KLAPANUNGGAL-RADAR BOGOR, Perusahaan pengolahan limbah bahan berbahaya beracun (B3), PT Prasadha Pamunah Limbah Industri (PPLI) terus lakukan pemantauan terhadap kondisi air tanah di 13 sumur yang dimilikinya.
“Kalau sumur sejauh ini aman-aman saja, karena lokasinya ada di Desa Nambo. Memang ada air tanah di bawahnya, hanya saja air tanahnya itu bukan mengalir dari hulu ke hilir, tapi air yang terperangkap,” kata Techincal Support Manager PT PPLI, Muhammad Yusuf Firdaus, kepada wartawan ketika melakukan pertemuan, Kamis (7/3).
Dia menjelaskan, misalnya ketika bocor, alirannya tidak akan kemana-mana alias terkurung di situ, jadi selama itu aman, sumur cukup dipantau saja.
Apalagi, kondisi sumur juga sudah diteropong pihak konsultan.
“Untuk kedalaman beda-beda karena muka airnya beda, kan ada yang paling deket daerah Nambo dan sekitarnya itu sekitar 60 meter baru ketemu termasuk sumur warga itu juga kedalamannya paling rendah,” cetus dia.
Baca juga: Pantau Kualitas Air Limbah, Perusahaan di Bogor Ini Gunakan Sistem SPARING
Untuk lahan PT PPLI saat ini hanya 66 hektare, dan daya tampung sebelum pandemi hitungan awalnya sampai 2028.
Pandemi membuat limbah berkurang yang masuk ke PT PPLI, kira-kira 2032 bahkan 2036.
“Limbah yang masuk bervariasi, bukan yang berbahaya saja tapi yang industri, makanan kadaluarsa dan juga bahan yang basi,” ungkap Yusuf.
Namun, lanjut dia, limbah B3 itu bisa sampai 69 persen dari total keseluruhan jumlah limbah yang diterima, sisanya limbah parfum sebesar 20 persen, dan paling rendah itu minus water.
“Di wilayah Kabupaten Bogor, semua limbah masuk ke PT PPLI, hanya mungkin sudah ada yang tidak beroperasi sehingga mereka tidak kirim limbah lagi,” pungkas dia.(Abi)
Penulis: Jaenal
Editor: Rany Puspitasari
