25 radar bogor

Film Budi Pekerti Resmi Tayang di Bioskop, Kisah Seorang Guru, Istri Sekaligus Ibu

Film Budi Pekerti
Film Budi Pekerti

JAKARTA-RADAR BOGOR, Film drama keluarga Indonesia berjudul “Budi Pekerti” yang menceritakan kisah Prani, seorang guru Bimbingan Konseling (BK), resmi tayang di bioskop, Kamis (2/11/2023).

Baca Juga : 5 Film yang Akan Tayang di Bulan November, Mulai Family Friendly, Horor, Hingga Drama!

Film ini diproduksi oleh Rekata Studio dan Kaninga Pictures dengan dukungan dari KG Media, Hallywood Academy of Media & Arts Singapore, Momo Films, dan Masih Belajar.

Film “Budi Pekerti” menceritakan Prani, seorang guru Bimbingan Konseling (BK), tentang dedikasinya sebagai konselor para siswanya, serta menceritakan betapa kompleks permasalahan yang dihadapinya.

Film Indonesia satu ini pastinya akan mewakili salah satu isu yang sedang hadir ditengah masyarakat Indonesia. Bagaimana tidak, film Budi Pekerti menceritakan dampak kejadian viral di media sosial yang seringkali terlalu diperhatikan masyarakat dan menghadirkan banyak dampak, bukan hanya positif tetapi juga negatif.

Drama keluarga yang dikemas dalam film “Budi Pekerti” sebenarnya telah diputar beberapa kali di festival-festival internasional, seperti Toronto International Film Festival (TIFF) 2023, SXSW Sydney 2023 Screen Festival dan menjadi film pembuka di Jakarta Film Week 2023. Selain itu, Budi Pekerti juga akan tayang sebagai official selection di Taipei Golden Horse International Film Festival 2023.

Film yang ditulis dan disutradarai oleh Wregas Bhanuteja serta diproduseri oleh Adi Ekatama, Willawati, dan Iman Usman ini telah sukses menggaet beberapa artis ternama untuk mengambil peran di film tersebut.

Mereka adalah Sha Ine Febriyanti (Prani Siswoyo), Angga Yunanda (Muklas), Prilly Latuconsina (Tita), Dwi Sasono (Suami Prani), Omara Esteghlal, Ari Lesmana, dan sederet pemain berbakat lain.

Sinopsis Film Budi Pekerti

Berlatar di Yogyakarta semasa pandemi, film Budi Pekerti mengisahkan tentang seorang guru BK SMP di Yogyakarta bernama Prani Siswoyo.

Cerita bermula ketika Prani sedang merawat suaminya yang diketahui mengalami gangguan jiwa dan membutuhkan perawatan dari seorang psikiater.

Dari sinilah, masalah pertama Prani mulai terlihat ketika ia harus membayar resep Didit yang relatif mahal. Meski begitu, Prani tetap menebus obat tersebut dengan sisa uang yang ada.

Masalah kedua berlatar ketika Prani dan sang suami baru saja sampai di rumah mereka. Saat itu terlihat pemilik kontrakan rumahnya sedang menawarkan kontrakannya pada orang lain hingga keadaan di sekitarnya ramai.

Meskipun ia sempat melawan si pemilik kontrakan, lagi-lagi Prani harus menerima hal yang tidak ia inginkan tersebut.

Tak cukup dengan semua itu, masalah ketiga pun mulai muncul. Masalah ketiga inilah yang menjadi salah satu poin penting dari alur film ini.

Berawal dari ketika ia sedang membeli putu dari pedagang pasar, Prani menghadapi permasalahan lain yang mungkin tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Hidupnya tiba-tiba berubah ketika sebuah video perselisihannya dengan seorang pengunjung pasar itu tersebar di media sosial.

Video yang beredar tersebut menampilkan konfrontasi emosional antara Prani dan pengunjung pasar di tengah kerumunan, sehingga menimbulkan sorotan negatif terhadap citranya sebagai seorang guru.

Dari situ permasalahan datang bertubi-tubi, mulai dari fitnah, perlakuan kasar, ketidakpercayaan orang sekitar, konflik keluarga, hingga krisis ekonomi yang melanda keluarganya akibat pandemi Covid-19. Hal ini membuat Prani harus merasakan banyak sekali ketegangan.

Akibat tindakannya yang dinilai tidak mencerminkan pribadi seorang guru, orang-orang terus saja mencari-cari kesalahannya, hingga ia terancam kehilangan pekerjaan.

Di sisi lain film, Prani sedang mengikuti seleksi naik jabatan sebagai wakil kepala sekolah, dengan bekal kredibilitasnya selama mengajar bertahun-tahun.

Alasan Prani bersedia mengikuti seleksi naik jabatan ini sederhana. Ia ingin memiliki uang lebih untuk biaya berobat suaminya, sekaligus memenuhi kebutuhan rumah tangga.

Kedua anaknya, Tita dan Muklas, berusaha membantu ibunya mengatasi masalah tersebut sekaligus memastikan agar ayahnya, Didit, yang menderita depresi tidak mengetahuinya.

Mereka seringkali berkontribusi terhadap perekonomian keluarga dengan cara mereka sendiri. Muklas dikenal sebagai pembuat konten bertema hewan, sedangkan Tita menjalankan bisnis jual pakaian bekas alias thrift shop, sekaligus tergabung dalam band indie.

Baca Juga : 3 Film Indonesia yang Mulai Tayang 2 November, Salah Satunya Film Budi Pekerti

Sayangnya kedua anak Prani kurang mau mendengarkan perkataan Prani dan tidak bisa memahami pikiran satu sama lain. Meski begitu, Prani tetap berusaha menjalin kontak dengan keduanya.

Tak hanya berkutat dengan masalah pribadi, Prani juga harus menjalankan tugasnya sebagai seorang guru dan membantu mengatasi masalah-masalah pribadi siswanya. Di sini lah integritas Prani sebagai seorang guru, ibu, dan istri harus diuji. Akankah Prani berhasil menyelesaikannya?. (jpg)

Editor ; Yosep