BOGOR-RADAR BOGOR, Polusi udara yang menyelimuti Jakarta sebulan terakhir, memberikan inspirasi bagi Alandra Rafi Farisi, siswa SMAN 5 Kota Bogor. Fenomena polusi itu dituangkannya pada puisi indah yang akhirnya berhasil memberikan kebanggaan dan keharuman bagi Kota Bogor di tingkat nasional.
Pelajar asal Kota Bogo kembali menuai prestasi di tingkat nasional. Siswa kelas 12 SMAN 5 Kota Bogor, Alandra Rafi Farisi berhasil menempati posisi ketiga terbaik di ajang Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) cabang Cipta Puisi.
Baca Juga: Kecamatan Cibinong Juara Umum MTQ Ke-45 Tingkat Kabupaten Bogor
Alan, sapaan akrabnya, berhasil meraih medali perunggu setelah bersaing dengan 39 provinsi lain se-Indonesia. Tak hanya medali perunggu ia pun membawa pulang hadiah uang pembinaan sebesar Rp4 juta.
“Saya tidak menyangka berhasil meraih prestasi ini. Walaupun ini memang tujuan dan harapan yang saya kejar. Saat beromba saya barengi ambisi dengan latihan makanya yakin bisa menang,” tuturnya saat ditemui Radar Bogor.
Alan bercerita, perlu waktu dan perjuangan panjang untuk akhirnya mendapat medali perunggu itu. Di tahap awal, ia mesti bersaing dengan 8 peserta dari sekolah yang ada di Kota Bogor.
Setelah berhasil jadi nomor satu di Kota Bogor, Alan kembali berjuang dan melawan 26 peserta dari Kota Kabupaten lain. Ciamiknya puisi ciptaan Alan membawanya kembali menduduki posisi nomor wahid di kejuaraan itu. Berkat hasil tersebut Alan akhirnya mewakili Jawa Barat di FLS2N tingkat nasional.
“Pada tingkat nasional ada 40 provinsi yang bertanding di cabang ini. Kemudian kami diseleksi dulu sampai akhirnya menyisakan 10 provinsi terbaik. Setelah lolos, kami diajak ke Kota Tua dan Pelabuhan Sunda Kelapa mencari inspirasi dan observasi untuk membuat puisi yang akan dilombakan,” tuturnya.
Malam harinya, Alan dan 9 peserta lain diberikan waktu selama 4 jam saja untuk menciptakan puisi. Saat itu, Alan sempat mengalami kebuntuan dan bingung dalam membuat puisi. Ia bahkan menjadi peserta terakhir yang keluar ruangan di menit-menit terakhir waktu pengumpulan.
“Kebuntuan itulah yang justru saya jadikan puisi. Saya buat puisi berjudul Hari Ini Penyair Mati Kena Polusi. Polusi dimaksud kehilangan ide atau kepercayaan diri untuk berkarya. Kata polusi itu terinspirasi dari suasana yang dilihat di Pelabuhan Sunda Kelapa lalu saya pinjam ke dalam konteks penyair,” terangnya.
Tak disangka, ide yang berawal dari kebuntuan itu yang dikaitkannya dengan tren polusi justru memikat hati para juri dan membuat Alan mendapat posisi ketiga terbaik.
Dunia sastra memang sudah lekat dengan diri Alan. Sejak SD ia rutin mengikuti ajang FLS2N ini sesuai dengan umurnya. Sebetulnya saat itu Alan lebih suka membaca puisi. Namun, saat ia memperdalam dunia cipta puisi, dirinya merasakan kenyamanan yang akhirnya membuat dia terus menggeluti bidang ini.
Baca Juga: DPRD Kota Bogor Dukung Korlas Hingga Komite Sekolah Dihapus, Asalkan…
“Dari cipta puisi saya banyak belajar soal menggali dan pemilihan kata. Ini juga membyat saya suka dan terbiasa membaca. Sebab kalau tidak membaca tulisan yang dibuat hanya omong kosong,” ucapnya.
Di usianya yang hampir menginjak umur 18 tahun, Alan sudah memiliki 3 buku antologi puisi bersama rekannya dan 1 buku puisi karyanya sendiri. Alan memiliki mimpi tumbuh dewasa menjadi penyair ternama seperti idolanya Joko Pinurbo dan penulis, Aya Canina. (*)
Reporter: Reka Faturachman
Editor: Imam Rahmanto