25 radar bogor

8 Program Jitu Bakal Calon Wali Kota Bogor Dokter Rayendra di Bidang Sosial Keagamaan

Dokter Rayendra
Dokter Rayendra sudah menyiapkan 8 program jitu jika menjadi wali kota bogor

BOGOR-RADAR BOGOR, Langkah Dokter Rayendra menjadi Wali Kota Bogor semakin mantap. Ia bahkan sudah merumuskan 8 program jitu, yang akan dia jalankan saat dirinya berhasil memimpin Kota Hujan.

Untuk mewudkan visinya membangun Kota Bogor sebagai Kota Berbudaya Kreatif Berbasis Keluarga, Dokter Rayendra akan betul-betul memaksimalkan peran keluarga sebagai fondasi kehidupan masyarakat.

Oleh karena itu, Dokter Rayendra akan menggagas program Rumah Konselor Keluarga Tangguh, untuk menangani kerawanan-kerawanan sosial yang berujung pada penyakit gangguan jiwa, perceraian dan kekerasan rumah tangga, penggunaan obat-obatan dan penyimpangan seksual.

Kata dia, Rumah Konselor Keluarga Tangguh, merupakan tempat berkumpulnya para pekerja sosial dan relawan, yang mengintergrasikan peran Dinas Kesehatan, Kantor BPMKB, Komisi Perlindungan Anak Indonesi (KPAI), KPID (Aids), Majelis Ulama Indonesia (MUI), Dewan Masjid Indonesia (DMI) dan lainnya.

“Mereka akan saling berainergi dalam penguatan institusi keluarga baik yang bersifat kuratif maupun preventif berupa edukasi dan peningkatan kapasitas,” jelas Dokter Rayendra.

Baca juga: Ditanya Soal Pengentasan Pinjol di Kota Bogor, Dokter Rayendra Berikan Solusi Ini

Program kedua yang akan digagas yakni Gerakan Pelajar Relawan. Gerakan ini adalah upaya melibatkan para pelajar untuk bersedekah sesuai kemampuan masing-masing dan dikelola oleh organisasi pelajar untuk turut membantu menyelesaikan problem sosial di lingkungan sekolahnya.

Program ketiga yang akan dijalankan Dokter Rayendra yakni Gerakan Literasi Al Quran melalui penguatan sinergi antara Masjid, Diniyah, dan Institusi Sekolah baik Negeri dan Swasta.

Program ini mengajak kaum muslim dari kalangan anak-anak, remaja, dewasa, hingga lansia mengenal huruf hijaiyah dan membaca Al Quran dengan tartil.

Dokter Rayendra juga akan memperhatikan sinergisitas antara Pemerintah Kota Bogor dengan Fasilitator Program Keluarga Harapan (PKH). Ini merupakan program pemerintah pusat yang bertujuan untuk meningkatkan derajat hidup masyarakat.

“Sinergisitas dilakukan untuk membantu dalam akurasi data penerima manfaat, tolak ukur ketercapaian program dan menghindari tumpang tindih program,” ujarnya.

Masih banyaknya masyarakat yang memiliki Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) dan Buang Air Besar Sembarangan (BABS) mendorong Dokter Rayendra berkomitmen untuk mengentaskan masalah tersebut.

Dirinya akan mendorong pengalokasian anggaran yang memadai dari APBD, mengintegrasikan program Baznas Kota Bogor dan lembaga zakat yang beroperasi di Kota Bogor, bantuan CSR dan lain-lain untuk mengentaskan RTLH dan membangun MCK komunal.

Ia juga akan meningkatan peran dan sinergisitas antara masjid, Baznas Kota Bogor, dan Badan Wakaf Indonesia (BWI) Kota Bogor dengan Pemerintah Kota Bogor dibawah kepemimpinannya

Sebab menurut dia, program peningkatan Badan Amil Zakat sebagai pengelola amanah zakat umat perlu didukung untuk bisa melaksanakan program-program pemanfataan dana ZIS.

Misalnya, penyaluran beasiswa, bantuan biaya kesehatan, pinjaman kredit perbaikan rumah, pos dana kebencanaan, pos gudang sembako, hingga pinjaman kredit perbaikan sarana usaha.

Dalam menjaga keberagaman dan toleransi Dokter Rayendra akan meningkatkan peran Forum Komuniasi Antar Umat Beragama dan Antar Suku melalui pertemuan-pertemuan berkala untuk mendorong tumbuhnya kesepahaman.

Terakhir, Dokter Rayendra akan kembali menghidupkan program Gerakan Subuh Terjaga. Gerakan ini bertujuan mengajak warga masyarakat, setidaknya jamaah di masjid melaksanakan kehidupan lebih dini dan lebih awal.

Program ini juga, kata Dokter Rayendra, menjadikan masjid sebagai lembaga sosial keagamaan yang fokus pada penanganan urusan keagamaan, pemberdayaan ekonomi mikro, serta menyelenggarakan program pelayanan kesehatan promotif dan preventif.

“Kegiatan sejenis Subuh Terjaga, yang intinya adalah mengajak warga bergerak lebih dini, bisa juga berlangsung di lingkungan gereja dan tempat ibadah lain. Kaum Nasrani bisa menyelenggarakan kegiatan bersama seperti olahraga pagi dan sarapan pagi di lingkungan gereja. Demikian juga umat beragama lain di lingkungan tempat beribadahnya masing-masing,” tutup Dokter Rayendra. (Fat)

Penulis: Reka Faturachman
Editor: Rany Puspitasari