radar bogor

Kasus ISPA di RSUD Kota Bogor Naik 30 Persen, Didominasi Pasien Rawat Jalan

Keluarga pasien melintas di depan salah satu bangunan RSUD Kota Bogor. (Radar Bogor/ Sofyansyah)

BOGOR-RADAR BOGOR, Kasus Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bogor mengalami kenaikan hingga 30 persen.

Kondisi ini diungkapkan Kepala Bidang Pelayanan Medik Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bogor, dr Andy Prianto. Ia mengatakan, tren kasus ISPA mengalami kenaikan diakibatkan polusi yang melewati angka ambang batas.

Baca Juga: Selain ISPA, Polusi Sebabkan Alergi pada Kulit hingga Kanker Paru

“Polusi yang tinggi dapat membuat masyarakat langsung merasakan gejala penyakit ISPA di antaranya batuk, pilek, dan apabila dibiarkan bisa menimbulkan sesak nafas. Oleh karena itu saat ini tren ISPA agak naik. Di RSUD Kota Bogor kenaikannya sekira 30 persen,” ucapnya kepada Radar Bogor, Rabu (30/8).

Dari data terakhirnya pada Bulan Juni 2023 terdapat 63 kasus ISPA, 59 orang di antaranya pasien rawat jalan dan 4 lainnya pasien rawat inap. Kemudian meningkat pada bulan Juli 2023, terdapat 69 kasus ISPA, yang terdiri dari 62 pasien rawat jalan dan 7 pasien rawat inap.

Angka ini sangat jauh jika dibandingkan dengan data bulan Juni dan Juli 2022 lalu yang hanya berjumlah 33 dan 40 kasus ISPA saja.

Andy Prianto menerangkan, pada umumnya polusi dapat menyebabkan penyakit yang berkaitan dengan saluran pernafasan terutama bagian atas yang terbanyak ialah penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA).

Dirinya mengungkapkan apabila polusi terus memapar masyarakat selama jangka waktu yang panjang dapat menyebabkan infeksi turun ke bagian bawah sehingga menimbulkan penyakit bronkopneumonia atau pneumonia.

“Jika berlanjut selama bertahun-tahun bisa menyebabkan keganasan atau kanker paru-paru,” imbuh dia.

Andi menuturkan, pemakaian masker memang dapat mengurangi efek dari polusi tersebut. Namun ia mengungkapkan hal itu efektif dalam durasi perjalanan singkat. Sementara pada jangka waktu yang lama polusi berukuran mikron tetap bisa masuk dalam saluran pernafasan.

Selain ISPA, polusi juga dapat berdampak pada kesehatan kulit, secara tidak langsung. “Terutama bagi orang yang memiliki alergi pada zat-zat polusi di udara akibat kendaraan bermotor seperti logam berat yang bisa menimbulkan alergi,” tuturnya.

Baca Juga: Dampak Polusi Udara Buruk, 41.000 Balita di DKI Terserang ISPA

Efek polusi dapat semakin memburuk didorong dengan faktor-faktor lainnya. Misalnya faktor eksternal yakni cuaca yang minim curah hujan sehingga membuat asap pokusi tetap berada di udara tidak menghilang. Serta faktor riwayat penyakit bawaan seperti asma atau riwayat penyakit paru.

“Dampak polusi potensinya lebih besar pada masyarakat yang bekerja di tempat terbuka atau di luar ruangan. Selain itu juga pada masyarakat yang berada dalam perjalanan yang lama,” ucap Andi.(*)

Reporter: Reka Faturachman
Editor: Imam Rahmanto