25 radar bogor

Lika-Liku Perjalanan Menuju Thrifting di Pasar Senen : Perjalanan Melelahkan yang Penuh Tawa

Shifra Ivana Sitohang
Mahasiswa Sekolah Vokasi IPB
University. Program Studi Komunikasi Digital dan
Media

Hari ini yaitu hari Sabtu, tanggal 24 Februari merupakan hari yang cukup saya nantikan, karena hari ini saya dan teman kampus saya akan pergi mencari baju untuk tampil di salah satu acara festival yang diadakan di kampus.

Sebagai mahasiswa, berapa banyak uang yang dikeluarkan tentunya menjadi hal penting untuk diperhatikan. Namun, kami juga ingin tampil dan terlihat menarik. Oleh karena itu, kami memutuskan untuk pergi ke Pasar Senen untuk mencari baju tersebut karena di sana banyak pakaian yang sesuai dengan budget kami para mahasiswa.

Dimulai dengan bangun pagi di jam 08.00 pagi. Saya memulai hari dengan memakan sarapan terlebih dahulu. Ketika bangun, saya langsung mengambil bubur manado dan minuman yang sudah disiapkan.

Setelah perut terisi penuh, saya menjalankan aktivitas saya seperti biasa terlebih dahulu dan setelah jam sudah menunjukkan pukul 11, saya kembali bergegas untuk bersiap-siap pergi ke Stasiun Bogor. Kemudian di jam 11.50 siang saya memutuskan untuk berangkat dengan mobil menuju ke stasiun Bogor.

Sepanjang perjalanan naik mobil menuju ke Stasiun Bogor, cuaca di luar terasa sangat panas dan terik. Namun, hal tersebut tetap tidak menurunkan semangat saya untuk hunting baju di Pasar Senen bersama teman-teman saya. Membayangkan baju dan celana yang dapat dibeli dengan harga yang murah, membuat saya lebih semangat.

Selama perjalanan menuju stasiun
pun, jalan yang saya tempuh juga cukup macet dan terhambat sedikit. Namun, jalanan macet tersebut hanya disebabkan oleh satu titik jalan dan setelah melewati jalan tersebut jalan kembali lancar.

Sesampainya di stasiun, beberapa teman saya ternyata sudah sampai dan duduk menunggu di kursi tunggu Kereta KAI Pangrango. Namun, rasanya tidak lengkap jika kami tidak mengisi perut terlebih dahulu, karena kami berangkat di jam makan siang yaitu jam 12.00 siang. Kami pun mulai berpikir karena untuk menuju ke Pasar Senen di tengah hari sebenarnya sudah sangat terlambat dan yang ditakutkan adalah kami tidak dapat pulang tepat waktu atau pulang terlalu malam.

Pada akhirnya, kami hanya membeli camilan dan minuman di supermarket terdekat agar kami tidak begitu kelaparan ketika menuju ke Pasar Senen.

Sembari menyelam minum air, agar tidak membuang-buang waktu kami memakan camilan sambil menunggu kereta tujuan kami datang yaitu jurusan Manggarai. Dengan membawa tentengan untuk perbekalan selama di perjalanan dan di tempat tujuan, sempat membuat saya terengah-engah.

Namun, demi mengejar waktu tempuh menuju Pasar Senen, saya kembali mengerahkan semangat untuk menenteng bawaan hingga akhirnya saya masuk ke dalam kereta. Untungnya kereta menuju manggarai tersebut tidak terlalu penuh seperti yang kami bayangakan. Walaupun kami berangkat di hari Sabtu dan yang biasanya kereta dipenuhi oleh penumpang, saat memasuki kereta kami semua dapat duduk tanpa adanya rasa takut pegal setibanya nanti di tujuan.

Selama perjalanan di kereta dari Bogor menuju Manggarai beberapa dari kami tertidur pulas. Berbeda dengan saya, saya tetap terbangun dan memilih untuk melihat pemandangan melalui jendela yang ada di depan saya selama perjalanan.

Namun, sangat disayangkan, semakin banyak stasiun yang dilewati, semakin banyak juga penumpang yang menaiki kereta jurusan Manggarai ini hingga akhirnya cukup memenuhi ruang kosong yang ada dan menutupi pemandangan saya melalui jendela. Pada akhirnya saya hanya melihat smartphone saya sebagai hiburan agar tidak jenuh sepanjang perjalanan.

