25 radar bogor

Pasien ISPA di RSUD Kota Bogor Naik Lagi, September Tembus 150 Orang

ILUSTRASI. Warga beraktivitas di antara kepulan asap sembari memakai masker. (Radar Bogor/Hendi Novian)

BOGOR-RADAR BOGOR, Kasus Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bogor terus mengalami kenaikan dalam beberapa bulan terakhir.

Kondisi ini diungkapkan Kepala Bidang Pelayanan Medik Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bogor, dr Andy Prianto. Catatannya menunjukkan kenaikan ISPA mulai terjadi sejak Bulan Juni 2023 lalu.

“Di Bulan Juni terdapat 63 pasien, lalu di Bulan Juli terdapat 69 pasien. Kemudian di Bulan Agustus 111 pasien, dan Bulan September 150 pasien,” tuturnya kepada Radar Bogor pada Sabtu (14/10).

Baca juga: Kasus ISPA Meningkat, Pelajar Wajib Pakai Masker!

Hingga Bulan September 2023, jumlah pasien ISPA di RSUD Kota Bogor didominasi pasien rawan jalan (Rajal) yakni sebanyak 122 orang. Disusul pasien rawan inap (Ranap) sejumlah 28 orang.

Jumlah ini berbanding terbalik dengan data kasus ISPA di RSUD Kota Bogor pada September tahun 2022 lalu yang hanya berjumlah 67 pasien saja dengan rincian 63 pasien Rajal dan 4 pasien Ranap.

Dihubungi Radar Bogor sebelumnya tren kenaikan kasus ISPA diakibatkan polusi yang melewati angka ambang batas.

“Polusi yang tinggi dapat membuat masyarakat langsung merasakan gejala penyakit ISPA di antaranya batuk, pilek, dan apabila dibiarkan bisa menimbulkan sesak nafas. Oleh karena itu saat ini tren ISPA agak naik. Di RSUD Kota Bogor kenaikannya sekira 30 persen,” ucapnya kepada Radar Bogor, Rabu (30/8).

Dia menyebut polusi yang terus mrmapar masyarakat dalam jangka waktu panjang berpotensi menyebabkan infeksi pada saluran bagian bawah dan menimbulkan penyakit bronkopneumonia atau pneumonia.

Baca juga: ISPA Mengganas di Kabupaten Bogor, Pasiennya Capai 434 ribu Orang

Wali Kota Bogor, Bima Arya mengatakan, Indonesia menjadi negara dengan posisi ke-4 yang mengalami polusi paling parah saat ini. Terlebih di masa musim kemareu yang menyebabkan banyak kebakaran hutan.

“Di Tarakan, Aceh, Ternate tempat-tempat yang saya kunjungi beberapa waktu terakhir memiliki cerita yang sama. Kebakaran (terjadi) karena kebanyakan disengaja karrna dibanding membabat yang butuh biaya mahal (akhirnya) mending dibakar. Ini masalah serius dan mengancam generasi mendatang,” ujarnya dalam orasi ilmiah di Universitas Nusa Bangsa (UNB), Sabtu (14/10).

Menurutnya, kualitas udara yang sangat buruk menjadi penyebab munculnya keluhan batuk, flu, dan ISPA dalam beberapa waktu terakhir.

Terlebih di kota-kota besar yang disebutnya hampir tidak memiliki titik yang aman dari polusi. Seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, dan Makassar.

Di Kota Bogor sendiri, kualitas udara memburuk disebabkan adanya kiriman polusi dari wilayah lain yang muncul akibat aspek transportasi, pabrik, dan pembakaran sampah. (Fat)

Penulis: Reka Faturachman

Editor: Rany Puspitasari