INTERNASIONAL-RADAR BOGOR, Bulan Oktober tahun 2023, tercatat dalam sejarah menjadi musim terpanas yang hampir terjadi di seluruh dunia.
Suhu rata-rata global di bulan Oktober diperkirakan mencapai peningkatan sebesar 1,7 derajat Celcius di atas suhu akhir tahun 1800-an, yang menunjukkan perubahan iklim terus berlanjut dan mengkhawatirkan bagi muka bumi.
Baca Juga : Kaum Yahudi New York Tuntut Gencatan Senjata di Gaza
Peningkatan suhu yang ekstrim ini menunjukkan perlunya tindakan lebih lanjut dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan mengatasi dampak perubahan iklim yang bisa menjadi sumber penderitaan.
Tim ilmuwan dari Copernicus telah menemukan bahwa bulan lalu menjadi bulan Oktober terpanas yang pernah tercatat secara global, dengan suhu rata-rata yang diperkirakan naik sekitar 1,7 derajat Celcius di atas nilai perkiraan untuk bulan Oktober pada akhir abad ke-19.
Dengan membakar bahan bakar fosil dan merusak lingkungan alam, manusia telah berkontribusi pada pelepasan gas-gas efek rumah kaca ke atmosfer.
Akibatnya, suhu global telah meningkat sekitar 1,2 derajat Celsius sejak dimulainya Revolusi Industri.
Para ilmuwan yang melakukan pemantauan suhu global menemukan bahwa pada bulan Oktober 2023, terjadi anomali suhu yang sangat signifikan.
Anomali ini menjadi yang tertinggi kedua sepanjang sejarah pencatatan data mereka, hanya kalah dari bulan sebelumnya.
Hal ini menunjukkan bahwa perubahan iklim global semakin menjadi isu yang mendesak, dan tindakan untuk mengurangi emisi gas-gas rumah kaca menjadi semakin penting untuk mengatasi peningkatan suhu bumi yang berbahaya ini.
Dilansir tertulis JawaPos.com dari theguardian.com, “Fakta bahwa kita menyaksikan pencapaian rekor tahun panas ini mengartikan pula rekor penderitaan manusia,” kata Friederike Otto, seorang ilmuwan iklim yang berasal dari Imperial College London.
“Dalam tahun ini, gelombang panas dan kekeringan ekstrem yang diperburuk oleh suhu yang mencapai tingkat ekstrem.”
“Dan Telah menyebabkan ribuan kematian, orang yang kehilangan mata pencaharian, pengungsian, dan sejumlah dampak serius lainnya. Ini adalah catatan yang memiliki signifikansi besar,” imbuhnya.
Ini menjelaskan mengapa Perjanjian Paris dianggap sebagai sebuah kesepakatan yang mendasarkan pada hak asasi manusia, dan gagal untuk memenuhi tujuannya akan dianggap sebagai pelanggaran hak asasi manusia dalam proporsi yang luas.
Delapan tahun yang lalu, dalam pertemuan puncak di Paris, para pemimpin dunia berkomitmen untuk upaya membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5 derajat Celcius pada akhir abad ini.
Namun, faktanya ini kebijakan yang berlaku menunjukkan target peningkatan suhu sekitar 2,4 derajat Celcius.
Menurut Akshay Deoras, seorang peneliti meteorologi di University of Reading, bulan Oktober 2023 adalah contoh lanjutan yang menunjukkan bagaimana rekor suhu semakin terkikis dengan perbedaan yang ekstrim.
Perubahan iklim global yang disebabkan oleh peningkatan emisi gas rumah kaca dan fenomena El Niño di Samudera Pasifik tropis telah mengakibatkan dampak yang sangat serius pada planet ini.
Menurut pernyataan Akshay Deoras, melihat tren kenaikan suhu global sejak Juni 2023 yang jauh lebih panas daripada periode paruh kedua tahun 2015, saat El Niño berkekuatan besar, sungguhlah mengkhawatirkan.
Hal ini menunjukkan bahwa planet kita terus menghadapi catatan-catatan negatif dalam sejarah meteorologi.
Dengan kondisi saat ini, tidaklah mengherankan jika kita akan terus menyaksikan pencapaian rekor baru dalam suhu global dalam beberapa bulan mendatang.
Situasi ini menegaskan urgensi untuk mengambil tindakan nyata dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan menghadapi perubahan iklim secara serius.
Tim ilmuwan dari Copernicus telah mengungkapkan temuan penting bahwa suhu rata-rata global antara bulan Januari dan Oktober 2023 mencapai rekor tertinggi dalam sejarah pencatatan.
Rekor ini berhasil mengungguli rata-rata suhu selama 10 bulan pada tahun 2016, yang saat ini merupakan pemegang rekor tahun terpanas, dengan selisih yang signifikan sekitar 0,1 derajat Celcius.
Hal ini menunjukkan peningkatan suhu global yang terus berlangsung dan perubahan iklim yang semakin meresahkan.
Mengingat kontribusi besar emisi gas rumah kaca dan faktor-faktor lainnya yang terus mempengaruhi suhu planet kita.
Temuan ini juga menggarisbawahi pentingnya upaya kolektif dalam mengatasi perubahan iklim untuk menjaga keberlanjutan dan kesejahteraan planet ini.
Masih dari sumber yang sama, menurut Richard Allan, seorang ilmuwan iklim di University of Reading, upaya pengurangan emisi gas rumah kaca yang cepat dan luas di seluruh sektor menjadi hal yang sangat penting.
Hal ini dibutuhkan untuk menghindari berita utama yang terus memecahkan rekor mengenai pemanasan global.
Lebih dari sekadar catatan rekor, langkah-langkah ini juga memiliki dampak yang sangat signifikan dalam membatasi peningkatan dampak buruk dari pemanasan global.
Kondisi ekstrim yang melibatkan kejadian cuaca yang sangat basah, panas, dan kering telah menyertai dunia yang mengalami pemanasan cepat.
Hal ini menggambarkan ancaman serius terhadap ekosistem, sumber daya alam, dan kesejahteraan manusia.
Oleh karena itu, tindakan yang cepat dan luas dalam mengurangi emisi gas rumah kaca menjadi suatu keharusan.
Dengan mengurangi emisi gas rumah kaca, kita dapat mengurangi intensitas perubahan iklim dan meminimalkan risiko yang menyertainya.
Melalui tindakan ini, kita dapat membantu mengatasi dampak pemanasan global, seperti banjir, kekeringan, gelombang panas, dan perubahan yang tidak terduga dalam pola cuaca.
Upaya kolektif yang melibatkan seluruh sektor masyarakat, termasuk pemerintah, industri, dan individu, adalah kunci untuk mencapai pengurangan emisi yang diperlukan.
Baca Juga : Jadwal Timnas Indonesia di Piala Dunia U-17 2023
Dalam hal ini, pendidikan dan kesadaran tentang dampak pemanasan global juga berperan penting untuk mendukung perubahan perilaku yang lebih ramah lingkungan.
Mengambil langkah-langkah konkret dalam mengurangi emisi gas rumah kaca akan menjadi tonggak penting dalam menjaga keberlanjutan planet ini dan melindungi ekosistem serta kehidupan manusia dari konsekuensi yang semakin memprihatinkan dari perubahan iklim. (JPG)
Editor : Yosep/Zulham-pkl