Amonium Nitrat dan Bencana Kemanusian

Asep Saepudin

BOGOR – RADAR BOGOR, Sebanyak 2.750 ton amonium nitrat yang merupakan pupuk pertanian disinyalir menjadi penyebab insiden ledakkan dahsyat di Kota Beirut, Lebanon pada Selasa (4/8/2020) petang. Insiden ini mengakibatkan puluhan warga dilaporkan meninggal dunia dan ribuan orang mengalami luka-luka.

Hingga saat ini belum diketahui jumlah pasti seberapa banyak korban yang jatuh karena kemungkinan masih akan bertambah seiring dengan perkembangan proses evakuasi dan identifikasi tempat kejadian.

Peristiwa ini mengundang banyak simpatik segenap warga dunia yang menyampaikan ucapan duka dan dukungan moral kepada para korban. Sebagai bangsa yang berprikemanusian, Indonesia pun menyampaikan rasa duka dan belasungkawa yang mendalam kepada Pemerintahan Lebanon.

Atas dasar rasa kemanusiaan itu juga, sejatinya kita tidak memandang perbedaan ras, suku bangsa, pandangan politik maupun agama dalam meyikapi peristiwa tersebut. Kita semua turut prihatin dan ikut berduka.

Lantas, apa itu amonium nitrat? Amonium nitrat merupakan garam nitrat berbentuk padatan kristal yang berwarna putih dan memiliki kelarutan yang tinggi dalam air.

Amonium nitrat diperoleh melalui reaksi netralisasi asam nitrat (HNO3) dengan basa amonia (NH3). Di alam, amonium nitrat dihasilkan oleh semua jenis tanaman melalui reaksi amonia dengan asam nitrat tersebut mengikuti persamaan berikut: NH3 + HNO3 → NH4NO3.

Seperti yang dapat dilihat pada rumusan tersebut, struktur dari amonium nitrat itu sendiri digambarkan sebagai ion amonium NH4+ dengan muatan positif yang berikatan dengan ion nitrat NO3– yang bermuatan negatif melalui adanya ikatan ionik.

Dalam ion nitrat, terjadi delokalisasi elektron atau pergerakan elektron secara terus menerus karena adanya resonansi elektron. Hal ini menyebabkan struktur dari ion nitrat itu sendiri memiliki ikatan rangkap yang tidak terlokalisasi melainkan terus bergerak.

Kondisi tersebut menyebabkan struktur ion nitrat menjadi lebih stabil dan bermuatan -1 karena terdapat kelebihan elektron yang terdelokalisasi. Keberadaan ion amonium (NH4+) berperan dalam menetralkan ion nitrat membentuk ikatan ionik di antara kedua ion tersebut.

Selain digunakan sebagai pupuk nitrogen, ammonia juga telah lama digunakan sebagai bahan peledak yang digunakan pada pertambangan.

Senyawa ini memiliki sifat-sifat yang unik sebagai garam sehingga dalam kimia, amonium nitrat juga dimanfaatkan dalam berbagai hal.

Selain dilakukan sintesis dalam skala laboratorium, produksi amonium nitrat juga telah dilakukan dengan skala besar pada industri, melihat kebutuhan yang cukup tinggi akan bahan ini.

Dampak dan bahayanya zat amonia bagi kesehatan manusia berdasarkan tinjauan dari kesehatan. Berikut uraiannya. Ammonia atau amonia adalah gas kimia dengan dengan rumus NH3. Karakteristik gas ammonia adalah bening, tidak berwarna, tapi mengeluarkan bau menyengat.

Ammonia yang secara alami hadir di lingkungan sekitar dihasilkan dari sisa bahan organik di tanah seperti tumbuhan, bangkai, dan kotoran hewan yang diurai oleh bakteri.

Tubuh manusia juga memproduksi “porsi” amonia alaminya sendiri setiap kali mencerna makanan. Ketika sistem pencernaan memecah protein makanan, terbentuklah amonia yang nantinya akan diuraikan lebih lanjut menjadi urea.

Urea merupakan komponen organik terbanyak di dalam urine. Itulah salah satu alasan mengapa amonia memiliki ciri khas berupa bau yang cukup menyengat.

Selain bentuk murni yang berupa gas, terkadang juga dapat menemukan sediaan produk amonia dalam bentuk padat atau cair, tergantung tujuan kegunaannya.

Ternyata, berbagai produk rumah tangga yang mungkin sering Anda gunakan sehari-hari juga melepaskan gas amonia ke udara sekitar seperti pupuk, produk pembersih rumah tangga, dan ammonia juga digunakan dalam proses pembuatan plastik, kain tekstil, dan pewarna rambut.

Jumlah senyawa ammonia yang ditambahkan ke dalam produk industri biasanya berkonsentrasi cukup tinggi. Biasanya dapat mencapai sekitar 25% sehingga dinilai bersifat korosif (penyebab kerusakan).

Risiko kesehatan ammonia terutama paling berbahaya jika kita menerima paparan dalam jumlah yang berlebihan. Baik itu sekaligus banyak dalam satu waktu  maupun sedikit demi sedikit tapi berkelanjutan.

Ammonia biasanya segera menimbulkan reaksi jika terjadi paparan pada kulit, mata, rongga mulut, saluran pernapasan, dan saluran pencernaan yang memiliki lapisan lembap (mukus).

Demikian halnya musibah yang terjadi di Beirut, Lebanon, Selasa kemarin. Semoga menjadi pelajaran untuk kita semua. Atas dalih kelalaian, mengakibatkan bencana yang dahsyat yang mengguncang kota tersebut yang tentunya menimbulkan kerugian yang luar biasa pula, bukan hanya hilangnya puluhan nyawa manusia dan ribuan korban luka-luka, tapi juga berdampak global bagi eksistensi kehidupan manusia.

Jelas sudah apa yang telah Tuhan kabarkan, “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Ar Rum: 41) [dari berbagai sumber].

  • Asep Saepudin

(Sekretaris Pusat Kajian Gender, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Visi Nusantara Maju)