25 radar bogor

Adu Kuluwung, Warga Dua Kampung di Bogor Berbalas Tembakan

Kuluwung
Tradisi budaya adu Kuluwung yang masih dilakukan warga Jonggol dan sekitarnya. Bahkan sampai ditonton warga dari luar Bogor, Senin (15/4/2024). FOTO : JAENAL/RADAR BOGOR

JONGGOL – RADAR BOGOR, Tradisi adu Kuluwung atau Blecon kembali digelar masyarakat di sekitar kali Cipamingkis, Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor pada Minggu (14/4/2024) hingga Senin (15/4/2024).

Baca Juga : Habis Lebaran Gini Enaknya Liburan Bareng Bestie atau Keluarga yang Intimate di Rawa Cangkuang Jonggol

Tradisi adu Kuluwung tersebut dilakukan oleh dua kelompok warga Kampung Jagaita dan Ciledug, Desa Jonggol Kecamatan Jonggol.

Panitia kegiatan Herman mengatakan, untuk membuat kuluwung dibutuhkan waktu yang lumayan lama. Selain harus mencari pohon Randu, proses pembuatan pun butuh waktu hingga menghasilkan suara yang baik.

“Dari sebelum bulan puasa sudah kita mulai persiapan, dari mulai nyari pohon Randu hingga proses pembuatannya,” ujar Herman.

Untuk mendapatkan pohon Randu warga harus berburu ke wilayah Cianjur hingga Sukabumi. “Ini tradisi lama memeriahkan Lebaran, jadi warga dua kampung ini saling berbalas tembakan. Ada 14 kuluwung karbit,” ungkapnya.

Sementara, tokoh masyarakat Kecamatan Jonggol, Beben Suhendar mengungkapkan, tradisi Kuluwung di Jonggol ini telah ada sejak 1970 antara Kampung Karni dengan Kampung Kaur Kuning, Desa Jonggol.

“Ini cikal bakal adu Kuluwung di Jonggol, makanya kita menyebutnya dua kampung ini menjadi legendaris,” kata pria yang menjabat Anggota DPRD Kabupaten Bogor itu.

Seiring berjalannya waktu, tradisi Kuluwung semakin disukai masyarakat. Bahkan, tidak hanya masyarakat Jonggol tapi masyarakat di luar Kabupaten Bogor seperti, Bekasi dan Jakarta.

“Iya sekarang yang datang menyaksikan tradisi Kuluwung dari Jakarta, Karawang dan Bekasi, dan kecamatan lain,” katanya.

Ia mengungkapkan, meski masyarakat Jonggol ini sempat terpecah belah saat Pilpres dan Pileg lalu, dengan gelaran tradisi Kuluwung ini mereka kembali bersatu.

“Bahkan biaya pembuatan Kuluwung hingga petasan itu swadaya masyarakat, padahal biayanya bisa mencapai puluhan juta rupiah,” tegasnya.

Menurut Beben, biayanya meliputi pencarian pohon Randu, pembuatan Kuluwung melalui orang profesional sampai biaya angkut menggunakan truk kontainer, dengan panjang pohon Randu bisa mencapai 8 meter.

“Kalau mengangkatnya harus pakai crane, diangkut menggunakan truk panjang sejenis kontainer,” pungkasnya.

Namun dirinya meminta, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Bogor bisa menangkap potensi budaya ini dengan menjadikan agenda tahunan.

Baca Juga ; Pria Tanpa Identitas Tewas Tertabrak Truk di Jalan Raya Cileungsi-Jonggol

“Kalau pemerintah masuk bisa diarahkan bagaimana safety cara bermainnya, keamanannya, edukasinya dan banyak yang bisa dikelola untuk ide kreatif lainnya,” katanya. (abi)

Reporter : Jaenal Abidin
Editor : Yosep