25 radar bogor

Menilik Pasar Legendaris, Pasar Senen

RADAR BOGOR-Semakin maraknya produsen yang menjual produk fashion dengan berbagai cara dan metode telah meningkatkan minat masyarakat khususnya perempuan untuk berbelanja dalam memenuhi kebutuhannya.

Perempuan menjadi sangat memperhatikan penampilan dan menghabiskan banyak uang dan waktu serta usaha yang sungguh sungguh untuk membuat penampilannya menjadi lebih baik.

Sistem berbelanja saat ini sudah memiliki beragam bentuk. Dalam hal ini cara dalam mendapatkan produk yang diinginkan seperti berbelanja secara online maupun berbelanja secara langsung (Ibrahim dalam Sihotang, 2009).

Menurut Zikra R dan Yusra dalam penelitiannya yang berjudul “Kepuasan Wanita Dalam Berbelanja Produk Fashion Berdasarkan Cara Membeli” Pasar atau tempat belanja dibedakan menjadi dua, yaitu pasar modern dan bukan pasar modern.

Pasar modern terdiri dari hypermarket, supermarket, minimarket swalayan, dan departement store, sedangkan yang termasuk bukan pasar modern adalah pasar tradisional, toko atau warung, pedagang keliling, dan lainnya.

Dimana pada dasarnya saat berbelanja penjual dan pembeli akan bertemu serta pembeli dapat melihat secara langsung produk yang akan dibeli. Berdasarkan hal tersebut, saya dan beberapa rekan memutuskan untuk melakukan perjalanan ke pusat perbelanjaan di Pasar Senen.

Sejak pagi hari, Sabtu (24/02) saya sudah bersiap-siap, tujuan perjalanan saya kali ini adalah Pasar Senen. Saya akan menemani rekan-rekan saya mencari perlengkapan untuk mengisi acara di kampus IPB Dramaga tanggal 2 Maret nanti.

Jam 11.50 siang saya pergi menggunakan ojek motor dari rumah saya di Cikaret, Bogor Selatan menuju Stasiun Bogor. Cuaca sangat terik hingga suhu mencapai 32° pada saat itu.

Setelah sampai di stasiun dan membayar ojek dengan tarif sebesar Rp15.000,00 saya menunggu di depan kedai roti maryam. Sambil menunggu, saya memesan tiket kereta menuju Stasiun Pasar Senen menggunakan Go Transit di aplikasi Gojek.

Tak butuh waktu lama untuk menunggu, keempat rekan yang saya nantikan datang juga. Sudah lama saya tidak naik KRL, terakhir sekitar 6 bulan yang lalu, tatkala saya pergi menghadiri konser di Stadion Madya Plaza Barat, GBK, Jakarta.

Suasana Stasiun Bogor ramai seperti biasanya, apalagi ini hari weekend jalanan pun sama padatnya. Sebelum naik kereta kami mampir terlebih dahulu ke Indomaret Point untuk sekedar membeli cemilan pengganjal perut dan sebotol air mineral atau kopi.

Saya dan rekan-rekan menaiki kereta keberangkatan Bogor – Manggarai dan duduk di gerbong 8. Tak ingin kehilangan momen tersebut, saya dan mengambil beberapa foto selfie yang langsung kami upload ke instastory. Kereta berangkat pukul 13.00 dan sepanjang perjalanan, baik saya maupun rekan saya tertidur.

Perubahan Rute Perjalanan

Setelah setengah perjalanan, tiba-tiba saya diberitahu oleh rekan saya yang lain melalui whatsapp bahwa perjalanan bisa lebih singkat apabila saya turun di Stasiun Juanda lalu menaiki angkutan umum atau ojek online ke Pasar Senen.

Lalu melalui pengeras suara, diumumkan bagi penumpang yang akan melanjutkan perjalanan ke Jakarta Kota disarankan untuk melakukan transit ke kereta selanjutnya di Stasiun Tebet. Alhasil, saya turun di Stasiun Tebet untuk menghindari kepadatan Stasiun Transit Manggarai.

Pukul 14.05, saya melanjutkan perjalanan dari Stasiun Tebet ke Stasiun Juanda dengan kereta menuju Jakarta Kota. Kondisi di dalam kereta cukup padat, bahkan semakin padat ketika kereta berhenti di Stasiun Manggarai.

