Jika Tularkan Covid-19, Pemkot Bogor Ancam Tutup RS Rujukan

Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim

BOGOR-RADAR BOGOR, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor mengancam akan menutup Rumah Sakit (RS) yang menjadi locus baru penyebaran Covid-19 di Kota Bogor.

Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim mengatakan, pertumbuhan kasus Covid-19 di Kota Bogor relatif membaik. Pasalnya, di wilayah Kota dan Kabupaten Bogor, Kota Depok, Kota dan Kabupaten Bekasi (Bodebek), reproduksi efektif (Rt) Covid-19 paling rendah dengan poin 0,33.

Sementara Rt Kota Depok masih yang paling tinggi se-Bodebek dengan jumlah 1,7. Kemudian, Kota Bekasi sebesar 0,71, Kabupeten Bogor 0,66, dan Kabupaten Bekasi masih sebesar 0,57. Dedie tak ingin dengan pelaksanaan Pra Adaptasi Kebiasaan Baru (Pra-AKB) terjadi penambahan klaster baru, khususnya dari penularan di rumah sakit.

Ancaman Dedie ini bukan tanpa alasan, sebab dari delapan RS yang menjadi rujukan di Kota Bogor akan menandatangani surat pernyataan bersama setelah keluarnya SK Gubernur Jawa Barat soal RS rujukan baru salama pra-AKB nanti.

“Apabila terjadi insiden atau kasus penambahan covid terkonfirmasi positif, maka kita dapat melakukan penutupan sementara,” kata Dedie.

Saat ini, kata dia, reassesment sudah dilakukan kepada delapan RS rujukan yang menjadi rujukan penanganan Covid-19. Langkah itu diambil, usai ditemukannya 16 pasien terkonfirmasi positif pada Rabu (10/6), di antaranya merupakan petugas medis, dan menekan penyebaran Covid-19 yang berasal dari rumah sakit.

Saat itu, Pemkot Bogor mulanya hanya mengusulkan tiga rumah sakit rujukan, yakni RSUD Kota Bogor, Siloam Hospital Bogor, Bogor Senior Hospital. Namun, Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) tiba-tiba menambah lima rumah sakit rujukan Covid-19 di Kota Bogor sehingga menjadi delapan rumah sakit.

Keputusan itu tertuang dalam Surat Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor: 445/Kep.186-Dinkes Jabar tentang Penetapan Rumah Sakit Rujukan Penanggulangan Penyakit Infeksi Emerging Tertentu.

Adapun tambahan lima rumah sakit itu, yakni RS Hermina, RS PMI, RS Medical Center, RS Salak dan RS Melania Kota Bogor. Evaluasi diambil, kata dia, untuk memusatkan kembali RS rujukan penanganan Covid-19 di Kota Bogor.

Sementara itu, Direktur RSUD Kota Bogor, Ilham Chaidir, mengaku siap menerima konsekuensi apapun jika terjadi penularan atau RSUD Kota Bogor menjadi locus baru penyebaran Corona.

Sebab, menurut Ilham, saat ini RSUD sudah menjalankan protokol kesehatan secara ketat dan sudah mempersiapkan protokol jika terjadi situasi terburuk (worst situation).

“Jadi sebenarnya kita memang diperintahkan oleh daera hkota bogor, pertama mempersiapkan the war situation (situasi terburuk). Jadi mau tidak mau kesiapan dari personel, SDM, peralatan, kemudian sarana dan prasarana itu harus yang nomor satu. Itu yang harus kita perhatikan,” kata Ilham.

Salah satu kesiapan dalam menghadapi worst situation, Ilham mengungkapkan blok III yang merupakan gedung baru yang terdiri dari empat lantai, disiapkan menjadi tempat perawatan bagi pasien OTG, ODP, PDP dan pasien terkonfirmasi positif.

Jumlah ruang yang disediakan sebanyak 112 kasur n, bahkan RSUD Kota Bogor juga membagi penanganan pasien di setiap lantai. Sedangkan untuk lantai satu Blok III dikhususkan untuk merawat anak-anak.

“Hampir semua tenaga medis juga sudah siap. Untuk ini, kami melibatkan lebih kurang 400 orang perawat, tambah dokter, tambah bidan karena ada yang persalinan. Total kurang lebih 400 dan sekarang kita sesuaikan,” jelasnya. Ilham mengaku, saat ini RSUD Kota Bogor masih merawat delapan orang dengan status OTG dan PDP. Untuk kasus positif yang dirawat di RSUD berjumlah 46 orang.(ded/c)