25 radar bogor

Sebelum Berpulang, Sempat Rapat Bahas PPDB

BOGOR–Kabar duka menyelimuti dunia pendidikan Kota Bogor. Salah satu tenaga pendidik terbaiknya meninggal dunia. Dia adalah Kepala SMAN 1 Bogor Sri Eningsih. Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMA Kota Bogor itu, tutup usia kemarin siang di Rumah Sakit Salak Bogor sekitar pukul 11.40 WIB.

Sri Eningsih meninggal dunia, setelah mengeluh sakit pada bagian kepala saat menghadiri rapat bersama jajaran kepala SMA/SMK dengan Balai Pelayanan dan Pengawasan Pendidikan (BP3) wilayah 1. Padahal, sebelumnya ia sempat menghadiri kegiatan halal bihalal bersama jajaran guru dan Dinas Pendidikan (Disdik) di aula Disdik Kota Bogor.

Kepala Disdik Kota Bogor Fahruddinmengatakan, saat itu kondisi almarhumah masih sangat segar seperti biasanya. “Tapi memang pucat, dan saya tanya kenapa, dia menjawab sedang sakit,” ujarnya saat ditemui di rumah duka, Jalan Kamojang, Perumahan Laladon Indah.

Fahmi –sapaan akrab Fahruddin– menuturkan, Ening yang sudah ia kenal sejak 13 tahun silam memang tidak pernah mengeluh tentang masalah pribadinya. Namun, pagi kemarin, ia mendapatkan cerita pertama Ening selama mengenal sosok wanita lembut itu.

“Ia (almarhumah) hanya bilang, kenapa ya, pak, ada yang mau jahat sama saya, padahal saya sudah baik ke beliau, dan sudah membantu. Tapi, dia malah ancam dan mau jahat sama saya,” ucap Fahmi menirukan perkataan almarhumah. “Namanya juga di musim pendaftaran peserta didik baru (PPDB), sudah sangat wajar hal seperti itu. Saya hanya bilang agar dia tenang,” tambah Fahmi.

Bagi Fahmi, sosok Ening merupakan sosok guru sejati yang ia temui. ”Orangnya sangat ramah, sayang dengan anakanak didiknya, tidak pernah sekali pun marah. Kalaupun menegur sangat menjaga perasaan orangnya, sangat sopan, tapi tegas,” ucapnya.

Di tempat yang sama, Kepala SMAN 6 Kota Bogor, Aidawati, mengaku sangat kehilangan sosok sahabat yang sejak 1993 bersama­sama merangkak jadi guru dan hingga kini menjadi kepala sekolah di sekolah masing­masing.

Dua hari lalu, ia memang mendengar bahwa sahabatnya itu mengeluh sakit kepala. Juga sempat menitipkan mengikuti acara pelepasan anak­anak Pramukanya untuk berkemah. “Eh, saya yang malah mengikuti acara pelepasan beliau,” lirihnya.

Aida merupakan sosok yang menemani Ening ketika mengembuskan napas terakhirnya pukul 11.40 siang kemarin. Ketika meminta tolong dan merasa kesakitan saat rapat PPDB di SMAN 6, Aida yang ikut dalam mobil yang memboyong Ening ke RS Salak.

“Karena saya wanita satusatunya, saya yang memeluk beliau saat lemas kesakitan di ruangan rapat. Lalu saya ikut membawanya ke RS. Dalam perjalanan, ia mengembuskan napas panjang tiga kali, pertama ketika mau masuk ke mobil, kedua saat keluar jalan ke arah air mancur, dan terakhir di sekitar bundaran air mancur. Ya, mungkin itu napas terakhirnya,” ungkapnya sambil menangis.

Dalam ingatannya, masih sangat terbayang bagaimana almarhumah sangat energik, semangat, dan tidak pernah mengeluh. (ran/wil/c)