Berdesakan dan berdiri di KRL tidak menyulutkan semangat kami mengunjungi Pasar Senen. Pukul 14.20 menjelang sore hari kami tiba di Stasiun Juanda dan terlepas dari padatnya penumpang kereta saat itu.

Bahkan Zairi, salah satu penumpang kereta yang turun di tempat pemberhentian yang sama seperti kami berkata demikian. “Aku naik dari Stasiun UI, awalnya ga expect di jam segini penumpangnya bakal padat banget. yahh mungkin karena weekend juga ya, ” katanya ketika ditanyai keperluannya dan tentang situasi di dalam kereta beberapa saat lalu.

Setelah keluar dari stasiun kami langsung dapat melihat jalan raya, ada banyak bajaj berwarna biru di jalan, baik yang sedang menarik penumpang atau sedang parkir di pinggir jalan. Kami melanjutkan perjalanan dengan memesan Gocar dari aplikasi Gojek.

Titik jemputnya saat itu adalah di depan Tomoro Coffee. Tak lama kemudian mobil dengan plat nomor yang sama dengan yang tertera di aplikasi berhenti di seberang jalan. Saya dan rekan-rekan langsung berangkat ke Pasar Senen.

Tak butuh waktu lama, 10 menit kemudian kami sampai di Pasar Senen. Hal yang pertama kali jadi pusat perhatian kami adalah sebuah gedung yang kami duga merupakan Pasar Senen Blok 3 dan JPO (Jembatan Penyeberangan Orang) di sisi jalan. Kami berjalan sedikit lebih jauh untuk menemukan Blok 3. Syukurlah setelah perjalanan panjang kami sampai di Gedung Pasar Senen Blok 3.

Sampai Di Pasar Senen Blok 3

Aroma khas pasar terasa menyengat begitu kami memasuki area Pasar Senen. Debu perjalanan yang masih tersisa di sana mengeluarkan aroma yang sama. Kami memasuki Pasar Senen Blok 3 melalui Pintu Timur 1.

Saya menjejakkan langkah bersama rekan-rekan menyusuri Pasar Senen yang tidak banyak perbedaan dengan pasar pada umumnya. Kami beranjak menuju lantai 3, tempat semua orang yang datang ke sana mencari pakaian untuk memenuhi kebutuhan sandangnya.

Berjalan ke dalam, saya hanya mengikuti mencari tempat dijualnya barang-barang thrifting. Baru-baru ini thrifting atau aktivitas membeli produk-produk bekas yang masih layak pakai sedang menjadi tren di kalangan anak muda.

Tidak ingin ketinggalan tren terbaru, kami ingin mencoba mengetes keahlian dalam mencari produk bekas yang berkualitas dengan harga yang ramah di kantong mahasiswa.

Masuk ke dalam pasar, deretan kios penjual pakaian berjejer berharap disinggahi. “boleh teh mau cari apa” pertanyaan yang terdengar dari awal kami memasuki kawasan ini. Gelengan kepala dan senyum menyipit menjadi jawaban atas pertanyaan tersebut.

Dua jam saya menemani rekan-rekan saya berkeliling. Karena sudah merasa lelah, setelah mendapatkan pakaian yang cocok kami memilih langsung memulai perjalanan pulang kami. Kami memesan Gocar untuk pergi ke Stasiun Juanda.

Sesampainya di kawasan stasiun, sebelum pulang kami makan dulu di kedai Raffles Corner, tepat di samping Stasiun Juanda. Jam 19.00 WIB kami ke stasiun guna kembali ke Bogor. Saya berangkat dari Stasiun Juanda pukul 19.10 WIB sampai Stasiun Bogor pukul 20.30 WIB.

Sepanjang perjalanan kami terlelap. Begitu sampai di Stasiun Bogor, kami berjalan ke depan Alun-alun Kota untuk mempermudah supir ojek online menemukan titik jemputnya. Hujan mulai turun, hal ini membuat kami buru-buru untuk pulang. (*)

Penulis : Angel Ling Lim
Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media Sekolah Vokasi IPB

Editor : Yosep