25 radar bogor

Annisa Hassanah, Pencipta Game Rekreasi Ecofunopoly

Aksi buang sampah sembarangan masih marak di Indonesia. Gerah dengan kondisi itu, Annisa Hasanah terinspirasi membuat permainan untuk mengedukasi masyarakat agar lebih peduli dengan lingkungan.

SIAPA yang tak kenal permainan monopoli? Game board itu masih jadi primadona hingga saat ini. Versi konvensional maupun digitalnya masih digemari beragam kalangan usia.

Terilhami dari jenis permainan itu, Annisa Hasanah (28) membuat permainan serupa yang diberi nama ecofunopoly. Bedanya, permainan ciptaan Annisa melibatkan banyak unsur lingkungan di dalamnya. Bukan hanya game rekreasi untuk mampir di ibu kota-ibu kota negara di dunia dan membangun hotel di sana.

Tapi, jangan salah, permainan tersebut tak kalah seru dengan versi jalan-jalannya. Anak- anak masih akan bertemu dengan dadu untuk menentukan langkah mereka. Masih ada hukuman juga bagi mereka yang ternyata ketahuan kurang peduli lingkungan. Misalnya, menanam bibit pohon di sekitar lingkungan tempat tinggalnya.

”Anak-anak akan dituntut jujur dalam permainan ini. Misalnya, suka buang sampah sembarangan tidak? Kalau iya, kita kasih pion karbon yang tandanya itu tidak boleh. Karena tidak baik bagi lingkungan,” jelasnya saat ditemui Jawa Pos (Grup Radar Bogor), Senin (15/5).

Permainan itu dirancang Annisa saat masih kuliah. Idenya muncul saat alumnus Jurusan Arsitektur Lanskap Institut Pertanian Bogor (IPB) tersebut menyimak pemaparan materi kuliah soal isu lingkungan. ”Waktu itu semester IV, tahun 2009 kalau nggak salah. Agak gemas lihat fakta sampah masih berserakan, orang naik mobil buka kaca ternyata buang sampah. Akhirnya mikir, gimana caranya bisa mengedukasi orang untuk cinta lingkungan,” urainya.

Berangkat dari situ, pencinta buku dan film Harry Potter tersebut mulai iseng menuangkan ide itu dalam sebuah kertas. Isinya baru sebatas coret-coretan dan gambar tentang apa saja yang harus ada di dalam kotak permainan. Mulai soal sampah hingga air.

Namun, siapa sangka, coretan-coretan iseng tersebut kini telah mendunia. Bersama ecofunopoly, Annisa berhasil memenangi sejumlah kompetisi dalam dan luar negeri. Bahkan, mewujudkan mimpinya untuk bisa mengunjungi negara-negara lain di Asia, Eropa, dan Australia.

Piagam best project Danamon Young Leaders Awards jadi yang pertama digondol pulang Annisa pada 2009. Penghargaan itu, menurut dia, paling berkesan hingga kini. Sebab, melalui penghargaan tersebut, jalan ecofunopoly untuk dikenal masyarakat dan dunia jadi terbuka lebar. ”Waktu itu hadiahnya uang Rp1 juta. Mungkin pada mikir, kecil banget. Tapi, bukan itu yang saya cari. Apresiasi untuk ide saya itu yang paling berharga,” kenang istri Andik Fatahillah itu.

Diakui, dari seluruh penghargaan yang diterima, piagam dari ajang kompetisi luar negeri jauh lebih banyak daripada dalam negeri. Itu bukan karena dia pilih-pilih. Namun, memang kebanyakan usulan proposalnya untuk mengembangkan permainan edukasi lingkungan itu masih jarang diminati di Indonesia. Bahkan oleh pemerintah sendiri. ”Jadinya jarang menang,” ujarnya, lantas tersenyum.

Kondisi tersebut tentu tak lantas membuat Annisa meninggalkan anak-anak Indonesia. Dia juga sering mengadakan acara di ruang terbuka di Bogor. Biasanya, tim akan menggunakan jenis ecofunopoly ukuran raksasa (4 x 4 meter).(jp)