Ketika sedang bermain smartphone, saya iseng untuk mencari rute KRL di mesin pencarian saya, dan di situlah saya menyadari bahwa ternyata kami salah menaiki kereta. Yang seharusnya kami menaiki kereta jurusan Jakarta Kota, kami malah menaiki kereta jurusan Manggarai.

Padahal stasiun tujuan kami pada awalnya adalah Stasiun Juanda, sementara Stasiun Juanda berada setelah Stasiun Manggarai. Dengan keaadaan panik saya langsung mengabari teman-teman yang lain melalui grup obrolan grup. Kami pun akhirnya memutuskan untuk melakukan transit di Stasiun Tebet tepatnya di jam 14.00 siang, yaitu satu stasiun sebelum Stasiun Manggarai. Karena kami ragu jika turun di Stasiun Manggarai nantinya akan sulit karena penuhnya stasiun di hari libur.

Di Stasiun Tebet, kami akhirnya menunggu kereta jurusan Jakarta Kota selama 5 menit hingga kereta datang. Setelah kereta datang kami langsung bergegas masuk ke dalam kereta. Namun, berbeda dengan kereta sebelumnya, di sini tentu kami sudah tidak mendapatkan tempat duduk lagi karena kereta sudah dipenuhi oleh penumpang yang sudah naik di stasiun sebelumnya. Tetapi, tidak apa-apa karena dari stasiun ini ke Stasiun Juanda jaraknya tidak terlalu jauh dan tidak terlalu membuat kami kelelahan.

Sesampainya di Stasiun Juanda yaitu sekitar jam 14.15, saya juga sempat bertanya kepada salah satu penumpang KRL yang sedang duduk di kursi tunggu. Pemuda yang bernama Galang Naufal ternyata juga memiliki tujuan yang sama dengan kami yaitu Pasar Senen, namun hal yang membuatnya harus menunggu terlebih dahulu dikarenakan temannya yang tertinggal satu kereta di belakangnya. Ia juga mengakui bahwa kereta pada hari ini cukup padat namun tidak sepadat biasanya, karena masih ada ruang untuk berdiri dengan nyaman walaupun hari ini merupakan hari weekend.

Setelahnya, kami langsung memesan taksi online untuk melanjutkan perjalanan hingga akhirnya bisa sampai ke Pasar Senen. Jalanan di Jakarta cukup padat, namun kami masih menghabiskan waktu di jalanan dengan cukup singkat dan tidak terlalu lama di perjalanan.

Selang waktu 10 menit kami sudah sampai di Pasar Senen dan ketika kami turun dari taksi online tersebut, kami langsung melihat Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) yang dapat kami gunakan untuk menuju ke Pasar Senen.

Tanpa berlama-lama kami langsung menaiki JPO tersebut untuk mencari pakaian di sana. Namun, karena kami terburu-buru dan ketidaktahuan kami akan blok gedung yang dimiliki Pasar Senen, kami sempat menaiki dan menuruni tangga penyeberangan tersebut secara bolak balik sebanyak dua kali.

Ternyata JPO yang kami naiki memang menuju ke Pasar Senen, namun bukan ke bagian penjualan pakaian thrift, melainkan gedung tersebut menjual beragam tas, kacamata, sepatu dan masih banyak lagi selain pakaian. Saya dan teman yang lainnya sempat merasa kelelahan, ditambah kami yang hanya memakan camilan dan belum makan siang sebelum berangkat ke sini.

Namun balik lagi, di sini kami mengejar waktu dan berusaha untuk menggunakan waktu kami dengan sebaik-baiknya agar kami tidak pulang terlalu malam dan dapat menggunakan waktu dengan maksimal ketika berbelanja di dalam Pasar Senen, bertanya terkait blok gedung yang ingin kami tuju, kami dapat menemukannya dan mulai berbelanja mencari pakaian yang sekiranya cocok dan pas untuk dibeli.

Perjalanan kali ini memang sangat melelahkan, bahkan ketika keesokan hari saya bangun dari tempat tidur, saya merasakan sakit yang luar biasa di belakang punggung saya.

Namun, tetap saja perjalanan ini menjadi salah satu cerita perjalanan yang akan saya kenang. Karena di tengah rasa lelah yang menghinggapi kami, canda dan tawaan yang terdengar seperti obat dari kelelahan kami tersebut.

Yang pada akhirnya kami tidak merasakan rasa lelah yang luar biasa akibat candaan dari setiap kami untuk menghibur satu dengan yang lainnya.