BOGOR – Keterlibatan pohon aren atau kawung dalam kehidupan masyarakat Sunda memperlihatkan pengaruh yang kental. Tidak hanya manfaat dan fungsinya secara fisik, tapi juga menandakan kedalaman harmoni antara manusia, alam, dan penciptanya.
Sebagai simbol yang menjadi latar pembentukan nama Bogor, pohon aren mengandung kesejatian sebagai penopang kehidupan masyarakat, meskipun sudah menjadi tunggul. Karenanya, Tunggul Kawung sebagai nama dan sebutan lain dari Bogor, perlu dikuatkan.
Oleh sebab itu, Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kota Bogor (DK3B) dengan dukungan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) berusaha memasyarakatkan Tunggul Kawung sebagai ikon Kota Bogor.
Yakni dalam bentuk kompetisi alat musik tabuh (membranphone) yang sumber bunyinya berasal dari getaran membran/kulit/selaput. “Festival Tunggul Kawung atau ’Tunggul Kawung Ethnic Drum Festival’ merupakan kompetisi kreatif yang menghadirkan komposisi musik alat musik tabuh,” urai Ketua panitia Jimmy Carter.
Jimmy menjelaskan, pada perhelatannya nanti, sembilan sanggar akan berkompetisi, menghadirkan kreasi alat musik tabuhnya yang terbaik.
Antara lain, Sanggar Citra Budaya, Gandes Pamantes, Sanggar Melati, Gelar Gunara, Andika, Linggar Mandiri, ART, Dewi Sri dan Braja Jaya Ning Ulun dari Sumedang. “Festival Tunggul Kawung akan digelar 30 Desember mendatang, di Gedung Kemuning Gading, mulai pukul 14.00,” kata dia. (wil/c)