BOGOR-RADAR BOGOR, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor, Sri Nowo Retno membantah pernyataan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin yang menyebut wilayah Bodebek tidak disiplin dalam melaporkan kasus ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut).
Baca Juga : Kasus ISPA di RSUD Kota Bogor Naik 30 Persen, Didominasi Pasien Rawat Jalan
Retno mengatakan, pihaknya senantiasa melakukan pemantauan dengan Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR) pada kasus ISPA pnemonia dan ISPA non pnemonia.
“Kalau Kota Bogor, kami melakukan survailen di 25 Puskemas dan 22 Rumah Sakit secara harian melalui aplikasi langsung dipantau. Pemantauan melalui fasilitas kesehatan selama ini aktif dan kami feedback-an ke mereka,” tegas Retno saat ditemui Radar Bogor pada Rabu (6/9/2023)
Dari hasil pemantauan itu dirinya membeberkan, sejak Januari 2023 belum ada kenaikan kasus yang signifikan. Kasus ISPA dalam catatannya masih relatif stabil. Total kasus ISPA Pnemonia dan ISPA non Pnemonia sejumlah 980-an kasus.
“Paling banyak ISPA non pnemonia, kalau ISPA pnemonia hanya 80-an kasus saja. ISPA kebanyakan menjangkit kelompok resiko rentan usia dominan pasien pada kasus ini balita dan anak-anak,” tutur dia.
Di kesempatan yang sama, Direktur Jendral Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan, Anas Maruf mengatakan pemerintah tengah berupaya menurunkan dampak polusi udara dari sisi kesehatan melalui berbagai upaya pencegahan.
“Di antaranya melakukan edukasi ke masyarakat, mengimbau Dinkes dan Puskesmas untuk pemantauan ketat atau survailens terhadap penyakit yang berpotensi timbul dari polusi udara seperti ISPA, Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK), radang paru, asma dan lainnya,” tutur dia.
Kementerian Kesehatan juga membentuk Komite Penanggulangan Penyakit Respirasi dan Dampak Polusi Udara. Anas menyebut sudah ada beberapa hal dikeluarkan oleh komite tersebut salah satunya protokol kesehatan memeriksa kualitas udara, mengurangi aktivitas luar ruangan dan menutup ventilasi.
Kemudian menggunakan penjernih udara, menghindari sumber polusi, menggunakan masker,
melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat, dan segera konsultasi jika muncul keluhan pernapasan (6M 1S).
“Kami juga meminta Dinkes dan Puskesmas se-Jabodetabek memantau kualitas udara dalam ruangan menggunakan sanitarian gate untuk mengetahui perbandingan kualitas udara luar dan dalam ruangan baik di kantor, sekolah, dan ruang fasilitas umum,” tutur dia.
Baca Juga : Bantu Warga Terbebas dari ISPA, Rayendra Center Kembali Bagikan 1000 Masker
Sebelumnya, Meneks Budi Gunadi Sadikin menyoroti jumlah kasus ISPA dan pneumonia di kawasan Bodetabek yang lebih rendah dibanding Jakarta. Menurutnya hal itu terjadi karena wilayah Bodebek tidak disiplin melaporkan kasus ISPA.
“Kamu lihat di Bodetabek lebih baik dari DKI, ternyata mereka masukinnya tidak disiplin. Kalau DKI itu disiplin masukin data, jadi datanya benar. Ini tidak dimasukan sama mereka, jadi kelihatannya turun. Tapi saya rasa naik,” ujarnya dalam Rapat Kerja bersama Komisi IX DPR RI di Senayan, Rabu (30/8) lalu. (fat)
Reporter : Reka Faturachman
Editor : Yosep