25 radar bogor

Protes Suami Malas Kerja, Istri di Sidoarjo Tewas Dibunuh

ilustrasi

SIDOARJO-RADAR BOGOR, Warga Dusun Medaeng Tengah, Desa Kedungturi, Sidoarjo dikejutkan dengan banyaknya polisi yang datang ke salah satu rumah kos di RT 8, RW 4.

Petugas tiba-tiba memasang garis polisi. Tidak ada seorang pun yang boleh melintas. Karena penasaran, warga hanya melihat dari luar garis.

”Ada yang tewas di dalam,” kata Ariyani, warga setempat.

Keramaian tersebut terjadi lantaran salah seorang penghuni kos ditemukan tewas tergeletak di lantai. Korban bernama Junisa.

Perempuan 40 tahun itu ditengarai meninggal akibat kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dilakukan suaminya, Sugiyono.

Ariyani menuturkan, pasangan suami istri (pasutri) itu tinggal di rumah kos tersebut sejak tiga bulan lalu.

Bersama dua anaknya yang masih balita, mereka hidup sebagai keluarga yang sederhana. Sehari-hari Sugiyono tidak bekerja.

Sementara itu, Junisa mencari rezeki sebagai penjual gorengan keliling. Karena itu, dia dianggap sebagai tulang punggung keluarga.

”Kalau siang dia jadi tukang cuci ke rumah-rumah,” tuturnya. ”Hasil uangnya untuk bayar sekolah anak,” lanjutnya.

Warga asli Lamongan itu tidak menyangka Junisa menjadi korban pembunuhan. ”Mereka sering bertengkar karena beda pendapat.

Hampir tiap hari cekcok,” ucap Ariyani. Misalnya, Junisa ingin menyunatkan anaknya di sunatan masal, tetapi ditolak Sugiyono lantaran malu.

Dia berpegang teguh ingin menggunakan uang pribadi. Namun, dia menganggur. ”Tidak tahu kok sampai parah begini,” paparnya.

Ariyani menyebut Junisa merupakan pekerja keras. Cari uang dari pagi hingga sore. Beberapa kali korban bercerita bahwa suaminya cemburu.

Sebab, korban punya uang. ”Sementara suaminya (Sugiyono, Red) kan nganggur,” tambahnya.

Ditanya mengenai kronologi kejadian, Ariyani mengatakan tidak tahu. ”Tahunya sudah pagi kok ada polisi,” ucapnya.

Berbeda dengan Ariyani, Safril, warga setempat, mendengar kegaduhan di tempat tinggal korban. Sebab, kosnya berdekatan dengan tempat korban.

”Sekitar pukul 03.00 ada suara benda jatuh dari balik dinding,” paparnya. Dia mengira Junisa tengah mempersiapkan gorengannya.

”Sudah biasa dengar suara itu. Biasanya, dia (Junisa, Red) siap-siap sebelum jualan keliling jam 7 pagi,” jelasnya.

Beberapa jam kemudian, Safril tiba-tiba kaget karena polisi datang dan menanyakan keberadaan kos korban.

Saat petugas membuka pintu, Junisa sudah tergeletak tidak bernyawa. ”Langsung ramai. Saat itu suami korban dan anaknya tidak ada,” tuturnya.

Ternyata, yang memukul Junisa adalah Sugiyono. ”Saya dengar dia mukul pakai palu di kepala bagian belakang,” tuturnya. (oby/c15/ai/jpnn)