25 radar bogor

Bima Arya Akui Kesulitan Terapkan Konsep Jaklingko di Kota Bogor, Persoalan Subsidi Jadi Penghalang

angkota ngetem di Alun-Alun Kota Bogor
Angkot ramai ngetem di sekitar Alun-Alun Kota Bogor menyebabkan kemacetan. (Radar Bogor/ Reka Faturachman)

BOGOR-RADAR BOGOR, Usulan untuk mengadopsi sistem integrasi transportasi yang diterapkan di DKI Jakarta, JakLingko, disampaikan Pengamat Transportasi dan Tata Kota, Yayat Supriatna sebagai solusi atas persoalan ini.

Kemacetan dan kesemrawutan akibat perilaku mengetem dari para sopir angkot masih menjadi persoalan besar yang belum bisa ditangani Pemerintah Kota Bogor. Hingga saat ini, belum ada satu pun strategi jitu yang terbukti bisa menyelesaikan masalah tersebut.

Baca juga: Angkot Jadi Biang Kemacetan, Pengamat Sarankan Pemkot Bogor Adaptasi Jaklingko di Kota Bogor

Yayat berpendapat, sistem JakLingko bisa menjadi solusi atas persoalan yang terjadi di Kota Hujan. Bukan saja membereskan kemacetan, sistem JakLinko juga memberikan manfaat kepada sopir dan pengusaha angkot serta Pemkot Bogor.

Menjawab usulan ini, Wali Kota Bogor Bima Arya mengatakan, dirinya tengah melakukan penataan angkot seperti konsep yang diterapkan pada Jaklingko. Bahkan dirinya mengklaim konsep tersebut lebih dulu dicanangkan Pemerintah Kota Bogor jauh sebelum Jaklinko berjalan.

“Memang dari awal konsepnya begitu (seperti Jaklingko). Angkot jadi feeder dan nanti akan dilakukan rerouting secara bertahap. Kota Bogor sudah 10 tahun lalu merencanakan angkot jadi feeder, setelah konversi terjadi,” ujar Bima saat ditemui Radar Bogor, Rabu (24/1/2024).

Namun rencana tersebut diakuinya tak berjalan lancar bahkan tersendat-sendat. Hal ini lantaran persoalan keuangan dan subsidi yang tidak bisa ditanggung Kota Bogor. Kemampuan Kota Bogor diakui Bima tidak lebih baik dibandingkan Provinsi DKI Jakarta yang akhirnya lebih mulus menerapkan konsep tersebut.

“Jakarta tidak ada persoalan keuangan, ada TransJakarta dan segala macam. Jakarta ada subsidi. Kalau di Kota Bogor subsidinya tidak mudah,” ucap Bima.

Kepala Dinas Perhubungan, Marse Hendra Saputra lebih lanjut menjelaskan pola yang ada pada Jaklingko sudah dijalankan oleh pihaknya yakni penerapan angkot sebagai feeder. Namun yang membedakan ialah belum menggunakan kendaraan seperti halnya sistem Jaklinko di Jakarta.

“Secara bertahap akan kami coba. Makanya usia teknis (angkot) akan kami kurangi dan batasi sehingga orang naik dengan tepat waktu, aman, dan terjangkau,” jelasnya kepada Radar Bogor.

Sementara itu, bagi Marse sistem subsidi tidaklah menjadi hal utama yang akan dilakukan olehnya. Sebab ia berharap transportasi bisa berjalan secara mandiri tanpa mengharapkan subsidi.

Penanganan kemacetan diselesaikannya melalui penataan ulang rute trayek angkot (re-routing) yakni dengan mengubah rute angkot yang ada sehingga lebih mendekatkan diri ke penumpang.

Baca juga: Usai Diresmikan Presiden Jokowi, Ini Jadwal Operasional MRT Jakarta

“Ada pembedaan trayek utama dan trayek feeder. Ini yg sedang kami tata untuk titik-titik tertentu supaya lebih baik, tapi tidak menghilangkan pelayanan ke masyarakat,” tutur Marse.

Pemkot Bogor berencana mengubah trayek angkot di sekitaran pusat kota seperti Lawang Seketeng dan Pasar Pedati supaya tidak menumpuk dan mengakibatkan kemacetan.

Sebaliknya, rute angkot ini justru akan dihadirkan pada ruas-ruas jalan yang selama ini tidak terlayani angkutan umum padahal permintaannya meningkat seiring tumbuhnya perumahan dan pusat perdagangan.

“Contohnya dengan adanya Pasar Tanah Baru, yang sebelumnya di wilayah itu tidak ada angkot akan kami coba berikan pelayanan sehingga masyarakat yang mau ke pasar bisa terlayani. Pedagang didalamnya juga bisa terbantu karena banyak pembeli,” jelas Marse. (Fat)

Penulis: Reka Faturachman
Editor: Rany Puspitasari