SURABAYA–Bank Indonesia (BI) berkomitmen untuk terus mengembangkan sektor ekonomi dan keuangan syariah dengan menggelar kegiatan Indonesia Shari’a Economic Festival (ISEF) yang dilaksanakan pada 7–11 November 2017 di Grand City Convention and Exhibition Center Surabaya. Mengusung tema Fostering Inclusive Economic Growth and Improving Resilience Through Closer Collaboration and Coordination, keuangan syariah diharapkan dapat dikembangkan di seluruh elemen kehidupan di Indonesia.
Deputy Gubernur Bank Indonesia Rosmaya Hadi mengatakan, sistem ekonomi dan keuangan syariah memiliki perangkat yang berpotensi besar untuk mengatasi berbagai permasalahan kesenjangan dan distribusi pendapatan. Sektor keuangan sosial syariah atau dana sosial keagamaan berupa zakat, infak, sadaqah dan wakaf (Ziswaf). “Jika dioptimalkan dapat berfungsi sebagai mesin penggerak baru bagi pembangunan bangsa ini, dari mulai skala regional maupun skala nasional,” kata Rosmaya saat pembukaan diskusi pembukaan ISEF, kemarin.
Dalam hal ini, lanjut dia, Ziswaf sebagai bentuk partisipasi aktif sosial masyarakat memiliki potensi untuk mendukung berbagai program nasional yang terkait dengan kepentingan publik, seperti pembangunan sekolah-sekolah, pembangunan rumah sakit, maupun fasilitas publik lainnya.
“Studi World Bank pada tahun 2016 memperlihatkan Indonesia salah satu negara yang memperhatikan masalah kesenjangan secara lebih baik lagi. Hal ini tampak dari Gini Rasio Indonesia yang masih cukup tinggi yaitu mencapai 0,393 pada Maret 2017,” papar dia.
Rosmaya melihat ekonomi syariah nasional juga memiliki potensi sumber daya insani terlihat dari begitu banyak pesantren dan lembaga pendidikan Islam lainnya yang tersebar di berbagai wilayah. Berdasarkan data Kementerian Agama, terdapat 19.331 pondok pesantren di Indonesia yang jika dioptimalkan dapat menjadi potensi sumber daya insani sebagai para pelaku, pendidik, dan penggiat ekonomi syariah yang andal .
Sementara itu, Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf mengaku optimistis ekonomi maupun bisnis yang berbasis syariah akan tumbuh dan berkembang secara pesat. Meski basis belum terlalu besar namun prospek keuangan syariah di Indonesia khususnya di Jatim sangat cerah. Kondisi tersebut dapat dilihat, salah satunya dari kinerja perbankan syariah, di mana secara kumulatif sampai September 2017 terjadi peningkatan dengan total aset perbankan syariah sebesar 13,41 persen dibandingkan pada 2016.
Untuk kredit perbankan syariah tumbuh sebesar 8,34 persen . Sedangkan penggunaan kredit perbankan syariah sebesar 64,37 persen. Jumlah tersebut meningkat dibanding tahun sebelumnya. Tumbuhnya ekonomi syariah tersebut telah dimanfaatkan untuk peningkatan ekonomi produktif, seperti modal kerja dan investasi.
”Ini menunjukkan efektivitas penggunaan dana perbankan syariah ini sudah tepat sasaran. Maka, sudah sepatutnya untuk kita dukung dan dorong perkembangannya,” kata Gus Ipul, sapaan akrab Saifullah Yusuf.
Dia menyebutkan, perbankan syariah kini telah berkembang dari semula hanya memberikan pelayanan ritel, menjadi multi produk termasuk penyertaan modal dan pembiayaan proyek.
Salah satu contoh keberhasilan syariah di Jatim adalah Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Sidogiri yang telah menunjukkan kinerja yang luar biasa. Bahkan, Koperasi BMT pada 2017 menduduki peringkat ke-4 koperasi besar di Indonesia dengan total asset sebesar Rp2,2 triliun dan volume usaha sebesar Rp2,05 triliun.
”Dengan modal trust atau kepercayaan dari masyarakat dan amanah dalam pengelolaannya, maka BMT Sidogiri mampu menunjukkan perkembangan yang sangat pesat,” ungkapnya.(han/hen)