JAKARTA-RADAR BOGOR, Prabowo Subianto resmi mendapuk Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres pada Pilpres 2024 mendatang.
Baca Juga : Gibran Resmi Dampingi Prabowo di Pilpres 2024, Ganjar dan Mahfud MD: Kita Bertanding Sehat
Keputusan itu diambil setelah pertemuan para ketua umum dan sekjen partai politik Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang diadakan di kediaman Prabowo, Minggu (22/10).
Gibran Rakabuming Raka mulanya menjadi salah satu kandidat bacawapres yang diusung KIM di antara nama-nama tenar lainnya seperti Erick Thohir, Yusril Ihza Mahendra, Airlangga Hartarto hingga Ridwan Kamil.
Meskipun dianggap mengejutkan karena kiprah Gibran di panggung politik masih belum lama, namun penetapan putra sulung Presiden Joko Widodo itu sudah tinggal menunggu waktu, karena sejumlah politisi dari KIM sudah memberi sinyal tentang Gibran sebagai Cawapres Prabowo.
Kini yang menjadi pertanyaan adalah, mengapa Prabowo akhirnya memilih Gibran sebagai cawapresnya, padahal nama-nama tenar diatas memiliki pengalaman yang lebih lama di panggung politik Indonesia.
Ketua Umum Partai Gelora Anis Matta yang merupakan salah satu partai Koalisi Indonesia Maju, membeberkan alasannya.
Anis Matta menjelaskan dalam podcast di laman YouTube Gelora TV milik Partai Gelora, ada tiga alasan mengapa Gibran yang dipilih sebagai cawapres Prabowo.
Namun sebelum Anis menjawab, ia terlebih dahulu menjelaskan bagaimana rentetan konstelasi dan dinamika politik sebelumnya yang menjadi latar belakang Prabowo memilih Gibran daripada kandidat lainnya.
Anis menjelaskan, dalam empat tahun terakhir, terutama pasca Pemilu 2019, ada dinamika politik yang cukup besar terjadi di Indonesia, yaitu bersatunya Joko Widodo dan Prabowo.
Keduanya merupakan rival saat Pilpres 2014 dan 2019. Selama dua Pemilu tersebut, Jokowi selalu menang.
Namun saat menang Pemilu 2019, Jokowi justru mengajak Prabowo ke dalam kabinetnya untuk menjabat sebagai Menteri Pertahanan.
“Apa yang dilakukan Jokowi dan Prabowo dalam empat tahun terakhir menunjukkan kualitas kepemimpinan keduanya,” ujar Anis.
Anis menambahkan bersedianya Prabowo menjadi menteri dalam kabinet Jokowi setelah kalah dalam Pilpres juga menunjukkan kebesaran jiwanya demi kemajuan Indonesia.
“Saya ini sudah mendukung Pak Prabowo dari 2014, 2019 dan sekarang juga. Saya melihat ada yang beda dari Pak Prabowo sekarang, yaitu punya kebesaran jiwa dan kerendahan hati,” imbuh Anis.
Anis menambahkan, Presiden Jokowi juga menunjukkan kebesaran hatinya karena mau mengajak kerjasama Prabowo yang notabene adalah rivalnya dalam dua Pilpres.
“Jadi, Pak Jokowi ini juga punya satu kebesaran jiwa dan kerendahan hati, dimana beliau sudah bertarung berdarah-darah dengan Pak Prabowo. Tapi demi kepentingan bangsa, mau menyatu, karena tidak ingin melibat bangsanya terbelah,” sambungnya.
Anis juga bercerita pada 6 Oktober 2019, ia menemui Presiden Jokowi untuk menawarkan rekonsiliasi dan mengajak Prabowo masuk ke dalam kabinet.
“Rekonsiliasi ini diperlukan karena dunia akan dilanda krisis besar, sehingga dibutuhkan persatuan, serta tidak ada pembelahan di elite dan masyarakat. Usulan tersebut ternyata diterima Pak Jokowi, beliau ingin ada rekonsiliasi yang bisa menyatukan bangsa,” kata Anis.
Apa yang dikhawatirkan akhirnya terjadi. Dunia dilanda krisis besar dari berbagai aspek saat terjadi pandemi Covid-19 yang juga mewabah di Indonesia.
“Coba bayangkan apabila bangsa masih terbelah, dan beliau berdua tidak bisa menyatu. Apakah bisa kita menghadapi krisis, yang diperparah dampak perang Rusia-Ukraina ini,” sambung Anis.
Anis menambahkan meski pemerintahan Presiden Jokowi akan berakhir, namun rekonsiliasi jangan sampai berakhir dan harus dilanjutkan, karena krisis dunia masih terjadi.
“Pasalnya, krisis besar saat ini belum selesai, malah sedang menuju puncak-puncaknya. Apalagi sekarang ada tambahan perang lagi antara Palestina-Israel,” lanjutnya.
Maka, Anis menilai penunjukan Gibran sebagai cawapres dirasa sudah tepat untuk melanjutkan rekonsiliasi antara Jokowi dan Prabowo.
“Jadi dalam konteks Pilpres 2024, perwujudan dari Pak Jokowi ini adalah Gibran. Sebab, tidak ada calon-calon yang diusulkan merupakan kelanjutan dari nilai-niai rekonsiliasi kecuali Gibran,” bebernya lagi.
Anis menambahkan, tantangan terbesar ke depan adalah ancaman perang dan konflik geopolitik global, krisis ekonomi, bencana alam, perubahan iklim dan ancaman disintegrasi bangsa lainnya.
“Itulah diantara alasan kenapa kita mendukung Pak Prabowo, karena tantangan negara besar seperti Indonesia juga sangat besar. Selain itu, pak Prabowo adalah tokoh pemersatu bangsa. Bukan lagi mewakili politik aliran, tetapi sudah politik populasi,” ujarnya.
Baca Juga : Gibran Dibanjiri Komentar Pedas Setelah Resmi Jadi Cawapres Prabowo
Selain alasan tersebut, ada dua alasan lainnya sehingga Prabowo memilih Gibran sebagai cawapres.
“Jadi, mengapa Gibran? Rekonsiliasi itu alasan pertama. Alasan keduanya adalah mendapatkan tambahan kekuatan elektoral di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dan alasan ketiga adalah perpaduan antara generasi tua dan muda,” pungkasnya. (jpg)
Editor : Yosep/Zenal-pkl