PALESTINA-RADAR BOGOR, Mahmoud Al-Na’ouk adalah sang pemimpi. Matanya selalu menatap masa depan.
Dia selalu memanfaatkan kesempatan untuk mempelajari hal baru.
Dia giat belajar untuk meningkatkan kemampuan dan tak ragu membantu siapapun.
Baca Juga : Oktober 2023 Menjadi Musim Terpanas Dalam Sejarah
Pemuda berusia 20an ini bekerja sebagai penerjemah bahasa Inggris di Euro-Med Human Rights Monitor.
Baru-baru ini dia mendapatkan beasiswa magister di Australia.
Sejatinya, ia sudah menetapkan rencana keberangkatannya untuk menimba ilmu.
Tapi takdir berkata lain, serangan udara Israel dalam kampanye genosida di Gaza merenggut nyawanya.
Saat ini korban tewas menyentuh +10.000 di Gaza. Itu bukan hanya angka, tapi segenap cerita tentang hidup. Mahmoud salah satunya.
Rushdie Sarraj seorang wartawan yang tanggap, berdedikasi, dan bercita-cita tinggi, mimpinya tak dapat dibendung langit.
Rushdie sendiri merupakan salah satu inisiator Ain Media. Media lokal Palestina untuk mewartakan kebenaran kepada dunia di kota paling mengerikan.
Gaza kota yang dikepung bom. Setiap orang paham resiko tinggal di Gaza.
Terlebih Rushdie yang harus meliput berita tentang dan di tengah parade pengeboman IDF. Sebuah kampanye genosida terang-terangan oleh Israel.
Di halaman facebook, sebelum kematiannya, dia bilang, Dirinya tidak akan meninggalkan Tanah Airnya.
Tidak ke Mesir, tidak ke Sinai, tidak kemana pun. Jika dia terpaksa pergi, dia hanya akan pergi ke suatu tempat lain: Surga
Ismaeel Barda merupakan seorang pedagang kecil. Dia menggantungkan rezeki dengan menjual permen, jajanan, dan mainan anak-anak.
Dia berperawakan layaknya pedagang, tubuhnya tidak pernah dibuat untuk berperang.
Ismaeel memiliki tiga putri dan seorang putra. Dia selalu duduk di depan pintu rumahnya menanti anak-anaknya pulang berkegiatan.
Namun pada hari itu, tamu tak diundang datang. Sosok tamu jahanam. Israel membombardir tanpa ampun. Ismaeel dan keluarganya terbunuh, seluruh lingkungannya hancur.
Gaza bukan sekedar angka statistik. Di baliknya ada manusia dengan ragam kehidupan, harapan, dan mimpi. Cerita tentang anak manusia dengan sejuta rasanya.
Baca Juga : Kaum Yahudi New York Tuntut Gencatan Senjata di Gaza
Ketika nestapa itu menerpa, tak peduli siapapun dia. Itu adalah sebuah cerita yang menyakitkan. Kisah yang tak terperihkan. Mengetuk nurani, memanggil kemanusiaan kita. (JPG)
Editor : Yosep/Zulham-pkl