Rest Area Puncak Dipadati Pedagang dan Wisatawan, Awas Jadi Kluster Baru

Suasana kawasan Rest Area Gunung Mas Puncak yang dipadati wisatawan dan PKL.

CISARUA-RADAR BOGOR, Kawasan rest area Gunung Mas Puncak dipenuhi pedagang dan wisatawan, akhir pecan kemarin.

Sebagai antisipasi penyebaran Covid-19, kawasan tersebut rencananya akan ditutup oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Bogor. Namun rencana itu ditunda hingga pembangunan dilanjutkan.

Satpol PP Kabupaten Bogor pun menekanan para pedagang untuk tetap menerapkan physical distancing jika ingin berjualan di sana.

“Penutupan rest area Gunung Mas akan dilakukan sebelum dimulainya pembangunan kios-kios. Sebelumnya kami juga sudah sosialisasi ke para pedagang, mereka juga mengerti,” jelas Kepala Bidang Ketentraman dan Ketertiban Umum (Trantibum) Pol PP Kabupaten Bogor, Ruslan Yusuf.

Menurutnya, saat ini pembangunan rest area tersebut belum diserahterimakan kepada perusahaan baru untuk melanjutkan pembangunan. Pihaknya kini tengah berupaya memecah perkumpulan massa di area tersebut di masa PSBB Transisi menuju Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB).

Sementara itu, untuk para Pedagang Kaki Lima (PKL) dirinya menegaskan akan dilakukan penertiban secara bertahap. Sementara untuk PKL yang berdagang di bangunan permanen, pihaknya menunggu pembangunan rest area Gunung Mas selesai untuk relokasi.

“Kita kalau masalah PKL yang di trotoar yang sudah dibangun-bangun itu kita tertibkan, tapi kalau memang permanen kita menunggu Rest Area selesai,” tuturnya.

Sementara itu, Ketua Kelompok Penggerak Pariwisata (Kompepar) Puncak, M. Teguh Mulyana meminta pemerintah segera mendorong percepatan pembangunan kios-kios tersebut. Menurutnya, dengan adanya kios-kioas tersebut, para pedagang tertata berkurangnya potensi penumpukan massa.

“Sekarang para pedagang terlalu dekat, dan juga memperlihatkan kekumuhan, dari Kompepar sudah menyampaikan kepada mereka untuk mengacu kepada kebersihan, juga aturan untuk physical distancing, dan penerapan protokol kesehatan,” ujar Bowie sapaan akrabnya.

Lanjut Bowie, jika pembangunan kios-kios tersebut semakin lambat, maka para pedagang akan bersikukuh berjualan di area tersebut. Sementara menurut data Kompepar, saat ini sekitar 220 PKL terdaftar dan 160 PKL yang dapat berjualan di Rest Area tersebut.

“Ke depannya kami harapkan pemerintah lebih cepat membangun kios-kios untuk para pedagang yang layak,” harapnya.

Di tempat lain, Kades Tugu Selatan Eko Windiana menambahkan, penutupan rest area secara mendadak bukan merupakan solusi bagi warganya dalam kondisi saat ini.

“Karena hari ini rest area itu dimanfaatkan oleh masyarakat setempat dalam situasi dan kondisi yang serba prihatin ini,” jelasnya.

Sebelumnya, pihaknya tengah melayangkan surat permohonan kepada Bupati Bogor sementara mengizinkan warganya menggunakan rest area tersebut untuk aktivitas usaha.

Pihaknya juga telah menyampaikan kepada warganya ketika ada pengerjaan kembali pembangunan rest area tersebut maka tidak boleh ada aktivitas warga.

“Namun pada intinya kebijakan pemerintah silahkan dilanjutkan dan kami siap dengan segala konsekuensinya, yang berkembang melalui opini ataupun hal lainya yang berkembang dimasyarakat,” tandasnya. (cr2/c)