25 radar bogor

Bogor ‘Bangun’ Monorel

Ilustarasi Monorel yang melintasi Kota Bogor

BOGOR – Kota Bogor berpotensi menjadi kota pertama di Indonesia yang memiliki monorel (kereta dengan rel tunggal). Ketika proyek tersebut di Jakarta tersendat, PT Butraco Utama Sejahtera yang bekerja sama dengan Bombardier Kanada berkeinginan membangun monorel di Bogor. Monorel dianggap dapat menjadi alternatif kereta rel listrik (KRL) untuk mobilisasi penduduk Kota ataupun Kabupaten Bogor menuju Jakarta.

Direktur PT Butraco Utama Sejahtera, Budi Sanjaya menjelaskan, penawarannya kepada Pemkot Bogor itu tak lepas dari niatannya untuk menata transportasi Kota Hujan. Jika selama ini KRL menjadi primadona masyarakat Bogor untuk bepergian ke Jakarta, menurutnya, monorel akan menjadi hal serupa. “Tujuannya, agar bisa membantu transportasi warga dari Kota ataupun Kabupaten Bogor yang akan bekerja ke Jakarta,” ujarnya di sela-sela penawarannya kepada Wali Kota Bogor Bima Arya, Rabu (7/6).

Ia mengatakan, pihaknya akan terlebih dahulu melakukan studi kelayakan serta teknis pinjaman dana jika Pemkot Bogor berminat. Menurutnya, teknis bantuan dananya berupa pinjaman lunak (soft loan). “Jadi, nanti terkait dana akan dibantu oleh Pemerintah Kanada, berhubung kita juga bekerja sama dengan Bombardier Kanada,” ungkapnya.

Rencananya, monorel tersebut akan memiliki rute IPB Dramaga–Stasiun Bogor–Kebun Raya–Terminal Bus Baranangsiang–Paspampres–Tajur–Ciawi. Kapasitasnya mengangkutnya sebanyak 500 penumpang per kereta, atau 5 ribu penumpang per jam. Artinya, bisa mengangkut sebanyak 85 ribu penumpang per hari.

Menanggapi itu, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bogor, Erna Hernawati, sepakat bahwa monorel dapat menjadi solusi kemacetan kota hujan. Menurutnya, keberadaannya nanti akan sangat membantu mobilitas warga Bogor. “Sangat penting, salah satu solusi untuk kemacetan. Transportasi massal Kanada Railway ada darat, jadi sangat membantu,” ujarnya.

Namun, harganya yang mencapai triliunan rupiah membuat Pemkot Bogor harus memberlakukan pinjaman lunak. Untuk mewujudkan itu, dibutuhkan berbagai kajian. Artinya, Kota Bogor akan terikat dalam waktu beberapa puluh tahun ke depan. “Mereka punya niatan untuk membagun monorel, tetapi sifatnya kan soft loan. Jadi, pinjaman lunak dalam jangka waktu beberapa puluh tahun,” kata Erna.

Ia mengatakan, untuk memberlakukan tinjauan dari segala aspek yang dilakukan Kementerian Keuangan, segala sesuatunya akan dihitung. Mulai dari pendapatan asli daerah (PAD) hingga aset yang dimiliki Kota Bogor. “Kita harus pasti dulu, kalau soft loan dulu dari Kementerian Keuangan, kemampuan keuangan kita tidak hanya PAD, aset, dan sebagainya juga,” urainya.

Maka, menurutnya, Pemkot Bogor harus berhati-hati sebelum menyepakati penawaran yang diajukan PT Butraco Utama Sejahtera. “Kalau seandainya kita tidak mampu dan mereka sudah membuat feasibility study (FS)-nya dan technical assistant, maka akan terikat. Makanya harus ada komitmen, mereka membuat kajian, berapa yang layak di-soft loan-kan Kota Bogor. Kalau tidak mengikat,” tandasnya.(rp1/c)