Gandeng Perum PPD, Bus Trans Pakuan Siap Beroperasi Lagi

Bus Transpakuan siap beroperasi lagi.

BOGOR-RADAR BOGOR, Setelah beberapa tahun tidak beroperasi, kini Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor melalui Perusahaan Daerah Jasa Transportasi (PDJT) kembali akan mengoperasikan Bus Trans Pakuan.

PDJT Kota Bogor selaku pengelola Bus Trans Pakuan melakukan penandatanganan MoU bersama Perusahaan Umum Pengangkut Penumpang Djakarta (Perum PPD). Kerjasama tersebut dilakukan dalam rencana pengembangan transportasi, salah satunya restrukturisasi Trans Pakuan.

Penandatangan tersebut dilakukan antara Direktur Utama Perum PPD Pande Putu Yasa dengan Plt Direktur Utama PDJT Kota Bogor Agus Suprapto. Penandatanganan MoU ini disaksikan langsung Wali Kota Bogor Bima Arya dan Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Polana Banguningsih Pramesti di sela-sela kegiatan uji coba operasi Jabodetabek Residence Connexion (JRC) dengan trayek Sentul City – Blok M (PP) di Terminal Sentul City, Babakan Madang, Bogor.

Agus yang juga menjabat sebagai Sekretaris Dinas Perhubungan Kota Bogor menyatakan, saat ini kondisi PDJT bisa dibilang cukup memprihatinkan.

Untuk itu, perlu dilakukan proses restrukturisasi, baik secara internal organisasi maupun restrukturisasi secara eksternal terkait menjalankan bidang usaha jasa transportasi massal di Kota Bogor.

“Bidang usahanya sesuai penugasan dari pemerintah kota kepada PDJT adalah mengoperasikan Trans Pakuan sebagai angkutan massal. Tapi kondisinya saat ini bisa dibilang jauh dari kata optimal,” ujar Agus.

Dengan segala keterbatasan yang ada di PDJT, lanjutnya, saat ini PDJT sedang berproses restrukturisasi    dengan menggandeng Perum PPD untuk bisa berkolaborasi dan bisa merestrukturisasi ulang dalam bidang usaha, khususnya operasional Trans Pakuan.

Dalam konteks ini, lanjut Agus, PDJT dan Perum PPD berencana menghidupkan kembali koridor-koridor dengan penggunanya cukup tinggi, misalnya Cidangiang-Bubulak yang melalui Jalan Sholeh Iskandar dan Yasmin.

“Karena kebutuhan masyarakat memang cukup tinggi makanya baru saja kami melakukan penandatanganan nota kesepahaman. Poin-poin apa yang melingkupi kerjasama nanti dituangkan dalam surat perjanjian, sehingga apa yang dibantu Perum PPD bisa membangkitkan kembali PDJT dalam usahanya. Pelan-pelan kita bisa membangun PDJT lagi yang lebih baik lagi,” terangnya.

Agus juga mengaku sudah menyusun konsep bisnis dalam business plan, yang di dalamnya menggambarkan kondisi aset, keuangan, dan manajemen.

“Pekan lalu kami sudah melakukan FGD dengan Pak Wali Kota hingga pihak perguruan tinggi. Ini salah satu tindak lanjut dari apa yang kita buat, bagaimana kita mendongkrak kembali langkah PDJT yang lebih baik,” ujarnya.

Pekerjaan beratnya, kata dia, adalah menjalankan yang ada karena masih belum optimal. Bus yang masih bisa berjalan ada 16 unit dengan trayek Cidangiang-Sentul City.

Selanjutnya akan kita jalankan ke koridor lama yang dulu pernah eksis, Bubulak-Cidangiang. Paling utama itu dulu, sehingga aset-aset kita tidak terbengkalai,” katanya.

Di tempat yang sama, Direktur Utama Perum PPD Pande Putu Yasa mengatakan dengan kerjasama ini diharapkan kehadiran Trans Pakuan bisa menjadi feeder bagi PPD yang gencar mengoperasikan Jabodetabek Residence (JR) Connexion.

“Trans Pakuan ini kita harapkan menjadi feeder dari angkutan premium ini di titik-titik yang tinggi demand-nya. Misalnya dari Bulukan-Sentul City atau Sentul City-Stasiun Bogor dan titik-titik lainnya yang bisa kita integrasikan. Dalam waktu dekat, kami juga akan melakukan kerjasama dengan perumahan Persada Bogor. Dari sana juga tujuan kami adalah memecah penumpang yang menuju ke stasiun,” jelas Pande.

Mudah-mudahan, kata Pande, apa yang diupayakan ini bisa memberikan alternatif lain kepada masyarakat yang tinggal di perumahan untuk menggunakan moda transportasi massal, bukan kendaraan pribadi.

Sementara itu, Kepala BPTJ Polana Banguningsih Pramesti mengatakan, pihaknya menargetkan angka pengguna transportasi umum adalah 60 persen pada 2029 mendatang.

“Ini memang target yang sangat optimis dan itu sudah tertuang di dalam dokumen rencana induk transportasi Jabodetabek. Berdasarkan perhitungan, pada 2018 di Jabodetabek itu dengan penduduk kira-kira 30 juta jiwa, pergerakan manusia mencapai 88 juta per hari. Dengan pergerakan demikian apabila saat ini masih lebih banyak menggunakan angkutan pribadi dengan asumsi ini sudah pernah dihitung bisa mengalami kerugian akibat macet Rp1 triliun per tahun,” ungkap Polana.

Untuk itu, kata dia, BPTJ mendorong penumpang atau yang biasanya menggunakan kendaraan pribadi untuk menggunakan kendaraan umum.(ded/c)