CIAWI–Permasalahan tengkulak di berbagai ragam kelompok tani, rupanya tak berlaku pada Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Rukun Tani di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi. Sebab, mereka berani memasang harga tinggi demi bersaing dengan harga tengkulak.
Menurut Ketua Gapoktan Rukun Tani, Misbah, upaya itu dilakukan sejak 2008. Contohnya, tengkulak membeli cabai dengan harga Rp10 ribu per kilogram. Agar para petani tidak menggantungkan nasib pada mereka, gapoktan pun meminta harga lebih tinggi.
”Ya, kami bisa di atas selisis Rp500 atau lebih. Nanti saat dilempar ke pasar induk mendapat selisih sedikit. Dan di sini sudah berhasil menyingkirkan tengkulak,” ujarnya kepada Radar Bogor, kemarin (7/8).
Upaya ini bertujuan untuk memotong lingkaran tengkulak. Selain itu, pemberdayaan petani juga dilakukan. Misalnya petani disediakan bibit, pupuk dan alat pertanian. Saat panen tiba, hasil petani dipotong pinjaman. ”Misalnya hasil Rp2 juta. Dipotong biaya bibit pinjaman dan lainya Rp500 ribu,” tuturnya.
Misbah mengatakan, petani harus berani memerangi tengkulak. Selain memainkan harga pasar, tengkulak juga sering berulah dengan menimbun hasil pertanian.
”Tengkulak tidak berani di sini. Sebab, hanya punya uang tidak punya petani,” ucapnya.
Terpisah, Kepala UPT Pertanian Ciawi Teguh Irianto mengatakan, Gapoktan Rukun Tani terbilang sukses. Awalnya, desa tersebut menerima bantuan pengembangan usaha agribisnis pedesaan pada 2008. Pemerintah menggelontorkan modal awal Rp100 juta. Saat ini perputarannya mencapai Rp1,5 miliar.
Hasil itu diperoleh dengan cara mengarahkan usaha pertanian, tidak kelebihan produk dan mengelompokkan tani. ”Kemudian hasilnya ditampung termasuk sarana produksi dan penjualan ke pasar induk,” jelasnya.(don/c)