25 radar bogor

Happy Rahma Telaten Utak-Atik Perintilan Pernikahan

BUAH KESABARAN: Happy Rahma mengerjakan kerajinan tangan. Dia menganut prinsip amati, modifikasi, inovasi, dan kolaborasi agar karyanya selalu menjadi tren.
BUAH KESABARAN: Happy Rahma mengerjakan kerajinan tangan. Dia menganut prinsip amati, modifikasi, inovasi, dan kolaborasi agar karyanya selalu menjadi tren.

Pernikahan adalah momen sakral sekali seumur hidup. Semua diupayakan serba-istimewa. Termasuk, perintilan kecil seperti undangan, mahar, dan suvenir. Happy Rahma ”merawat” dengan telaten perintilan itu hingga menjadi besar.

KEDIAMAN Happy di kawasan Waru, Sidoarjo, mungkin tidak terlalu besar. Begitu melangkahkan kaki ke dalam rumahnya, aura artsy cukup terasa. Ruang tamu itu disulap menjadi showroom mungil. Happy tampak asyik menyusun bungabunga artifisial menjadi sebuah scrapframe. Tangan kirinya menggenggam ”senjata” utama, lem tembak.

Scrapframe memang menjadi produk paling baru sekaligus paling ngehit. Desainnya dibuat rustic dengan dominasi warna-warna alam. Misalnya, cokelat muda, hijau daun, dan pink yang lembut. ”Desain rustic ini banyak sekali dipesan. Apalagi sejak pernikahan artis Andien Aisyah yang mengusung konsep rustic di tengah hutan,” kata owner By Request Craft & Invitation, jasa pembuatan pernik dan undangan pernikahan, itu.

Scrapframe, lanjut dia, biasa digunakan sebagai mahar pernikahan. Belakangan, Happy lebih sering meng gunakan uang mainan untuk bahan scrapframe. ”Sayang kalau uang asli dilipat-lipat dan diselotip. Meski, sebetulnya uang asli juga tidak akan rusak sih kalau dibongkar,” jelasnya.

Selain scrapframe, glass box tidak kalah populer. Glass box merupakan tempat meletakkan cincin yang biasa digunakan ketika pertunangan. Desainnya pun dibuat rustic. Usaha tersebut kali pertama dirintis Happy pada 2007.

Semua berawal dari hobi membuat barang DIY (do-it-yourself). Sejak zaman kuliah, Happy senang membuat kartu ucapan yang dihias dengan biji-bijian. ”Mulai dijual di kampus atau dititipkan di toko craft. Dan, ternyata, banyak juga yang suka karena saat itu memang lagi hit,” kenang alumnus akuntansi di Universitas Airlangga Surabaya tersebut.

Menjelang pernikahan, Happy bahkan menyiapkan sendiri suvenir untuk para undangan. Dia membeli plismet lidi, lalu membungkus ulang sesuai keinginannya. Sejak saat itulah, Happy terpikirkan untuk membuat By Request Craft & Invitation. Kala itu, Happy menerima pesanan berupa suvenir, mahar, dan hantaran pernikahan. Usaha tersebut semakin berkembang seiring dengan berjalannya waktu.

Happy juga selalu terbuka dengan tren baru. ”Kalau dulu ada prinsip ATM, yaitu amati, tiru, dan modifikasi. Tapi, sekarang berlaku amati, modifikasi, inovasi, dan kolaborasi,” tuturnya. Bahkan, konsep desain By Request berbeda tiap tahun. Sebelum konsep rustic yang merajai pertengahan tahun lalu, By Request Craft & Invitation mengusung konsep shabby chic.

”Klien juga bebas request apa keinginannya. Sesuaikan dengan bujet dan desainnya,” imbuhnya. Hingga saat ini, kliennya berasal dari seluruh Indonesia. Tiap bulan, omzetnya lebih dari Rp200 juta. Kini ada 45 pekerja dan 12 orang di antaranya bertugas sebagai perajin.

Mulai lulusan SMA/SMK, anak kuliah, sampai ibu rumah tangga. Happy dan perajin senior turun tangan melatih perajin baru. ”Yang penting suka dulu. Kalau suka, bela jarnya gampang. Tapi, kalau hatinya nggak di situ, susah mengajarinya,” tuturnya.

Kendati punya usaha yang cukup besar, bagi Happy, keluarga tetap nomor satu. Tiap hari, dia menyem­patkan diri untuk mengantar Adinda Zahra (7) anak tunggalnya, bersekolah. Selepas itu, dia bekerja di workshop di kawasan Medokan Semampir, Surabaya. Di workshop tersebut, segala bentuk produksi dilakukan.

Biasanya dia kembali ke rumah pukul 16.00 bersama si buah hati. Kemudian, dia melanjutkan tugas sebagai ibu rumah tangga. ”Salah satu pertimbangan memilih sekolah di kawasan itu, selain karena bagus, lokasinya dekat dengan workshop. Jadi tidak jauh-jauh kalau menjemput anak,” ungkapnya.(adn/c16/nda)