25 radar bogor

Menuju Era Kepemimpinan Baru: Perubahan atau Berkelanjutan

Oleh: Herdiansyah Iskandar
(Ketua OKK DPD KNPI Kota Bogor)

Kota bogor sebagai kota penyanggah Ibu Kota mempunyai jutaan kisah dan sejarah yang sangat melekat di kota ini.

Sejak dari jaman hindia belanda, revolusi, reformasi hingga era transformasi hari ini, yang selalu melekat dan tidak pernah berubah dari kota ini adalah nilai history.

Dengan jumlah penduduk satu juta lebih dan identitas masyarakat yang heterogen, kota bogor dibawah kepemimpinan Bima Arya Sugiarto dan Dedie A Rachim mampu menjadikan kota bogor sebagai kota toleran ketiga terbesar di Indonesia.

Tentu ini adalah sebuah legacy yang baik bagi era kepemimpinan hari ini.

Kita tidak bisa menafikan bahwa setiap era kepemimpinan pasti ada kekurangan, tapi kita juga tidak boleh egois untuk mengatakan bahwa, banyak hal yang berubah ke arah yang lebih baik pada era kepemimpinan saat ini.

Ide perubahan atau berkelanjutan dalam kepemimpinan hari ini memang selalu dilontarkan sebagai dasar dalam menyelesaikan persoalan kehidupan, baik itu politik, sosial, hukum atau ekonomi.

Memang yang sejati dalam kehidupan itu adalah perubahan, karena berkelanjutan pun itu bagian dari perubahan. Tapi ini bukan soal teori perubahan, tapi soal keberpihakan.

Dalam momentum Pemilu atau pilkada tagline ini sering kali dianggap sebagai tagline politik secara keberpihakan.

Yang setuju dengan pemerintahan hari ini sering digunakan sebagai berkelanjutan dan yang oposisi menggunakan tagline perubahan.

Era kepemimpinan baru seringkali menjadi subjek perdebatan yang menarik, terutama ketika dibicarakan dalam konteks perubahan versus keberlanjutan.

Di satu sisi, terdapat pandangan bahwa era kepemimpinan baru adalah tentang perubahan yang radikal, disertai dengan inovasi, adaptasi, dan transformasi yang cepat.

Di sisi lain, ada pandangan bahwa era ini adalah tentang menjaga kelangsungan, membangun pada fondasi yang sudah ada, dan memastikan stabilitas dalam perubahan.

Secara pribadi, saya percaya bahwa era kepemimpinan baru memerlukan keseimbangan yang baik antara perubahan dan keberlanjutan.

Pemimpin modern harus memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi kapan perubahan diperlukan untuk mengatasi tantangan baru dan kapan keberlanjutan diperlukan untuk mempertahankan kestabilan dan konsistensi.

Perubahan merupakan bagian alami dari evolusi bisnis, teknologi, politik dan masyarakat secara keseluruhan.

Pemimpin yang mampu mengenali tren dan peluang baru, serta bersedia untuk melakukan perubahan yang diperlukan, akan mampu membawa era menuju kesuksesan dalam lingkungan yang terus berubah.

Namun, perubahan haruslah dielaborasi dengan hati-hati dan diimplementasikan dengan strategi yang matang untuk meminimalkan ketidakpastian dan resistensi.

Di sisi lain, keberlanjutan juga penting. Pemimpin harus mampu mempertahankan nilai-nilai inti, visi jangka panjang, dan kestabilan.

Ini melibatkan memelihara budaya yang kuat, memastikan konsistensi dalam pelaksanaan strategi, dan membangun hubungan yang berkelanjutan dengan pemangku kepentingan.

Oleh karena itu, bagi saya, era kepemimpinan baru bukan hanya tentang perubahan atau keberlanjutan, tetapi tentang kemampuan untuk menggabungkan keduanya secara efektif.

Pemimpin yang sukses dalam era ini adalah mereka yang dapat beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan, sambil tetap memastikan kestabilan dan keberlanjutan jangka panjang.

Mereka harus menjadi agen perubahan yang terampil dan juga penjaga keberlanjutan, menggabungkan visi inovatif dengan kearifan tradisional.