RADAR BOGOR, Kasus positif Covid-19 di Indonesia belakangan kembali naik buntut kemunculan dua varian baru, BA.4 dan BA.5. Namun, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan bahwa fasilitas kesehatan siap melayani.

Baca Juga : Subvarian Baru Omicron di Indonesia Sudah 20 Kasus, Covid-19 Melonjak

Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril menuturkan, seluruh dinas kesehatan dan rumah sakit mewaspadai tren kenaikan kasus positif Covid-19. ”Dari hulu hingga hilir, sistemnya terbentuk,” ujarnya.

Tracing hingga perawatan sudah siap. Syahril menjelaskan bahwa seluruh pasien sudah selesai menjalani isolasi mandiri. ”Rata-rata gejala ringan,” katanya.

Sementara itu, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 dr Reisa Broto Asmoro menegaskan bahwa vaksin booster menjadi hal utama.

”Dengan tingginya imunitas atau kekebalan dalam tubuh kita dan masyarakat, diharapkan tidak terjadi lonjakan kasus,” tuturnya.

Selain itu, Reisa menekankan pentingnya penerapan protokol kesehatan. Menjaga jarak, mencuci tangan, dan memakai masker efektif menekan penularan.

Raisa menjelaskan, berdasar data Kemenkes per 15 Juni 2022, situasi Indonesia masih dapat dikategorikan dalam level 1 dan dinilai terkendali.

Menurut standar WHO (Organisasi Kesehatan Dunia), transmisi komunitas untuk level 1 kurang dari 20 kasus per 100 ribu penduduk per minggu. Lalu, untuk rawat inap kurang dari lima kasus per 100 ribu penduduk per minggu dan untuk kematian kurang dari satu per 100 ribu penduduk per minggu.

”Transmisi kasus komunitas di Indonesia masih rendah, yakni di 1,58 per 100 ribu penduduk per minggu. Jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia hingga 15 Juni berada pada angka 2,15 persen,” jelasnya.

Sementara itu, menurut peneliti Global Health Security Dicky Budiman, gelombang kasus positif  Covid-19 yang akan datang memiliki tren yang berbeda.

Yakni, lebih cepat menyebar, tetapi tidak akan separah sebelumnya. Terutama bagi negara yang sudah memiliki modal imunitas seperti Indonesia.

Namun, melihat kecepatan menular dan kemampuan reinfeksi subvarian Omicron BA.4 dan BA.5, menurut Dicky, gelombang yang dipicu keduanya bisa melebihi banyaknya kasus ketika gelombang Delta.

”Namun, mungkin tingkat keparahannya berkurang. Bukan karena virusnya melemah, melainkan karena kita sudah memiliki modal imunitas,” ungkap Dicky.

Lonjakan kasus tersebut biasanya dipicu beberapa faktor. Di antaranya, menurunnya jumlah serta keaktifan upaya deteksi dini berupa testing dan tracing.

Hal itu, kata Dicky, tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di banyak negara karena kurva kasus yang melandai seiring dengan meningkatnya cakupan vaksinasi.

”Karena banyak yang terinfeksi, tapi tidak bergejala, kemudian testing semakin pasif sehingga banyak kasus yang tidak ketahuan,” jelas pengajar di Universitas Griffith, Australia, tersebut.

Baca Juga : Waspada, Menkes Prediksi Subvarian Baru Omicron Bisa Tembus 20 Ribu Kasus Per Hari

Dicky memprediksi ada 1.000–5.000 kasus per hari dengan asumsi testing dan tracing sangat pasif. Namun, jika testing dan tracing dilakukan lebih aktif, jumlah kasus harian bisa mencapai 20 ribu, 30 ribu, hingga 50 ribu kasus per hari.

”Mayoritas tidak bergejala. Kalaupun bergejala, ya ringan. Dampak ke faskes cenderung lebih kecil jika dibandingkan dengan Delta. Apalagi kematian. Ini skenario yang optimistis,” ujar Dicky.

Namun, kata Dicky, jika Indonesia lengah melindungi kelompok rawan seperti lansia atau komorbid serta anak, beban di RS bisa meningkat tidak terduga. Bahkan, bebannya bisa mendekati saat gelombang Delta pada pertengahan 2021. (jpg)

Editor : Yosep