Bela Negara, Penguatan Karakter Bangsa untuk Indonesia Maju

Ratusan peserta ikut Seminar Nasional Bela Negara secara online dilakukan oleh Resimen Mahasiswa (Menwa) IPB dan Alumni Menwa Mahawarman IPB University, Rabu (15/7/2020).

BOGOR-RADAR BOGOR, Seminar Nasional Bela Negara secara online dilakukan oleh Resimen Mahasiswa (Menwa) IPB dan Alumni Menwa Mahawarman IPB University, Rabu (15/7/2020) merupakan kegiatan yang sangat menarik bagi kalangan civitas akademika Perguruan Tinggi.

Hal tersebut tercermin dari jumlah peserta yang terlibat baik melalui zoom maupun youtube, dari sejumlah 253 peserta yang hadir, 80 persen adalah mahasiswa, dosen dan peneliti dari berbagai Perguruan Tinggi.

Sebanyak 20 persen peserta berasal dari pemerintahan, TNI, LSM, guru dan swasta. Peserta yang ikut juga relatif beragam dari berbagai Provinsi di Indonesia Mulai dari Sumatra Utara, Lampung, hingga Nusa Tenggara Timur.

Kegiatan diawali dengan doa bersama, menyanyikan lagu Indonesia Raya dan dilanjutkan dengan Sambutan Pembina Menwa IPB yang sekaligus Ketua Himpunan Alumni Menwa Maharman IPB Bapak Prof. Sumardjo.

Sumardjo menyampaikan bahwa kesadaran Bela Negara dinilai sangat penting bagi bangsa Indonesia dengan kebinekaan yang tinggi.

Pendidikan untuk memperkuat karakter bangsa untuk Indonesia maju sangat penting untuk senantiasa diupayakan dalam menghadapi dinamika perubahan lingkungan strategis kehidupan berbangsa.

Dinamika perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah membuat dinamika perubahan sangat cepat dan hal ini membutuhkan reaktualisasi, paradigma, pola dan metoda dan teknik pendidikan Bela Negara yang bersifat adapatif, antisipatif dan inovatif terhadap perubahan lingkungan strategis yang harus selalu dikembangkan tanpa harus mengabaikan karakter bangsa yang dinamis dan terus maju.

Sementara itu Rektor IPB University, Prof. Arif Satria mengatakan, kondisi sekarang berbeda dengan masa lalu, sekarang masyarakat dihadapakan pada volatilitas yang sangat tinggi dan perubahan-perubahan yang sangat dahsyat.

Indonesia, kata Arif, akan maju kalau bisa merespon perubahan dengan cepat, melakukan upaya upaya yang bersifat ekstraordinari, dan melakukan lompatan-lompatan diluar kebiasaan.

Kemampuan menciptakan sesuatu yang baru, menciptakan inovasi-inovasi yang baru serta unggul dan menjawab kebutuhan dapat menjadikan bangsa ini sebagai pemimpin.

“Inovasi tersebut hanya bisa berlangsung apabila sumber daya manusia dan juga tatanan sosialnya sudah mantap. Tatanan sosial dibentuk oleh beberapa karakteristik antara lain rasa persatuan, kemampuan berjejaring dengan orang lain, kepercayaan/rasa saling percaya,” terangnya.

Dalam kontek social capital maka rasa persatuan bangsa, cinta tanah air menjadi dasar yang luar biasa, karena dengan nasionalisme akan memiliki toleransi, sikap empati pada saudara-saudara kita dan pada nasib bagsa ini.

Persatuan Indonesia terbangun dengan adanya rasa saling percaya. Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia harus ditunjukkan dengan inovasi inovasi yang unggul dan hal tersebut bisa dicapai kalau kita memiliki beberapa karakter yang kuat.

Karekter tersebut dalah kejujuran, disiplin, kerja keras dan kemampuan kita berjejaring dengan berbagai pihak. Untuk membuat Indonesia maju secara ekonomi dan teknologi tetap harus memperhatikan agar masyarakat juga sejahtera, makmur, memilik martabat, dan terlindungi.

“Masa depan harus diraih dan ditemukan, identitas bangsa sebagai bangsa Indonesia harus tetap ada, tetap kuat, menginspirasi dan mengilhami kita untuk masa depan. Karena dengan itulah masa depan bangsa ini akan tetap utuh dan Indonesia maju dapat terwujud dengan baik,” paparnya.

Sementara itu dalam paparannya, Mayjen Arif Teguh, Asintel KASAD-TNI Angkatan Darat, mengatakan bahwa karakter bangsa memegang kata kunci dalam proses kemajuan suatu bangsa, dan nilai-nilai luhur budaya bangsa harus dijadikan pondasi penyusunan karakter bangsa.

Beberapa Negara maju mencapai kemajuan ekonomi dan penguasaan teknologi dengan tetap berdasarkan karakter bangsa budaya asli seperti Cina, Korea Selatan dan Jepang sedangkan Singapura tidak memiliki karakter budaya asli, tetapi mereka menyusun karakter bangsa mereka berdasarkan analisa mendalam dan perpaduan karakter positif bangsa-bangsa di dunia.

Kehebatan suatu Negara sangat tergantung dari karakter warga negaranya. Karakter bangsa yang tersusun baik dan kuat merupakan modal sub-sub sistem, dan sub-sistem yang baik dalam mendukung system of system dalam hidup bernegara.

Bela Negara merupakan salah satu karakter bangsa yang memegang peran kunci berfungsi sebagai pengarah dan memfokuskan segala potensi yang dimiliki baik SDA maupun SDM termasuk didalamya karakter positif bangsa itu sendiri agar terfokus diberdayakan untuk kemajuan bangsanya.

Sebagai karakter bangsa Indonesia jika tidak bersumber dari nilai-nilai positif budaya bangsa sendiri akan membahayakan dan menjadi “Bom Waktu” dikemudian hari. Hal krusial dalam merumuskan strategi Bela Negara dengan melihat pada “Persoalan Krusial Bangsa”.

Karakter Asli warisan leluhur bangsa Indonesia merupakan kristalisasi nilai tertinggi dalam seluruh tata sistem nilai yg ada di nusantara, pembentukan karakter bangsa merupakan tanggung jawab bersama seluruh komponen bangsa.

Jenderal bintang 2 ini juga memberikan 8 tip pada akhir paparannya untuk memperkuat dan membentuk karakter yaitu: 1) belajar menghargai diri sendiri, 2) bentuk prinsip diri sendiri, 3) penguasaan terhadap diri sendiri, 4) memperbaiki masa lalu, 5) memperhitungkan tindakan yang diambil, 6) komitmen, 7) disiplin, dan 8) mengenali serta mengetahui kelebihan dan kekurangan. Selain itu beliau juga menegaskan bahwa mahasiswa/pelajar memiliki kelebihan dalam menyampaikan pesan pentingnya karakter bangsa karena merupakan generasi muda yang memiliki dua dokrin yang merupakan perpaduan antara keilmuan dan keprajuritan.(*/pin)