25 radar bogor

Soal Video Kades Sadeng Memarahi Petugas, RSUD Leuwiliang Jelaskan Kronologinya

Marah-Marah, Kades Sadeng Minta Pelayanan RSUD Leuwiliang Diperbaiki
Marah-Marah, Kades Sadeng Minta Pelayanan RSUD Leuwiliang Diperbaiki
Marah-Marah, Kades Sadeng Minta Pelayanan RSUD Leuwiliang Diperbaiki
Marah-Marah, Kades Sadeng Minta Pelayanan RSUD Leuwiliang Diperbaiki

LEUWILIANG-RADAR BOGOR, Video seorang Kepala Desa Sadeng, Kecamatan Leuwisadeng, yang emosi dan memarahi petugas RSUD Leuwiliang, masih menjadi perhatian publik.

Baca Juga : Marah-Marah, Kades Sadeng Minta Pelayanan RSUD Leuwiliang Diperbaiki

Kasubag Umum RSUD Leuwiliang, Muhtar Lintang pun menjelaskan kronologi kejadian dalam video yang viral media sosial tersebut.

Menurut pihak rumah sakit, kejadian itu berawal saat pasien atas nama Yanti Widayanti, umur 52 tahun, warga Kampung Sadeng RT 01/02, Desa Sadeng, Kecamatan Leuwisadeng datang dengan ambulance Puskesmas  masuk IGD RSUD Leuwiliang pukul 16:45 WIB di Triase Merah dan langsung ditangani petugas.

“Jadi pasien langsung ditangani petugas IGD, keluarga medaftar di Sentral Opnam pada pukul 16.59 WIB, ternyata pasien meninggal dunia pukul 17.30 WIB,” katanya dalam rilis yang diterima wartawan, Jumat (17/3/2022).

Kemudian, pihak keluarga membutuhkan mobil jenazah untuk mengantar jenazah pulang. Namun, diinformasikan oleh kasir bahwa mobil jenazah sedang mengantar jenazah lain ke Cianten.

“Sudah disampaikan oleh petugas kami kepada kades, apabila mau mengunakan mobil jenazah harus nunggu mobil kembali dari Cianten dengan perkiraan waktu satu jam lebih,” cetusnya.

Setelah keluarga menerima informasi mobil jenazah sedang dipakai ke tempat yang cukup jauh dan terlalu lama menunggu, keluarga memutuskan untuk menggunakan kendaraan sendiri, dengan demikian keluarga membatalkan pendaftarannya diawal.

“Pada saat itu, suasana masih tetap baik-baik saja dan saat itu jenazah masih berada di dalam ruang IGD.  Sekitar pukul 17.36 WIB keluarga minta bantuan kepada security untuk membantu mengeluarkan jenazah dari dalam ke luar IGD, oleh karena sudah tersedia mobil Siaga Desa  Cintamanik di loby IGD,” jelasnya.

Tiba – tiba Jaro Kepala Desa Sadeng marah-marah terkait mobil jenazah sambil menunjuk-nunjuk kearah ambulan rujukan di garasi ambulan . Dengan mengatakan bahwa itu banyak ambulan kenapa tidak bisa dipakai.

“Satpam kami menjelaskan kalau mau memakai mobil jenazah mohon sabar menunggu datang dari Cianten antar jenazah lain. Penjelasan terkait dengan ambulan sudah tidak digubris lagi oleh kepala desa yang marah. Termasuk penjelasan satpam yang lainnya terkait fungsi ambulan rujukan yang ditunjuk oleh Kades bukan untuk jenazah, tapi tetap tidak didenger juga,” tambahnya.

Kendati demikian, petugas RSUD Leuwiliang tetap membantu memasukan jenazah ke dalam mobil siaga Desa Cintamanik sambil terus dimarahi kepala desa. Pukul 17.50 WIB jenazah berangkat dengan mengunakan mobil siaga Desa Cintamanik.

Pada dasarnya, RSUD Leuwiliang selalu berusaha melayani secara maksimal kepada pasien agar terciptanya pelayanan yang ramah, nyaman dan responsif. Namun, beredarnya potingan video tersebut, terkesan mendiskreditkan pihak RSUD Leuwiliang.

“Tentu saja dalam melayani, terkadang ada miskomunikasi antara pihak rumah sakit dengan keluarga pasien, tapi tetap pelayanan dimaksimalkan,” ujarnya.

Perlu diketahui, petugas RSUD Leuwiliang bekerja sesui protap dan SOP yang ada di rumah sakit. Pihak RSUD Leuwiliang meminta agar masyarakat atau keluarga pasien mengetahui peruntukan mobil ambulan dengan mobil jenazah dan penggunaannya pun harus melalui prosedur.

“Tidak ada istilah pihak rumah sakit mempersulit keluarga pasien untuk penggunaan mobil ambulan maupun mobil jenazah milik RSUD Leuwiliang. Fasilitas yang ada di rumah sakit sepenuhnya peruntukannya digunakan untuk pasien,” pungkasnya. (abi)