Soal Ominubus Law UU Cipta Kerja, Fahri Hamzah : Katanya Membela UKM?

Politikus Fahri Hamzah

JAKARTA – RADAR BOGOR, Omnibus Law UU Cipta Kerja terus menui polemik serta pro dan kontra. Politikus Partai Gelora Fahri Hamzah pun ikut angkat bicara.

Melalui kanal Youtube milik Fadli Zon Official, Kamis (22/10/2020), Fahri mengatakan undang-undang yang menuai kontroversi itu sudah masuk ke dalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas) sejak UU tersebut dirancang.

Mantan wakil ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) itu menyayangkan pemerintah yang tidak mengantisipasi pasal-pasal di dalam UU Cipta Kerja sehingga memunculkan polemik di masyarakat.

“UU Omnibus itu kan sudah peristiwa 9-10 bulan yang lalu, sudah masuk ke dalam Prolegnas. Kenapa enggak diantisipasi UU ini akan meledak? Poin-poin ini harus dikampanyekan dari awal, masuk tv misalnya,” kata Fahri kepada Fadli Zon seperti dikutip dari kanal Youtube milik Fadli Zon Official , Jum’at (23/10/2020).

Fahri juga menyoroti berbagai elemen masyarakat yang dengan lantang menolak keberadaan Omnibus Law UU Cipta Kerja. Bahkan, mahasiswa hingga buruh melakukan aksi demonstrasi di berbagai kota hingga saat ini.

Dia justru heran dengan sikap pemerintah. Pasalnya, Fahri menilai UU Cipta Kerja memiliki nama atau branding yang sangat bagus, yaitu menciptakan lapangan pekerjaan.

Politikus Fahri Hamzah

“Sekarang siapa yang nggak mau kerja? Siapa yang nggak mau peluang kesempatan kerja? Katanya membela UKM. Nah, UKM mana yang nggak suka kalau dia nggak perlu bayar untuk mengurus izin,” tukasnya.

Namun, mantan aktivis 98 itu mempertanyakan sebenarnya pemerintah memberikan kebaikan ada di dalam Omnibus Law UU Cipta Kerja untuk kalangan mana.

Kepada Fadli Zon, Fahri lantas dengan mengaitkan polemik Omnibus Law UU Cipta Kerja terhadap salah satu puisi milik penyair W.S. Rendra.

“Itu semua maksudnya baik. Tapi kan seperti puisi Rendra, maksud baik Saudara untuk siapa? Anda berada di pihak yang mana? Ini nggak ada,” ujarnya.

Karena itu, Fahri mengatakan tugas besar orang-orang di lingkaran kekuasaan saat ini untuk memperbaiki image pemerintah di masyarakat.

Dia mengatakan pada dasarnya pemimpin di Indonesia mempunyai nilai lebih yang diberikan dari rakyat.

“Orang itu (rakyat)tidak mau underestimate terhadap pemerintah. Kita ini kaum intelektual dapat underestimate kepada pemimpin, kepada negara, dan kepada pemerintah. Tapi rakyat tidak, mereka selalu meletakkan pemerintah itu lebih. Makanya kalau pemerintah ngomong, ya rakyat dengar,” kata Fahri. (net/ysp)